BAB I PENDAHULUAN. Otot merupakan bagian utama sebagai pembangkit gaya dan gerak pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi dan permasalahan lingkungan yang menjadi polemik global saat

4. Hasil dan Pembahasan

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Grafena merupakan lapisan tipis dari karbon dengan sifat mekanik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kartika Mayasai, 2014

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Ucapan Terima Kasih... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel1.1 Luas Panen Pisang Indonesia (dalam Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini menjadi bahan yang tak akan pernah habisnya

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

4 Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. aman, dan ramah lingkungan. Cairan ionik juga berperan dalam mempercepat

3. Metodologi Penelitian

Skala ph dan Penggunaan Indikator

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak bulan Maret sampai dengan bulan

4. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai Oktober 2012.

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB VI. ELEKTROFORESIS

3 Metodologi Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

LAMPIRAN 2.1. FORMAT KONSTRUKSI BUKU PENGAYAAN KONTEKS OTOT BUATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi

Ion Exchange. Shinta Rosalia Dewi

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Pengembangan Membran Penukar Proton Berbasis Polisulfon Tersulfonasi untuk aplikasi Direct Methanol fuel cell (DMFC)

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penyedia tenaga listrik. Standar yang lebih tinggi tersebut adalah

3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

3 Metodologi Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran

BAB I PENDAHULUAN. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi Sri Handayani (2008)

Tinjauan Pustaka. 2.1 Fuel Cell (Sel Bahan Bakar)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat khususnya pada bidang

STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya (2014), menyatakan bahwa udang vannamei (Litopenaeus vannamei) tertinggi sehingga paling berpotensi menjadi sumber limbah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Partikel Materi. Bab. Peta Konsep. Gambar 8.1 Molekul senyawa. Atom. bermuatan listrik. jenisnya Ion. bergabung menjadi. Molekul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Sintesis Cairan Ionik Turunan Imidazolin. Dalam penelitian ini, cairan ionik turunan imidazolin yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai dari Januari sampai Juli Sintesis cisoleil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kertas merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia.

IKATAN KIMIA ORGANIK dalam bidang ilmu FARMASI

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang

ION EXCHANGE DASAR TEORI

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. Klasifikasi membran berdasarkan material dasar pembuatannya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PEMISAHAN KATION PADA FASA DIAM SILIKA GEL YANG DIMODIFIKASI DENGAN 3- GLYCIDYLOXYPROPYL TRIMETHOXYSILANE DAN TAURIN.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Otot merupakan bagian utama sebagai pembangkit gaya dan gerak pada semua aktivitas manusia. Filamen kontraktil dari otot skeletal yang disebut dengan benang otot (muscles thread) atau myofibril mempunyai diameter kira-kira 1 mikrometer. Konsep dasar dari kerja sebuah otot adalah kontraksi dan regangan pada filamen-filamen penyusunnya. Kontraksi dan regangan ini bekerja secara spontan, lentur dan respon yang cepat yang lansung dikontrol oleh otak manusia melalui syaraf-syaraf. Konsep dasar pada otot ini menyerupai sifat-sifat yang dimiliki oleh system material Elektro-Aktive polimer (EAP) (Yusuf, 2010). Kesamaan sifat tersebut mengilhami para ilmuwan pada sebuah keyakinan bahwa sistem kendali EAP membuka harapan sekaligus tantangan bagi sebuah otot buatan (artificial muscles). Dalam penelitian selanjutnya, para ilmuwan telah mengembangkan EAP pada manusia untuk menciptakan kedipan mata yang akan melindungi mata dan memperbaiki penampilan wajah. EAP merupakan suatu teknologi baru yang mempunyai potensi untuk digunakan dalam rehabilitasi gerakan wajah pada pasien penderita kelumpuhan otot wajah. Polimer Elektro-Aktif berperilaku seperti otot manusia dengan memanjang dan berkontraksi, tergantung tingkat input tegangan listrik (Panca, 2010). Untuk orang dengan tipe kelumpuhan lain,

penggunaan otot buatan suatu hari nanti dapat dikembangkan menjadi otot sintetis untuk mengontrol bagian tubuh lain. Didasarkan pada mekanisme aktivasinya, EAP dapat dibagi dalam dua katagori, yaitu EAP elektrik dan EAP ionik. EAP elektrik dikendalikan oleh medan listrik atau gaya Coulomb, sedangkan EAP ionik disebabkan oleh gerak mobilitas dan difusi dari ion-ion. Contoh dari EAP elektrik adalah polimer feroelektrik, EAP dielektrik, Liquid Crystal Elastomer (LCE), dan lain-lain. Contoh dari EAP ionik adalah Gel Polimer Ionik (GPI) dan komposit Ionomerik Polimer-Logam (KIPL) (Yusuf,2010). KIPL merupakan konduktor elastik yang terdiri dari dua lapisan membran polimer yang mengikat ion logam dan diantara kedua lapisan membran ditambahkan pelarut (Malone, 2010). Berbeda dengan EAP lain yang hanya bisa menghantarkan listrik dan regangan, pada polimer-logam ionomerik dapat memberikan respon berupa kontraksi dan relaksasi ke kiri dan ke kanan ketika dialiri listrik. Hal ini disebabkan oleh migrasi muatan pada kation menuju polimer yang dialiri arus negatif. Sifat tersebut sangat cocok jika digunakan untuk material pembuat otot buatan (artificial muscles). Membran yang saat ini banyak digunakan untuk KIPL adalah Nafion, politetrafluoroetilena dengan cabang gugus asam sulfonat (Nafion ) memiliki konduktivitas proton, ketahanan mekanik, dan ketahanan termal yang baik. Kekurangan yang dimiliki membran Nafion seperti kurang ramah lingkungan dan harganya yang mahal, membuat aplikasinya pada KIPL menjadi terbatas. Berbagai penelitian dilakukan dengan tujuan mendapatkan membran baru yang 2

lebih baik dari segi kualitas, harga dan ramah lingkungan dibandingkan dengan Nafion. Kitosan merupakan salah satu biopolimer yang memenuhi syarat untuk diaplikasikan sebagai membran KIPL karena kitosan bersifat hidrofilik, memiliki kekuatan mekanik yang baik, mudah dimodifikasi secara kimia serta dapat terdegradasi secara alami. Kitosan merupakan biopolimer yang berasal dari kulit udang yang telah dideasetilisasi. Pemanfaatan kitosan sebagai membran dapat menjawab permasalahan limbah dan menaikan nilai ekonomi kulit udang tersebut. Bila dibandingkan dengan Nafion, konduktivitas kitosan sangat rendah, sehingga untuk menaikkan konduktivitas ioniknya dilakukan sulfonasi pada kitosan. Dalam penelitian ini digunakan membran polimer berupa kitosan sulfonat. Hasil penelitian sebelumnya (Velianti, 2008) menunjukkan bahwa membran kitosan sulfonat yang dihasilkan dengan metoda konvensional memiliki sifat termal dan kapasitas penukar proton yang lebih tinggi dibandingkan membran yang diperoleh dengan bantuan gelombang mikro. Namun demikian, membran yang dihasilkan dari metoda pertama sangat rapuh.sebaliknya, membran kitosan tersulfonasi yang diperoleh dari hasil reaksi dengan bantuan gelombang mikro mempunyai kekuatan mekanik yang baik untuk uji permeasi selanjutnya. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa membran kitosan sulfonat yang disintesis dengan gelombang mikro mempunyai nilai permeasi terhadap metanol yang lebih rendah dibandingkan dengan membran kitosan tanpa sulfonasi. 3

Selain pergantian Nafion dengan kitosan sulfonat, pada penelitian ini juga dilakukan studi bahan pengganti kation logam serta pelarut dalam pembuatan kitosan berupa cairan ionik. Cairan ionik adalah material yang hanya terdiri atas spesies ionik (kation dan anion), tidak mengandung molekul netral tertentu, dan mempunyai titik leleh relatif rendah, terletak pada suhu < 100 o C, walaupun umumnya pada suhu kamar. Cairan ionik dapat mempunyai stabilitas termal yang tinggi, dan dalam bebarapa kasus dapat mempunyai stabilitas termal sampai 400 C. Ion penggati logam yang digunakan adalah cairan ionik berupa kation fatty imidazolinium sedangkan untuk pelarutnya digunakan variasi pelarut metanol-(cis-ol-imzi). Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk membuat terobosan baru dari komposit Ionomerik Polimer-Logam (KIPL) menjadi Komposit Ionomerik Polimer-Cairan Ionik (KIPCI). Membran kitosan sulfonat yang diimpregnasi dengan cairan ionik berbasis garam fatty imidazolinium bergugus oleil cis [cis-ω-9-ch 3 (CH 2 ) 16 CH 2 -] dengan anion berupa iodida, yaitu cis-oleil imidazolinium iodida (cis-ol-imzi), dapat meningkatkan konduktivitas dan kapasitas penukar proton pada membran (Sumirat, 2010). Dengan demikian, membran kitosan sulfonat yang telah terimpregnasi cairan ionik berbasis garam fatty imidazolinium tersebut memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan sebagai bahan konduktif untuk pembuatan KIPCI. 4

1.2 Perumusan Masalah 1. Dilihat dari daya hantar ioniknya, apakah kitosan sulfonat termodifikasi (cis-ol-imzi) dapat dijadikan komponen KIPCI? 2. Diantara variasi pelarut metanol-(cis-ol-imzi), yang manakah pelarut yang memberikan aktuasi terbaik untuk KIPCI? 3. Jika dilihat dari tingkat aktuasinya, dapatkah KIPCI berbasis kitosan sulfonat - (cis-ol-imzi) tersebut digunakan pada komponen artificial muscles? 1.3 Batasan Masalah Penelitian Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai dan untuk menghindari adanya perluasan masalah, maka perlu dijelaskan tentang pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Subjek penelitian adalah kitosan sulfonat termodifikasi cairan ionik cisoleil imidazolinium iodida (cis-ol-imzi) yang digunakan sebagai komponen KIPCI dengan variasi pelarut metanol-(cis-ol-imzi). Objek penelitian adalah kemampuan aktuasi komposit ionomerik polimer-cairan ionik (KIPCI) dari kitosan sulfonat termodifikasi cairan ionik cis-oleil imidazolinium iodida (cis-ol-imzi). 2. Kajian pengaruh proses aktuasi dibatasi pada variasi pelarut, variasi tegangan listrik, dan optimasi waktu aktuasi. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagaiberikut: 5

1. Mendapatkan material KIPCI berbasis kitosan sulfonat termodifikasi fatty imidazoliniumcis-ol-imzi sebagai komponen dari Artificial muscles. 2. Mengetahui tingkat aktuasi material KIPCI berbasis kitosan sulfonat termodifikasi fatty imidazolinium cis-ol-imzisebagai komponen dari Artificial muscles. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam perkembangan teknologi industri, terutama dalam pembuatan material komposit ionomerik yang lebih baik dari material komposit ionomerik yang telah digunakan sebelumnya. Dengan demikian, material komposit ionomerik yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan memiliki efisiensi tinggi dan ramah lingkungan dengan biaya produksi murah dapat terwujudkan dan diaplikasikan pada berbagai bidang. 6