BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bibliometrika berasal dari kata biblio atau bibliography dan metrics, biblio

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS

OBSOLESCENCE: Mengenal Konsep Keusangan Literatur dalam Dunia Kepustakawanan

Usia Paro Hidup dan Keusangan Literatur Jurnal Skala Husada Volume 11, 12 Tahun

BAB II KAJIAN TEORITIS

ANALISIS PARO HIDUP LITERATUR PADA JURNAL INFORMATION RESEARCH PERIODE

Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada tahun 1969 (Sulistyo-Basuki 2002,2). Istilah bibliometrika berasal dari kata

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya, mengembangkan diri dan pemenuhan kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa untuk melakukan penelitian. Dokumen yang banyak digunakan dalam

BAB I. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS SITIRAN JURNAL PADA SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN TAHUN 2014 DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II KAJIAN TEORITIS. Sementara itu Sulistyo-Basuki (1990:16) menyatakan bahwa:

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu

ANALISIS PARO HIDUP USIA LITERATUR PADA ARTIKEL JURNAL AL-MAKTABAH TAHUN

BAB II KAJIAN TEORITIS. Pengertian lain menurut Koswara (2003, 3) bahwa:

UJI PARUH HIDUP ARTIKEL PADA MAJALAH ILMIAH BAWAL: WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

ABSTRACT ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. Rochani Nani Rahayu 1*, Tupan 1*, Mardiana 2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola produktivitas pengarang...,malta Nelisa, FIB Universitas UI, 2009 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang

BAB II KAJIAN TEORITIS

Kajian Bibliometrika Menggunakan Analisis Sitiran terhadap Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNP Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan

Lusi Anggraini 1, Bakhtaruddin Nst 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

ANALISIS SITIRAN JURNAL KEDOKTERAN PERGURUAN TINGGI (Trisakti, Universitas Maranatha, UKI Atmajaya)

ANALISIS SITIRAN TERHADAP SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INGGRIS TAHUN 2012 DI PERPUSTAKAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNDIP

CHARACTERISTICS OF ARTICLE AND CHARACTERISTICS OF CITATION IN THE JURNAL BAHASA DAN SENI

STUDI BIBLIOMETRIK DAN SEBARAN TOPIK PENELITIAN PADA JURNAL HAYATI TERBITAN

Zulmaisar. St 1, Elva Rahmah 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan kategori kajian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI TERHADAP PENGGUNAAN LITERATUR UNTUK RUJUKAN KARYA TULIS

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MODUL I TERBITAN BERSERI SEBAGAI SUMBER INFORMASI

PRODUKTIVITAS PENGARANG ARTIKEL BIDANG ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI DI INDONESIA TAHUN : ANALISIS BIBLIOMETRIKA MENGGUNAKAN HUKUM LOTKA

ANALISIS BIBLIOMETRIK PADA BULETIN PALAWIJA A Bibliometric Analysis on the Buletin Palawija

INFORMASI BIDANG EKONOMI DALAM ARTIKEL MAJALAH ILMIAH INDONESIA

BAB III METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN. dokumen dengan teknik analisis referensi (Sulistiyo-Basuki 2004, 73).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

BAB II TINJAUAN LITERATUR

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN PENGGUNAAN BAHAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI BAHAN RUJUKAN. Noer Aida ABSTRAK

BABII KAJIAN TEORITIS

Analisis Sitiran Terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. informasi

USIA PARO HIDUP DAN KEUSANGAN LITERATUR JURNAL SKALA HUSADA THE JOURNAL OF HEALTH VOLUME 11 NOMOR 1 DAN 2, VOLUME 12 NOMOR 1 DAN 2, TAHUN

Khoirul Maslahah IAIN Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia

Oleh: Sri Wulan ABSTRAK

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH

Engkos Koswara Natakusumah 1 *

PENELUSURAN TERBITAN BERKALA PADA UNIT PELAYANAN REFERENSI, TERBITAN BERKALA, DAN NBC PERPUSTAKAAN UGM

Analisis Sitiran terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Kata bibliografi berasal dari bahasa Yunani dengan. berarti menulis, maka kata bibliografi secara harfiah

KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) JAKARTA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PENULISAN KARYA ILMIAH:

PEMANFAATAN KAJIAN BIBLIOMETRIKA SEBAGAI METODE EVALUASI DAN KAJIAN DALAM ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

BAB III METODE PENELITIAN

Is Citation Analysis A Legitimate Evaluation Tool.?:

Dari jenis terbitan berseri yang diuraikan di atas, penulis hanya membahas mengenai jurnal tercetak dengan jurnal elektronik.

Chiftul Mawalia Anwar ( ) ABSTRAK ABSTRACT

Analisis Bibliometrika terhadap Publikasi Hasil Penelitian AIDS di Indonesia

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BIMBINGAN PEMAKAI SUMBER-SUMBER RUJUKAN PADA UNIT PELAYANAN REFERENSI, TERBITAN BERKALA, DAN NBC PERPUSTAKAAN UGM

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 18 PETUNJUK PENYIAPAN PENJILIDAN MAJALAH

STUDI BIBLIOMETRI MEDIA KOMUNIKASI ILMIAH BERKALA ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Analisis Bibliometrika terhadap Artikel Penelitian Penyakit Malaria di Indonesia Tahun 1970 April 2004 Menggunakan Database Online PubMed

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa

PEMBUATAN BIBLIOGRAFI BERANOTASI TERBITAN BANK INDONESIA KHUSUS KAJIAN EKONOMI REGIONAL TAHUN DI PERPUSTAKAAN KPW BI WILAYAH VIII

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat luar biasa bagi kehidupan masyarakat banyak. Perkembangan ilmu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PEMANFAATAN KOLEKSI TERBITAN BERKALA PADA UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI. *Hasni Lakona **Hasriani Amin **Joko

Analisis Sitiran sebagai Alat Evaluasi Koleksi Perpustakaan. Citation Analisis as a Tool of Library Collections Evaluation

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

ANALISIS BIBLIOMETRIKA MENGGUNAKAN KAIDAH LOTKA PADA PRODUKTIVITAS PENULIS ARTIKEL BIDANG PERTANIAN DI INDONESIA PEGGY ANTONETTE SOPLANTILA

Tugas Tutorial Mata Kuliah: Pengolahan Terbitan Berseri RANGKUMAN MODUL 6 PUST2250 (BUKU MATERI PENGOLAHAN TERBITAN BERSERI) Dibuat Oleh:

PEMBUATAN INDEKS BERANOTASI JURNAL ILMIAH BIDANG HUMANIORA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

PEMBUATAN INDEKS ARTIKEL SURAT KABAR BERANOTASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCES 2010 DI KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN, DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

BAB II LANDASAN TEORI. yang memudahkan para pengguna mencari informasi yang dibutuhkan salah satunya

BIBLIOGRAFI BERANOTASI SKRIPSI BERTAJUK ISLAM DI MINANGKABAU TAHUN KOLEKSI PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB IAIN IMAM BONJOL PADANG

KONTRIBUSI KARYA TULIS HASIL PENELITIAN DALAM BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT. Rushendi

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN

PENTINGNYA MENULIS ARTIKEL ILMIAH PADA JURNAL ILMIAH INTERNASIONAL DAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KETERPAKAIAN REFERENSI : STUDI KASUS KUMPULAN ORASI ILMIAH PENGUKUHAN PUSTAKAWAN UTAMA

Pemanfaatan E-journal oleh Mahasiswa: Kajian Analisis Sitasi Terhadap Tesis Mahasiswa Klaster Saintek Universitas Gadjah Mada**)

CIRI-CIRI KEPENGARANGAN DAN PENGGUNAAN LITERATUR DALAM MAJALAH INDONESIA BIDANG ILMU-ILMU SOSIAL

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang

Analisis Sitiran terhadap Skripsi Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh / Purwani Istzana

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

Kebijakan Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kementerian RISTEKDIKTI

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bibliometrika 2.1.1 Pengertian Bibliometrika Bibliometrika berasal dari kata biblio atau bibliography dan metrics, biblio berarti buku dan metris yitu berkaitan dengan mengukur. Jadi bibliometrics berarti mengukur atau menganalisis buku/literatur dengan menggunakan pendekatan matematika dan statistika. (Diodato dalam Hartinah, 2005:350) Bibliometrika merupakan suatu kajian kuantitatif di dalam ilmu perpustakaann. Kajian ini termasuk kajian tertua sehingga banyak para ahli yang menyimpulkan pengertian dari bibliometrika tersebut. Menurut Pritchard yang dikutip oleh Glanzel (2003), bibliometrics is the application of mathematical and statistical methods to books and other media of communication, hal ini berarti bibliometrika adalah aplikasi matematika dan metode statistik untuk buku dan media komunikasi lainnya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Harande (2001:1) : It refers to the application of statistical techniques to the literature of a given subject. Bibliometrics studies the patterns of communication between documented information and the potential users of information. Berdasarkan uraian tersebut, diambil kesimpulan bahwa bibliometrika merupakan penerapan metode matematika dan statistika untuk menganalisis jurnal ilmiah dan bentuk-bentuk komunikasi tertulis lainnya.

7 Fairthorne (1969) mendefinisikan bibliometrika sebagai kajian kuantitatif dari komunikasi tercetak dan sifat-sifat yang ditimbulkan. Definisi Fairthorne menunjukkan bahwa penerapan bibliometrika terbatas pada pengkajian secara kuantitatif informasi terekam. Sedangkan, menurut Nicholas dan Richie yang dalam Mustikasari (2008:2) menekankan bahwa lingkup kajian bibliometik bertujuan untuk menyediakan informasi tentang pengetahuan dan bagaimana mengkomunikasikannya. Menurut Bremholm dalam Dewiyana (2010) berpendapat bahwa : Bibliometrics is defined as the study of patterns in the publication and use of documents, while bibliometric laws define predictable relationships in those patterns. Berdasarkan definisi tesebut, dijelaskan bahwa bibliometrika mengkaji pola publikasi dan penggunaan dokumen. Dokumen yang menjadi objek kajian utama dari bibliometrika adalah dokumen primer dan yang paling dominan adalah majalah ilmiah (jurnal ilmiah), karena jurnal dianggap sebagai media penting dalam komunikasi ilmiah, merupakan pengetahuan publik serta arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat. Bibliometrika yang mengkaji distribusi publikasi merupakan kajian kuantitatif terhadap literatur, hal ini ditandai dengan munculnya tiga dalil dalam bibliometrika, yaitu dalil Lotka untuk menghitung produktivitas pengarang, dalil Zipf untuk menghitung peringkat kata dan frekuensi dalam literatur dan hukum Bradford untuk menentukan jurnal inti. Menurut Sudjana dalam Mustikasari (2008:29) menyatakan bahwa Bibliometrik merupakan salah satu bidang studi yang belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bibliometrik dikenal hanya sebatas sebagai daftar rujukan. Bila ditelaah secara serius, bibliometrik bisa

8 menjadi kaca untuk sebuah disiplin ilmu atau peta dari sebuah profesi. Merujuk pada pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa bibliometrik sebagai ilmu yang menerapkan penelitiannya pada bibliografi bukan hanya sebatas penelitian terhadap daftar rujukan, akan tetapi bibliografi tersebut dapat dijadikan cermin untuk melihat perkembangan suatu disiplin ilmu. Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa bibliometrika merupakan suatu kajian untuk mengukur literatur dengan metode kuantitatif dan menggunakan pendekatan matematika dan statistika. Kajian bibliometika merupakan penerapan dari sosiologi ilmu pengetahuan. Selain sebagai penerapan sosiologi ilmu, kajian bibliometrik juga digunakan untuk analisis sitasi guna meneliti kualitas publikasi individu, peneliti unggulan dan wibawa lembaga penelitian. Penerapan lainnya dalam kajian bibliometrik adalah penelitian kolaborasi. Kajian bibliometrika mengelompokkan suatu literatur ke dalam tiga bagian yang dikaji yaitu: 1. Objek dari literatur yang dikaji. 2. Isi objek dan bahan materi yang dikaji. 3. Kegunaan (manfaat) dari materi yang dikaji. Kajian bibliometrika lebih dikonsentrasikan pada karya ilmiah bidang ilmu eksakta, hal ini dikarenakan penelitian dibidang ini menghasilkan informasi yang akan disebarluaskan. Para ilmuwan dan pustakawan menghadapi kesulitan dalam penyimpanan dan temu kembali hasil penelitian. Untuk mengatasinya, mereka menyimpan informasi tersebut berdasarkan informasi terbaru tanpa menghilangkan produk dan jumlah penelitian.

9 2.1.2 Tujuan Bibliometrika Bibliometrika merupakan analisis kuantitatif terhadap dokumen dan atau publikasi ilmiah lainnya dengan menerapkan metode matematika dan statistika. Menurut Sulistyo-Basuki (2002:3), tujuan bibliometrika ialah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan secara deskriptif penghitungan dan analisis berbagai faset komunikasi. Bibliometrika dapat memberikan penjelasan tentang proses komunikasi tertulis dan perkembangannya dalam sebuah disiplin ilmu. Brookes dalam Sulistyo-Basuki (2002:7) menguraikan bahwa tujuan umum analisis kuantitatif terhadap bibliografi adalah: 1. Merancang bangun system dan jaringan informasi yang lebih ekonomis. 2. Penyempurnaan tingkat efisiensi proses pengolahan informasi. 3. Identifikasi dan pengukuran efisiensi pada jasa bibliografi yang ada dewasa ini. 4. Meramalkan kecenderungan penerbitan. 5. Penemuan dan elusidasi hukum empiris yang dapat menyediakan basis bagi pengembangan sebuah teori dalam ilmu informasi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis bibliometrika bertujuan untuk kegiatan rancang bangun sistem dan jaringan informasi, efisiensi pengolahan informasi, identifikasi dan pengukuran efisiensi terhadap jasa bibliografi, meramalkan kecenderungan penerbitan dan penetapan hukum empiris yang menjadi dasar bagi pengembangan teori dalam ilmu informasi.

10 Raan dalam Patra (2006:23) berpendapat: bibliometric methods are very useful for measuring the dissemination of knowledge in the natural sciences, but they are less effective in some applied fields, such as engineering. Pendapat tersebut menyatakan bahwa metode bibliometrika berguna untuk mengukur penyebarluasan pengetahuan bidang ilmu alam, dan beberapa metode tersebut kurang efektif pada suatu bidang, seperti bidang teknik. Archambault (2004:5) mengemukakan: bibliometrics is made up of methods for conducting quantitative analysis of science. Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa bibliometrika disusun atau dibentuk dari metodemetode yang bertujuan untuk mengadakan proses kuantitatif terhadap suatu ilmu pengetahuan. Berbeda dengan pendapat di atas, Purnomowati (2008:2) menegaskan bahwa bibliometrika dapat digunakan sebagai metode kajian yang bersifat deskriptif, misalnya yang berkaitan dengan kepengarangan, dan bersifat evaluatif misalnya untuk mengkaji penggunaan literatur melalui analisis sitiran. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bibliometrika bertujuan untuk mengukur penyebarluasan pengetahuan, mengkaji dokumen secara deskriptif yang berkaitan dengan kepengarangan, dan mengkaji secara evaluatif yang menyangkut sitiran atau kutipan dari dokumen yang bersangkutan.

11 2.1.3 Manfaat Bibliometrika Bibliometrika merupakan bagian dari informetrika yang mengkaji dari berbagai aspek literatur atau informasi terekam. Bibliometrika merupakan kajian ilmu yang berhubungan dengan temu kembali informasi yang dapat membantu pustakawan mencari dan menyajikan informasi di perpustakaan. Menurut Ishak (2005:18) manfaat biliometrika dalam perpustakaan adalah: 1. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu 2. Identifikasikan arah dan gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu. 3. Menduga keluasan literatur sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek. 5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalah pada dokumen berbagai subjek. 6. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospektif. 7. Meramalkan arah gejalah perkembangan masa lalu, sekarang dengan mendatang. 8. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi. 9. Mengkaji keusangan & penyebaran literatur ilmiah. 10. Meramalkan produktivitas penerbit pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin ilmu.

12 Pendapat di atas didukung oleh Sulistyo-Basuki (2002:8), manfaat aplikasi kuantitatif dari bibliometrika bagi perpustakaan adalah: 1. Identifikasi literatur inti. 2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan. 3. Menduga keluasan (comprahensiveness) literatur sekunder. 4. Mengenali pemakai berbagai subjek. 5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek. 6. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospectif. 7. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang mendatang. 8. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagi ilmu. 9. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja. 10. Mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati model yang ada. 11. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat. 12. Memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif. 13. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi. 14. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah (melalui penggugusan dan pasangan literatur ilmiah).

13 15. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin. 16. Mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto-indexing, autoabstracting dan autoclassification. 17. Mengembangkan norma pembakuan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat bibliometrika yaitu untuk mengetahui karakteristik literatur berdasarkan judul, indeks sitasi, kata kunci/ tajuk subjek, kepengarangan, keusangan serta pertumbuhan informasi. 2.2 Usia Paro Hidup 2.2.1 Pengertian Usia Paro Hidup Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat saat ini sehingga banyak menerbitkan dokumen-dokumen serta literatur baru baik berbentuk cetak maupun elektronik. Dengan banyaknya terbitan membuat terbitan sebelumnya menjadi usang. Usia paro hidup atau paro hidup dokumen half-life pertama kali diteliti oleh R.E. Burton dan R.W. Kebler tahun 1960. Mereka menggunakan istilah hallife yang berarti waktu saat setengah dari seluruh literatur suatu disiplin ilmu yang digunakan secara terus menerus. Hal yang sama juga diteliti oleh Charles F. Gosnell tahun 1944 namun belum bersifat ilmiah dan skalanya lebih kecil mengenai tingkat penggunaan keterpakaian koleksi di perpustakaan.

14 Paro hidup merupakan istilah yang diambil dari bidang ilmu fisika yang menunjukkan masa aktif suatu zat radio aktif. Paro hidup mengacu pada adanya waktu yang diperlukan oleh suatu atom untuk meluruh menjadi setengahnya secara terus menerus hingga atom suatu unsur itu habis. Dalam kajian keusangan literatur, paruh hidup diartikan bahwa rentang waktu dimana suatu literatur digunakan sebanyak 50 persen (separuh) penggunaan total dokumen itu. Parameter paruh hidup ini dapat menunjukkan umur dokumen. Line dalam Mustafa (2008) menyatakan: the half-life of a literature is bound to be shorter the more rapidly the literature growing. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa paro hidup dari sebuah literatur adalah batas cepat tidaknya pertumbuhan dari suatu literatur. Menurut Egghe (2002:3) Usia paro hidup suatu literatur ditentukan oleh tahun terbit referensinya maka dapat diketahui publikasi yang terbit dalam jangka waktu tertentu dan bisa diprediksi pertumbuhan dan publikasi selanjutnya di masa yang akan datang. Menurut Pao (1989:18) The term half-life has been borrowed from physics. It is defined as the time required for half of the atoms of a radioactive substance present to become disintegrated. Hal tersebut berarti istilah paro hidup atau half-life mengacu pada konsep bidang fisika yaitu waktu yang diperlukan oleh suatu atom untuk meluruh menjadi setengahnya secara terus menerus hingga atom itu hancur/ habis. Selain itu ada juga pendapat menurut Surata dalam Mustikasari (2008) yang menyatakan bahwa paro hidup literatur merupakan ukuran waktu pada saat

15 mana setengah dari semua literatur suatu disiplin ilmu secara terus menerus digunakan sejak diterbitkan. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa usia paro hidup atau paro hidup dokumen adalah suatu kajian bibliometrika yang berkaitan dengan keusangan literatur, usia paro hidup merupakan ukuran waktu saat mana setengah dari semua literatur digunakan secara terus menerus sejak diterbitkan. Menurut Sulistyo-Basuki (2002:6) R.E.Burton dan R.W.Kebler adalah orang pertama yang membuat penelitian tentang paro hidup literatur (half-life) yang berarti waktu saat setengah dari seluruh literatur dari satu disiplin ilmu yang digunakan secara terus menerus. Untuk menghitung usia paro hidup dari suatu literatur dapat dilakukan dengan cara mengurutkan refrensi dari masing-masing bidang ilmu mulai dari yang tertua (tahun terkecil) hingga tahun terbaru (tahun terbesar) atau sebaliknya. Kemudia mencari median dengan cara membagi daftar refrensi yang sudah terurut tersebut. Median ini merupakan usia paro hidup dokumen pada bidang ilmu bersangkutan (Gupta dalam Hartinah, 2005) Hal tersebut menunjukkan bahwa usia paro hidup literatur dapat digunakan sebagai tolak ukur kekayaan informasi dari suatu literatur. Dengan mengetahui usia paro hidup dari literatur tersebut maka dapat dilihat perkembangan dari bidang ilmu bersangkutan. Hal ini dikarenakan semakin banyak terbitan baru dari suatu bidang ilmu, maka dapat diprediksi bahwa bidang ilmu tersebut terus berkembang. Jika terbitan dari suatu bidang ilmu tersebut

16 sedikit maka ada kemungkinan bidang ilmu tersebut mengalami stagnasi atau perkembangan ilmu tersebut berjalan lambat. 2.2.2 Manfaat Usia Paro Hidup Menurut Egghe (2002) usia paro hidup suatu literatur ditentukan oleh tahun terbit referensinya, sehingga dapat diketahui publikasi yang terbit dalam jangka waktu tertentu dan dapat diprediksi pertumbuhan publikasi selanjutnya dimasa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa paro hidup literatur dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur kekayaan atau kemiskinan informasi dari suatu disiplin ilmu. Menurut Hartinah (2002:2) usia paro hidup dapat dijadikan indikator kekayaan atau kemiskinan informasi. Bagi perpustakaan kajian usia paro hidup dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menyediakan koleksi bagi penggunanya. Menurut Panggabean (2010:21), manfaat lain dari kajian usia paro hidup dokumen bagi pihak perpustakaan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat keusangan literatur dari kolesi perpustakaan. 2. Efektifitas penyiangan koleksi. 3. Untuk mengetahui kemuktahiran informasi dalam sebuah literatur perpustakaan. 4. Efektifitas pelayanan perpustakaan. 5. Pemisah koleksi yang digunakan dengan frekuensi tertinggi dan terendah.

17 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat kajian usia paro hidup adalah : 1. Dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk kepentingan penulisan karya ilmiah dalam hal melakukan pembatasan penggunaan literatur yang akan digunakan. 2. Dapat menjadi indikator kemutakhiran informasi, khususnya untuk perpustakaan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyediakan koleksi bagi pengguna. 3. Dapat bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan suatu bidang ilmu pengetahuan. 4. Meningkatkan efisiensi dalam mengelola dan kegiatan pengembangan koleksi. 2.3 Keusangan Literatur (Obsolescence) 2.3.1 Pengertian Keusangan Literatur (Obsolescence) Keusangan literatur adalah kajian bibliometrika atau informetrika tentang penggunaan dokumen atau literatur yang berkaitan dengan umur literatur tersebut. Sesungguhnya fenomena lahir, hidup dan mati bagi mahluk hidup, dapat pula diterapkan pada dokumen. Suatu dokumen dikatakan lahir pada saat dokumen itu diterbitkan. Kemudian dokumen dikatakan hidup selama dokumen itu dimanfaatakan. Pada akhirnya dokumen dikatakan mati pada saat tidak ada lagi yang menggunakan dokumen itu. Death of paper adalah konsep dalam ilmu informetrika/ bibliometrika yang berarti bahwa suatu karya tidak pernah lagi

18 dikutip. Keusangan literatur (Obsolescence) berasal dari kata obsolete berarti outof-date, no longer in use, no longer valid atau no longer fashionable. Keusangan literatur (Obsolescence) adalah konsep yang relatif, karena ada literatur yang baru terbit sekitar lima tahun sudah jarang digunakan lagi, tetapi sebaliknya ada literatur yang sudah terbit puluhan bahkan ratusan tahun tetapi masih tetap digunakan oleh banyak orang. Ada dokumen yang sudah usang bahkan sebelum diterbitkan. Ada orang yang menganggap suatu dokumen sudah usang, tetapi bagi orang lain belum usang. Menurut Mustafa (2008:2) Keusangan literatur adalah kajian bibliometrika atau informetrika tentang penggunaan dokumen atau literatur yang berkaitan dengan umur literatur tersebut. Sedangkan menurut Vickery dalam Mustafa (2008:2) menyatakan: obsolescence is in fact a function of two factors, growth and obsolescence, yang berarti keusangan literatur merupakan sebuah fungsi yang terdiri dari dua faktor, yaitu pertumbuhan dan keusangan. Sementara Brookes dalam Mustafa (2008:2) mengemukakan bahwa: a further factor should be considered the rate of growth of the number of contributing scientists, the number of papers and the number of contributing scientists act in opposite directions on the rate of ageing. Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa kajian mengenai bibliometrika harus mempertimbangkan faktor yang lebih lanjut yaitu, tingkat pertumbuhan dari jumlah ilmuwan yang memberikan kontribusi dalam melakukan penelitian, jumlah tulisan dan jumlah ilmuwan yang memberikan kontribusi atas tindakan yang berada pada tujuan yang berlawanan dalam tingkat keusangan.

19 Menurut Hjorland (2008:1): obsolescence of literature and information is, of course a relative concept, artinya keusangan literatur dan informasi sudah pasti adalah konsep yang relatif. Menurut Mustafa (2008:8) Obsolescence adalah konsep yang relatif, karena ada literatur yang baru terbit sekitar lima tahun sudah jarang digunakan lagi, tapi sebaliknya ada literatur yang sudah terbit puluhan bahkan ratusan tahun, tetapi masih tetap digunakan oleh banyak orang. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keusangan literatur (Obsolescence) merupakan fungsi dari 2 faktor yakni pertumbuhan dan keusangan serta dalam melakukan kajian mengenai bibliometrika, perlu mempertimbangkan faktor yang lebih lanjut yaitu tingkat jumlah ilmuwan yang melakukan penelitian yang memberikan kontribusi dari jumlah tulisan. Keusangan literatur (Obsolescence) yaitu penurunan kemutakhiran ilmu atau pemanfaatan koleksi akibat banyaknya ilmu baru yang bermunculan yang dianggap lebih mutakhir dibanding ilmu sebelumnya. Penurunan penggunaan suatu literatur pada suatu periode atau kurun waktu juga bisa dikarenakan literatur tersebut semakin tua. Line dalam Mustafa (2008) menyatakan bahwa pengurangan penggunaan suatu literatur disebabkan oleh: 1. Informasinya masih sahih (valid), tetapi sudah dicakup dalam karya lain yang lebih baru. 2. Informasinya masih sahih, tetapi sudah disuperseded oleh karya lain yang lebih baru.

20 3. Informasinya masih sahih, tetapi pada bidang/subjek yang semakin tidak diminati. 4. Informasinya tidak lagi sahih. Meskipun demikian, Sulistyo-Basuki (1988: 90) menambakan faktor kebalikannya yaitu peningkatan kesahihan suatu dokumen dapat disebabkan karena: 1. Informasi yang dimuat semula dianggap tidak sahih, namun kini diakui sahih. 2. Informasi yang dimuat bersifat sahih, namun tiadanya teori atau teknologi yang cukup memadai menghambat pengembangannya. 3. Informasi yang dimuat sahih dan kini berada dalam bidang yang makin berkembang atau menarik minat baru. Keusangan literatur (obsolescence) terbagi dua yaitu synchronous dan diachronous. Obsolescence synchronous adalah ukuran keusangan literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi melalui median citation age (median umur sitiran). Obsolescence diachronous adalah ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan memeriksa tahun terbitan dari sitiran yang diterima suatu literatur tersebut. Dalam bibliometrika yang menjadi data penelitian dalam ukuran keusangan literatur (Obsolescence) adalah sitiran yang ada pada dokumen tersebut. Obsolescence synchronous dapat diukur melalui median usia ditiran yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi tahun terbit dokumen sumber dengan median tahun terbit yang terdapat dalam daftar referensi.

21 Sedangkan obsolescence diachronous dapat mengukur usia kelompok dokumen melalui suatu pengujian terhadap tahun terbit sitiran yang diterima oleh dokumen obsolescence diachronous diukur melalui paro hidup (half-life) yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi median tahun terbit dokumen yang menyitir dokumen sumber dengan tahun terbit termuda dokumen sumber. Kedua cara tersebut memang mirip tetapi dengan cara penanganan yang berbeda. Jika synchronous menentukan literatur yang menyitir kemudian mengkaji distribusi usia referensi yang ada didalamnya, maka Diachronous menentukan literatur yang disitir kemudian mengkaji penggunaan literatur tersebut pada terbitan selanjutnya. Dikemukakan dalam berbagai penelitian bahwa masing-masing bidang ilmu memiliki keusangan literatur yang berbeda. (Purnomowati, 2004:18) 2.3.2 Manfaat Keusangan Literatur (Obsolescence) Menurut Mustafa (2008:3) kajian literatur setidaknya bermanfaat untuk efisiensi dalam bidang pengelolaan perpustakaan. Hasil kajian keusangan literatur dapat digunakan untuk: 1. Penyiangan (weeding) koleksi yang tidak diperlukan lagi. 2. Pemanfaatan ruang/rak yang terbatas. 3. Pemisahan koleksi yang digunakan dengan frekuensi tinggi dan rendah. 4. Efektifitas pelayanan.

22 Menurut Mustafa (2008:4) menyatakan parameter informasi yaitu: 1. Kuantitas. Diukur dengan jumlah dokumen, halaman, kata, karakter, byte dsb. 2. Isi. Arti atau makna suatu informasi. 3. Struktur. Format atau bangun suatu informasi dan kata logisnya diantara unsur-unsur yang membentuknya. 4. Bahasa. imbol, abjad, kode atau tata bahasa informasi itu disampaikan. 5. Kualitas. Kelengkapan, ketepatan, relevansi informasi yang disampaikan. 6. Usia. Selang waktu kapan suatu informasi masih bernilai atau dimanfaatkan. Menurut Mustafa (2008:4) faktor yang mempengaruhi suatu dokumen atau literatur digunakan adalah: 1. Jumlah dokumen lain yang dibuat berdasarkan dokumen itu. 2. Jumlah kutipan rata-rata per dokumen. 3. Jumlah dokumen pada dokumen yang dikutip. 4. Aksesibilitasnya secara bibliografis. 5. Aksesibilitasnya secara fisik. 6. Aksesibilitasnya secara digital. 7. Nilai ilmiahnya. 8. Jumlah karya lain dalam dokumen yang sama yang mungkin dikutip.

23 2.4 Jurnal Ilmiah Jurnal ilmiah merupakan salah satu contoh terbitan berkala atau berseri. Menurut Sulistyo-Basuki (1991) terbitan berkala merupakan terbitan yang keluar dalam bagian secara berturut-turut dengan menggunakan nomor urut dan/atau secara kronologi, serta dimaksudkan untuk terbitan dalam waktu yang ditentukan. Menurut Lasa (1990) berdasarkan kata periodicals yang diartikan sebagai majalah, terbitan berkala, berisi banyak artikel yang ditulis beberapa orang, diterbitkan oleh lembaga, instansi, yayasan, maupun perkumpulan yang membentuk susunan redaksi sebagai penanggungjawab penerbitan ini dan terbit dalam frekuensi tertentu seperti mingguan, bulanan, dwibulanan, triwulan, maupun semesteran. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terbitan berkala atau berseri adalah terbitan yang dibuat dan diterbitkan secara konsisten dalam frekuensi waktu tertentu yang berisi beberapa artikel yang ditulis oleh beberapa orang. Jurnal ilmiah sebagai salah satu terbitan berkala yang banyak digunakan saat ini karena informasi yang terdapat pada jurnal ilmiah termasuk baru dan terdapat juga hasil penelitian-penelitian terkini. Jurnal ilmiah dianggap sebagai dokumen primer atau yang paling penting di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Jurnal ilmiah berisi kumpulan artikel yang dipublikasikan secara periodik, ditulis oleh para ilmuwan peneliti untuk melaporkan hasil-hasil penelitian terbarunya. Karena itulah, keberadaan jurnal ilmiah merupakan hal yang penting untuk terus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

24 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jurnal ilmiah merupakan artikel yang berisi kumpulan hasil-hasil penelitian terkini yang diterbitkan secara berkala dalam kurun waktu tertentu. Jurnal ilmiah memiliki 3 (tiga) peran dalam proses komunikasi ilmiah yaitu: 1. Peran sosial yaitu untuk membangun dan memelihara kekayaan intelektual, sehingga karya kreatif dan inovatif seorang ilmuwan akan mendapatkan pengakuan dari dunia disiplin ilmu terkait. 2. Peran arsip yaitu untuk memberikan pengakuan ilmiah bahwa artikel yang diterbitkan itu sudah dievaluasi dan dinyatakan dapat diterima oleh dunia ilmu pengetahuan. Sebagaimana disebutkan di atas, artikel yang dikirim ke jurnal ilmiah akan mengalami proses peer review yaitu proses seleksi dan review oleh para ahli di bidang tersebut untuk menentukan apakah karya tersebut memenuhi syarat keakuratan, reliabilitas dan layak untuk dipublikasikan. Proses ini ditujukan untuk menjaga kualitas literatur ilmiah sehingga hanya karya yang memenuhi syarat ilmiah lah yang dipublikasikan. Dengan demikian, peneliti lain akan mendapatkan keyakinan ketika menggunakan artikel dalam jurnal ilmiah sebagai dasar untuk mengembangkan karya yang lainnya. 3. Peran diseminasi informasi yang sangat esensial karena sifat dari ilmu pengetahuan yang kumulatif atau terus bertambah. Apalagi dengan kemajuan publikasi elektronik atau online, maka diseminasi dari publikasi ilmiah berpotensi untuk dapat dilakukan dengan semakin cepat.