BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pendidikan di Indonesia cenderung tertinggal apabila dibandingkan dengan Negara-negara lain di dunia khususnya Negara-negara ASEAN. Hal tersebut sudah menjadi masalah yang sangat kompleks ketika dicariakar penyebabnya. Memang banyak sisi yang harus kita soroti ketika kitamengkaji hal tersebut, yaitu faktor-faktor penyebab rendahnya mutupendidikanini. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor eksternal maupun internal siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, sarana dan prasarana pendukung, guru dan metode mengajar. Sedangkan faktor internal meliputi tingkat kecerdasan dan kemampuan awal siswa, motivasi dan minat siswa terhadap suatu pelajaran. Inti pokok pendidikan untuk siswa adalah belajar, dalam arti perubahan dan peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor untuk melaksanakan perubahan tingkah laku. Matematika adalah salah satu pelajaran mendasar yang diajarkan di sekolah. Matematika sebagai ilmu yang bersifat deduktif, dalam hal ini sebagai ilmu eksakta, untuk mempelajarinya tidak cukup hanya dengan hafalan dan membaca, tetapi memerlukan pemikiran dan pemahaman. Sampai saat ini prestasi belajar matematika yang dicapai oleh siswa masih tergolong rendah. Third International Mathematics and Science Study (TIMMS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa kelas VIII SMP Indonesia jauh dibawah rata-rata skor matematika siswa internasional dan berada pada rangking ke 34 dari 38 negara. Hal tersebut dikuatkan pula dengan kenyataan bahwa sejak Indonesia ikut
dalam Olimpiade Matematika Dunia peserta dari Indonesia belum pernah masuk dalam sepuluh besar (tertinggi), melainkan selalu masuk dalam kelompok terendah. Rendahnya prestasi belajar matematika yang dicapai siswa tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor adalah siswa mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah. Belajar matematika merupakan belajar konsep. Hal yang paling penting adalah bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep dasar dalam matematika. Maka dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan tidak hanya mendengarkan, mencatatat dan menghafalkan materi maupun rumus-rumus yang diberikan guru, melainkan siswa dituntut aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran, siswa harus mampu berpikir kritis dan berargumen dalam memecahkan berbagai persoalan dalam matematika. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat. Guru harus mempunyai strategi agar pembelajaran menjadi menarik dan siswa dapat belajar secara efektif. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat penting, karena tidak semua model dapat digunakan pada tiap pokok bahasan. Kebanyakan guru menggunakan metode ceramah dan ekspositori dalam menyajikan pelajaran. Model ini terpusat pada guru, sehingga dominasi guru akan mengakibatkan siswa kurang aktif dan tidak mampu berfikir kritis karena siswa menganggap semua yang disampaikan guru adalah benar dan harus diikuti. Sejalan dengan perkembangan teknologi, di bidang pendidikan juga banyak mengembangkan berbagai model pembelajaran. Salah satunya adalah pembelajaran
menggunakan model Realistic Mathematics Education (RME). Pertama kali dikembangkan di Belanda oleh Hans Freudenthal RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan. Siswa tidak boleh dipandang sebagai obyek belajar, melainkan sebagai subyek belajar. RME menggunakan fenomena dan aplikasi yang real terhadap siswa dalam memulai pembelajaran. Dengan sekumpulan soal kontekstual, siswa dibimbing oleh guru secara konstruktif sampai mereka mengerti konsep matematika yang dipelajari. Sehingga dari penguasaan konsep ini, siswa diharapkan memperoleh prestasi belajar yang baik pula. Selain faktor guru dan model pembelajaran dalam proses pembelajaran faktor kemampuan awal siswa yang berbeda-beda satu sama lain perlu diperhatikan. Hal tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan penerimaan materi pada masing-masing siswa. Sehingga berakibat pula pada perbedaan hasil belajar mereka. Pada siswa SMP kelas VIII semester genap, kemampuan awal yang dimaksud adalah nilai matematika pada ujian akhir semester ganjil. Siswa yang memiliki nilai matematika pada ujian akhir semester ganjil tinggi dimungkinkan akan memiliki prestasi belajar yang baik pula pada semester genap, sedangkan siswa yang memiliki nilai matematika pada ujian akhir semester ganjil lebih rendah dimungkinkan akan memiliki prestasi belajar yang lebih rendah pula pada semester genap. Salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika yang dipelajari siswa SMP kelas VIII adalah Relasi dan Fungsi. Pada pokok bahasan ini siswa akan belajar tentang memahami pengertian relasi dan fungsi serta menyatakan relasi dan fungsi dengan menggunakan diagram panah, diagram cartesius dan menentukan nilai fungsi
tersebut serta menggambar grafik dari suatu fungsi. Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari materi ini adalah mereka cenderung menghafal definisi serta rumus dan contoh soal tapi tidak memahami, sehingga apabila diberi soal yang berbeda dengan contoh soal, mereka akan mengalami kesulitan. Maka diperlukan model pembelajaran yang tepat agar siswa lebih mudah mempelajari pokok bahasan ini. Bertolak dari uraian yang telah dipaparkan, penulis ingin mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan model RME pada pokok bahasan relasi dan fungsi terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas VIII SMP. Berdasarkan uraian di atas dilakukan penelitian dengan judul: PENGARUH MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP SWASTA DIAKUI ANGKASA KUPANG TAHUN AJARAN 2014/2015 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan dengan menggunakan model Realistic Mathematics Education pada siswa kelas VIII SMP Swasta Diakui Angkasa Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? 2. Bagaimana prestasi belajar matematika yang diajarkan dengan model Realistic Mathematics Education pada siswa kelas VIII SMP Swasta Diakui Angkasa Kupang Tahun Ajaran 2014/2015?
3. Adakah pengaruh model Realistic Matematics Education terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII SMP Swasta Diakui Angkasa Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan pembelajaran dengan menggunakan model Realistic Mathematics Education pada siswa kelas VIII SMP Swasta Diakui Angkasa Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. 2. Mendeskripsikan prestasi belajar matematika yang diajarkan dengan model Realistic Mathematics Education pada siswa kelas VIII SMP Swasta Diakui Angkasa Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. 3. Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh model Realistic Matenatics Education terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa SMP Swasta Diakui Angkasa Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. D. Batasan Istilah Untuk menghindari perbedaan tafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam penelitian ini, maka berikut ini di jelaskan beberapa istilah yang di gunakan: 1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 2. Realistic mathematics education (RME) adalah suatu model pembelajaran matematika yang lebih menekankan realitas dan lingkungan sebagai titik awal dari pembelajaran, menekankan ketrampilan proses of doing mathematics.
Berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan akhirnya menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. 3. Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa Ssetelah mengikuti proses pembelajaran matematika dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan, dan kemudian akan di ukur, dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angkah atau pernyataan. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah 1. Bagi guru/calon guru, sebagai informasi bahwa penggunaan model pembelajaran matematika realisitik (realistic mathematics education) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model dalam pembelajaran matematika yang menekankan konsep dasar matematika. 2. Bagi peserta didik, dengan menggunakan model pembelajaran matematika realistik (realisitic mathematics education) dapat menumbuhkembangkan prestasi belajar dalam pembelajaran matematika. 3. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam proses pengembangan pembelajaran matematika.