Semiotika Arsistektur Rumah Adat Kudus Joglo Pencu

dokumen-dokumen yang mirip
KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL KUDUS

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

TATA RUANG RUMAH TRADISIONAL KUDUS Oleh : Agung Budi Sardjono *)

Perubahan Bentuk Rumah Tradisional Pesisir Jawa-Studi Kasus Rumah Tradisional di Demak dan Kudus

NURYANTO PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR-S1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

CONVENTION CENTER DALAM KONTEKS SEMIOTIKA

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

Jawa Timur secara umum

Riandy Tarigan Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata Semarang

ARSITEKTURAL KALIANDRA (PASURUAN)

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

RESPON RUMAH TRADISIONAL KUDUS TERHADAP IKLIM TROPIS

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

KAJIAN OBJEK ARSITEKTUR JAWA TIMUR

JOGOSATRU KARAKTERISTIK RUANG TAMU PADA RUMAH ADAT KUDUS Sebagai Perwujudan Budaya Pesisir Jawa

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Simetri Ruang Dalam Rumah Tradisional Joglo Pencu Kudus

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Riandy Tarigan 1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

ARTIKEL PUBLIKASI PASAR WISATA PERBELANJAAN TRADISIONAL BAKALAN KRAPYAK DI KUDUS. Disusun Oleh : Mohanif Solikhin NIM : D

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

Dilema Pelestarian Rumah Adat Kudus

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

RUMAH TRADISIONAL BANYUWANGI

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

SEMIOTIKA ARSITEKTUR MASJID JAMIK SUMENEP-MADURA

Studi Struktur dan Konstruksi Bangunan Tradisional Rumah Pencu di Kudus

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu:

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

KERAGAMAN PERUBAHAN PADA RUMAH TRADISIONAL JAWA DI PEDESAAN Agung Budi Sardjono 1 dan Satrio Nugroho 2. Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

KETERKAITAN AKTIVITAS EKONOMI DENGAN TATA RUANG RUMAH TRADISIONAL KUDUS DI KOTA LAMA KUDUS

BAB V KAJIAN TEORI. Kawasan Wisata Goa Kreo. Tanggap Lingkungan. Asitektur Tradisional Jawa. Asitektur Regionalisme

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

BAB III TINJAUAN BENTUK DALAM ARSTEKTUR DAN ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

PERANCANGAN GRIYA SENI DAN BUDAYA TERAKOTA DI TRAWAS MOJOKERTO

BAB IV: KONSEP. c) Fasilitas pendukung di hotel (event-event pendukung/pengisi kegiatan kesenian di hotel)

PERGESERAN NILAI BUDAYA PADA BANGUNA RUMAH TRADISIONAL JAWA. Danarti Karsono ABSTRAK

KESINAMBUNGAN DAN PERUBAHAN SPASIAL PADA RUMAH TRADISIONAL KUDUS

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

BAB 6 HASIL RANCANGAN

ELEMEN ARSITEKTURAL RUMAH BANGSAL DI DESA LARANGAN LUAR PAMEKASAN MADURA

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. LEMBAR PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... ii. PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR... iii. KATA PENGANTAR...

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

Studi Elemen Interior Rumah Adat Sumbawa

Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur RESTORAN APUNG DI PANTAI MARINA SEMARANG DENGAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

KARAKTERISTIK RUMAH TRADISIONAL DI PESISIR KILEN JAWA TENGAH Studi Kasus Rumah Tradisional di Desa Krajan Kulon, Kaliwungu, Kendal

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

ORNAMENTASI RUMAH TRADISIONAL KUDUS: PERKEMBANGAN DAN PENERAPANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

BAB I PENDAHULUAN. berubah dibandingkan dengan perancangan bangunan tempat ibadah pada masa

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

UNIVERSITAS DIPONEGORO COHOUSING PAGUYUBAN PRINGGOMUKTI DI TEGALDOWO, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN REGIONALISME KRITIS DAN PERMAKULTUR

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

RUANG KOMUNAL PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR UMA, LAMIN, & RUMAH GADANG

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

qwe MAKNA TRADISI GUSJIGANG PADA RUMAH KAUM SANTRI PEDAGANG DI KOTA LAMA KUDUS

PUSAT PERAWATAN KULIT DAN SPA TRADISIONAL UNTUK WANITA DI YOGYAKARTA BERDASARKAN ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

RUMAH TRADISIONAL JAWA

Transkripsi:

Semiotika Arsistektur Rumah Adat Kudus Joglo Pencu Rheza Arifputra Rasyidi 1, Chairil B. Amiuza 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145 Telp. 0341-567486 Alamat Email penulis: eza.rasyidi@gmail.com ABSTRAK Rumah Adat di setiap daerah menjadi sebuah lambang khas dari kebudayaan sebuah daerah. Lambang kekhasan itu juga ditemui pada Rumah Adat Kudus Joglo Pencu. Pada saat ini rumah pencu tersebut sudah jarang ditemui. Sebagian hilang karena dijual, sebagian berubah karena rusak atau karena mengikuti model dan material baru. Dengan metode Pendekatan semiotika arsitektur kita akan memperoleh data data baru mengenai makna makna yang terkandung dalam bangunan arsitektur tradisional Rumah Adat Kudus Joglo Pencu. Kata kunci: arsitektur tradisional, joglo pencu, semiotika, semantik ABSTRACT Traditional houses in each region become a distinctive symbol of the culture of a region. Symbols are also found in the House of Traditional Kudus Joglo Pencu. At this time the Pencu House is rarely found. Some are lost because they are sold, some of them are damaged or because they follow new models and materials. With the method of semiotic architecture approach we will get new data about the meanings contained in the traditional architectural building of Kudus Traditional House Joglo Pencu. Keywords: traditional architecture, joglo pencu, semiotic, semantic 1. Pendahuluan Rumah adat Kudus merupakan produk dari kebudayaan masyarakat Kudus yang memiliki karakteristik khusus yang sangat menarik. Sampai saat ini masyarakat Kudus masih memegang kebudayaannya yang khas tersebut. Pekerjaan sebagai pedagang serta ketaatannya sebagai seorang muslim merupakan bagian dari kehidupannya. Pada saat ini rumah adat Kudus sudah mulai berkurang jumlahnya. Sebagian terjual ke daerah lain, sebagian rusak karena umur atau berubah menggunakan material baru. Penelitian mengenai rumah adat Kudus telah banyak dilakukan terhadap elemen elemen arsitekturnya seperti konstruksi rumah adat Kudus, tata ruang rumah adat Kudus, ornamentasi rumah adat Kudus, hingga pengaruh perubahan kebudayaan terhadap arsitektur rumah adat Kudus. Namun penelitian mengenai makna makna dan tanda yang terkandung dalam elemen arsitekturalnya masih belum ada. Melalui pendekatan komunikasi tanda yaitu semiotika arsitektur diharapkan penelitian ini dapat mengidentifikasi makna makna dan tanda pada rumah adat Kudus.

2. Bahan dan Metode 2.1 Semiotika Arsitektur Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengidentifikasi tanda dan simbol (Cobley & Jansz, 2002). Di dalam semiotika arsitektur terdapat tiga kategori hubungan tanda dengan unsur dalam arsitekturnya yaitu sintaksis, pragmatik, dan semantik. Jika dalam bidang sastra yang menjadi pusat perhatian adalah kata bahasa sedangkan dalam bidang arsitektur yang menjadi pusat perhatian adalah elemen visual dan spasial (Zahnd, 2009). Ketika arsitektur dikategorikan sebagai sesuatu yang dapat dibaca dan dipahami oleh pengamatnya maka unsur-unsur dalam arsitektur dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Sintaksis, adalah unsur yang membahas mengenai kerjasama / kombinasi / susunan antar tanda. 2. Pragmatik, adalah unsur yang membahas mengenai hubungan tanda dengan penggunanya 3. Semantik, adalah unsur yang membahas mengenai hubungan tanda dengan yang dinyatakanya (realitas) pemaknaannya. (Zahnd, 2009). 2.2 Objek Penelitian Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Selain itu juga ada pertimbangan rekomendasi dari dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten Kudus yaitu rumah bapak Ulul Mudrik sebagai rumah adat sampel 1 dan juga rumah bapak Sumarno sebagai rumah adat sampel 2. 2.3 Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian ini menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Mengggunakan metode kualitatif untuk mendapatkan data. Lalu menggunakan metode analisa semiotika arsitektur melalui ketiga variabelnya yaitu sintaksis, pragmatik, dan semantik untuk mendapatkan hasil kajian Semiotika Arsitektur Rumah Adat Kudus Joglo Pencu. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Gambaran Umum Objek Kajian Kota Lama Kudus atau Kudus Kulon adalah wilayah kota yang merupakan embrio perkembangan kota Kudus. Jalan-jalan di lingkungan kota lama dibedakan menjadi jalan besar yang bersifat umum serta jalan lingkungan yang lebih privat.

Gambar 1. Peta Kawasan Rumah Adat Kudus Rumah tradisional Kudus tidak merupakan bangunan tunggal tetapi kesatuan beberapa masa bangunan yang berfungsi untuk tempat tinggal dan melakukan kegiatan sehari-hari di rumah. Gambar 2. Sampel Rumah Adat Kudus (Kiri: Rumah Sampel 1 Jl. Menara, Kanan: Rumah Sampel 2 Jl. Langgar Dalem) Pola tata bangunan dalam tapak terdiri dari bangunan utama, halaman terbuka serta bangunan pelengkap. Bangunan utama menghadap kearah Selatan, posisi bangunan pada sisi Utara tapak. Bangunan pelengkap biasanya menempati posisi di Selatan tapak berseberangan dengan bangunan utama dan dipisahkan oleh halaman terbuka di tengah tapak. Batas tapak berupa pagar tinggi dari pasangan batu bata. Gambar 3. Rumah Adat Kudus Sampel 2

3.2 Analisa dan Sintesa Semiotika Arsitektur Rumah Adat Kudus Joglo Pencu 3.2.1 Sintaksis Rumah Adat Kudus Joglo Pencu Massa Ruang Sintaksis Tabel 1. Sintaksis Rumah Adat Kudus Terdiri dari 4 buah massa yang terbagi menjadi dalem, pawon, pekiwan, dan sisir. Namun terkadang terdapat juga beberapa rumah di bagian dalam perkampungan Kudus kulon yang tidak memiliki sisir pada bagian rumahnya. Dalem terdiri dari jogosatru, jogan, sentong tengah, sentong kanan, dan sentong kiri. Sedangkan pawon berisi dapur serta ruang tambahan. Bangunan pelengkap terdiri dari pekiwan dan sisir. Pekiwan berisi km/wc dan sumur Halaman berada di tengah tapak. Fungsi Rumah Adat Kudus berfungsi seperti rumah lainnya yang menaungi berbagai aktifitas pemilik rumah tersebut. Mulai aktifitas beristirahat, bertemu keluarga, bahkan beberapa rumah memiliki ruang kerja sendiri. Konstruksi Struktur menggunakan struktur rangka kayu. Dibuat sedemikian rupa sehingga setiap bagiannya dapat dibongkar pasang. Struktur bangunan utama dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni rangka atap (empyak), kolom (cagak) dan pondasi (bebatur). Batur atau pondasi merupakan pondasi menerus dari bahan batu kali, dan pondasi umpak dari batu bata pada soko guru. Rangka kolom dan balok kayu jati yang diukir diisi dengan panil dinding kayu (gebyok). Dalem beratap joglo tinggi atau biasa disebut dengan pencu, jogosatru beratap panggang pe (sosoran), Pawon beratap kampung gajah ngombe. 3.2.1 Pragmatik Rumah Adat Kudus Joglo Pencu Lokasi Pragmatik Tabel 2. Pragmatik Rumah Adat Kudus Rumah Adat Kudus Joglo Pencu berada di kawasan kota lama yaitu daerah Kudus kulon. Rumah adat Kudus sampel 1 berada di sebelah jalan utama yaitu Jl. Menara dan rumah sampel 2 berada di daerah dalam yaitu di Jl. Langgar Dalem.

Fungsi / Aktifitas Fungsi / Filosofi Memiliki fungsi sebagai rumah tinggal dengan aktifitas kesehariannya. Bangunan induk memiliki fungsi dimana aktifitas seperti tidur, makan, memasak, sholat, berkumpul dengan keluarga, hingga menerima tamu. Sedangkan bangunan pelengkapnya berfungsi sebagai area dengan aktifitas seperti mandi, wudhu, dan tempat bekerja. Bagian dalem menggunakan atap yang mejulang tinggi sebagai simbol berhubungan dengan sang pencipta. Pada jogo satru terdapat sebuah tiang soko geder yang dimaksudkan untuk mengingatkan pada ke-esa-an Allah SWT. Pekiwan disamping regol mengisyaratkan bahwa sebelum memasuki rumah hendaknya bebersih diri dahulu dan mengingatkan bahwa kebersihan adalah hal yang utama dalam Islam. Teknik Pembangunan Pertama adalah tahap pengukiran dan pembuatan struktur rangka utama dan pembuatan dinding papan gebyok, tahapan yang kedua adalah tahap pendirian rangka utama, biasanya perakitan soko guru, sunduk, tutup kepuh, sampai dengan tumpang sari dilaksanakan dalam waktu sehari saja. 3.2.3 Semantik Rumah Adat Kudus Joglo Pencu Referensi Tabel 3. Semantik Bentuk / Wujud Rumah Adat Kudus Joglo Pencu Semantik Bentuk / Wujud Rumah adat Kudus berbentuk rumah kayu dengan atap kombinasi kampung dengan bubungan yang tinggi dan atap joglo dengan 4 kemiringan yang brunjungnya ditinggikan disebut joglo pencu Relevansi Semakin Fungsi Ruang Semakin Utama Maka Atap Yang Digunakan-Pun Semakin Utama Juga. Maksud Atap Joglo Menunjukkan Bahwa Pemilik Rumah Adalah Haji, Saudagar, Atau Juragan (Triyanto, 2001). Ekspresi Bentuk Atap Pencu Dipercayai Masyarakat Kudus Memiliki Makna Bahwa Orang Hidup Dan Berumah Tangga Harus Selalu Mengingat Sang Pencipta.

Tabel 4. Semantik Bahan / Konstruksi Rumah Adat Kudus Joglo Pencu Semantik Bahan / Konstruksi Referensi Struktur utama bangunan induk terbentuk dari 4 sokoguru dan sebuah sokogeder untuk penopang sosoran serta panil panil kayu jati sebagai dinding penutup (gebyok). Relevansi Susunan panil gebyok semakin keluar bangunan semakin sederhana Maksud Soko geder pada jogosatru digunakan sebagai pemisah ruang tamu laki laki dan perempuan (Triyanto, 2001) Ekspresi Soko geder di intepretasikan sebagai huruf alif dari kata allah dalam bahasa arab jumlahnya yang hanya 1 dimaknai pengingat ke-esaan allah swt. Soko guru yang berjumlah 4 tiang mengisyaratkan bahwa hidup harus menjaga 4 sifat manusia. Tumpang sari berjumlah 5 sebagai pengingat sholat 5 waktu, berjumlah 7 sebagai pengingat allah maha pencipta, berjumlah 9 sebagai pengingat wali songo dan 99 asmaul husna. (Triyanto, 2011). Referensi Tabel 5. Semantik Pola / Susunan Rumah Adat Kudus Semantik Pola / Susunan Bangunan utama terdiri dari dalem dan pawon, bangunan pelengkap terdiri dari pekiwan dan sisir Relevansi Bangunan ini memiliki hirarki yang terpusat pada dalem. Pola bangunan tersusun mengitari dalem yang memiliki atap joglo Maksud Bangunan utama menghadap ke arah selatan menunjukkan rumah adat Kudus masih mengikuti aturan aturan rumah adat jawa pada umumnya. Pekiwan berada di depan dekat dengan regol memudahkan ketika akan berwudhu lalu sholat ke masjid. (Sardjono, 2009).

Ekspresi Masyarakat Kudus percaya bahwa hidup janganlah memangku gunung dalam hal ini adalah gunung muria yang berada di sebelah utara. (Sardjono, 2009). Pekiwan yang bersebelahan dengan regol menunjukkan kebersihan adalah hal utama dalam islam. (Triyanto, 2001) Referensi Tabel 6. Semantik Ukuran / Skala Rumah Adat Kudus Semantik Ukuran / Skala Massa dalem memiliki skala yang monumental dikarenakan massa yang besar dan atap pencu yang menjulang tinggi. Sedangkan massa pawon, sisir, dan pekiwan berskala normal sama seperti bangunan rumah rumah lainnya. Relevansi Hirarki terpusat pada massa dalem disebabkan skalanya yang monumental terkesan massa massa lainnya mengitari massa dalem. Maksud Ekspresi Skala bangunan utama dalem yang monumental lebih besar dari bangunan lainnya menunjukkan bahwa ruang yang ada didalamnya memiliki fungsi utama. Sedangkan massa massa lainnya berskala normal yang menunjukkan bahwa massa tersebut memiliki fungsi ruang-ruang penunjang saja. Atap joglo pencu yang berukuran besar dan tinggi menurut pemilik rumah dimaknai oleh masyarakat Kudus sebagai hidup dalam berumah tangga harus mengingat sang pencipta. (Triyanto, 2011). 4. Kesimpulan Sintaksis : Rumah adat Kudus Joglo Pencu terdiri dari 4 buah massa yaitu dalem, pawon, pekiwan dan sisir. Dalem berisikan jogosatru, jogan, sentong kanan, sentong kiri, dan sentong tengah. Pawon berisikan dapur dan ruang tambahan. Pekiwan berisikan km/wc dan sumur. Sisir berisikan ruang kerja dan gudang. Pada beberapa rumah tidak memiliki sisir. Jogosatru sebagai ruang menerima tamu, jogan sebagai ruang berkumpul keluarga, sentong kanan dan kiri sebagai ruang tidur, sentong tengah sebagai ruang sakral. Dapur sebagai ruang untuk memasak, dan sisir sebagai ruang untuk bekerja dan menyimpan barang hasil kerja. Konstruksi rumah adat Kudus menggunakan konstruksi rangka kayu jati. Konstruksi utama rumah pencu adalah 4 tiang soko guru dan tambahan sebuah soko geder pada jogosatru.

Pragmatik : Rumah adat Kudus memiliki lokasinya tersendiri yaitu pada kawasan Kudus kulon di sekitar masjid menara Kudus. Rumah tersebut memiliki fungsi rumah tinggal seperti pada umumnya yang mewadahi segala aktifitas penghuninya bahkan hingga bekerja. Rumah ini dibangun dengan 2 tahapan, tahap pertama adalah pengukiran sedangkan tahap selanjutnya adalah tahap perakitan konstruksinya. Semantik : Penggunaan atap joglo pada rumah adat Kudus ini juga menunjukkan bahwa pemilik rumah adat ini adalah haji, saudagar, atau juragan. Oleh karena itu penggunaan atap joglo digunakan untuk menunjukkan tingkat ekonomi sosial pemiliknya. Soko geder merupakan sebuah tiang yang bagi masyarakat Kudus tiang ini dimaknai sebagai pengingat bahwa Allah itu mahaesa. Soko guru yang berjumlah 4 tiang mengisyaratkan bahwa hidup harus menjaga 4 sifat manusia yaitu amarah (keinginan berbuat maksiat), lawwamah (keinginan untuk introspeksi diri), shofiyah (keinginan untuk selalu lembut dan tulus hati), dan mutmainah (keinginan untuk selalu berbuat baik). Tumpang sari susun 5 dimaknai sebagai pengingat kewajiban sholat 5 waktu bagi muslim, 7 susun dimaknai sebagai pengingat bahwa Allah adalah sang pencipta, dan 9 susun dimaknai sebagai pengingat asmaul husna yang berjumlah 99. Bangunan utama berada di utara dan menghadap ke arah selatan karena masyarakat Kudus percaya bahwa hidup janganlah memangku gunung yaitu gunung muria yang berada di sebelah utara dari kabupaten Kudus. Bangunan pelengkap pekiwan bersebelahan dengan regol memiliki makna bahwa kebersihan adalah hal yang utama dalam Islam. Terakhir yaitu skala monumental massa dalem yang utama dengan atap joglo pencu dimaknai oleh masyarakat Kudus sebagai hidup dalam berumah tangga harus mengingat sang pencipta. Daftar Pustaka Cobley, Paul & Jansz, Litza. 2002. Semiotics for Beginners. Bandung: Mizan. Gawlikowska, Anna P. 2013. From Semantics to Semiotics. Communication of Architecture. Zurich: Swiss Federal Institute of Architecture. Sachari, Agus. 2006. Metode Penelitian Budaya Rupa. Erlangga. Sardjono, Agung B. 2009. Konstruksi Rumah Tradisional Kudus. Jurnal Arsitektur. Semarang: Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Sardjono, Agung B. 2009. Permukiman Masyarakat Kudus Kulon. Jurnal Arsitektur. Semarang: Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Sardjono, Agung B. 2009. Tata Ruang Rumah Tradisional Kudus. Jurnal Arsitektur. Semarang: Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Sardjono, Agung B. 2011. Arsitektur Dalam Perubahan Kebudayaan. Jurnal Arsitektur. Semarang: Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Triyanto. 2001. Makna Ruang dan Penataannya Dalam Arsitektur Rumah Kudus. Penerbit Kelompok Studi Mekar. Semarang Zahnd, Markus. 2009. Pendekatan dalam perancangan arsitektur. Penerbit kanisius. Soegiapranata University press. Semarang.