Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya, manusia membutuhkan bahasa. Bahasa adalah suatu sarana komunikasi bagi manusia untuk mengungkapkan perasaan yang ada dalam diri orang tersebut. Manusia menggunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Hocket, salah seorang tokoh strukturalis dalam (Chaer, 2007 : 284) menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri dari lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Kedudukan kelima sistem ini tidak sama derajatnya. Subsistem gramatika, fonologi, dan morfofonemik bersifat sentral. Sedangkan subsistem semantik dan fonetik bersifat periferal. Hal tersebut dikarenakan makna yang menjadi objek semantik sangatlah tidak jelas, tak dapat diamati secara empiris, sebagaimana subsistem gramatika (morfologi dan sintaksis). Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (2008 : 24) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dalam berbahasa manusia sering menggunakan ungkapan-ungkapan guna mempertegas suatu percakapan. Ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diartikan secara begitu saja. Dalam upaya untuk memahami ungkapan-ungkapan tersebut, dibutuhkan suatu analisis terhadap makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut. Untuk itu, dibutuhkan pengetahuan terhadap ilmu semantik (imiron). Bahasa tidak terlepas dengan adanya semantik (imiron). Agar dapat berbahasa dengan baik, dibutuhkan juga pengetahuan terhadap semantik. Menurut M. Breal dalam Parera, J.D (2004 : 14) semantik adalah pelafalan lain dari istilah la semantique yang merupakan satu cabang studi
linguistik general. Oleh karena itu, semantik di sini adalah satu studi dan analisis tentang makna linguistik. Menurut Chomsky, seorang bapak linguistik transformasi dalam Chaer (2007: 285) dalam bukunya yang pertama, beliau tidak menyinggung-nyinggung masalah makna. Baru kemudian dalam bukunya yang kedua, beliau menyatakan bahwa semantik merupakan suatu komponen dari tata bahasa (dua komponen lain adalah sintaksis dan fonologi), dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik ini. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat; dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. Dalam pembicaraan tentang relasi makna ini biasanya dibicarakan masalah-masalah yang disebut sinonim, antonim, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan redudansi (Chaer, 2007 : 297). Berkaitan dengan itu, penulis akan menganalisis kanyouku 慣用句 dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang sendiri, banyak dijumpai penggunaan kanyouku 慣用句 dalam percakapan sehari-hari. Kanyouku 慣用句 menjadi bagian dari percakapan sehari-hari, karena dengan menggunakan kanyouku 慣用句 makna yang terkandung dalam percakapan menjadi semakin mendalam. Terlebih lagi dengan kebiasaan orang Jepang yang tidak suka mengungkapkan perasaan secara langsung dalam kata-kata. Sehingga kanyouku 慣用句 sebagai salah suatu hal yang lumrah terdapat dalam percakapan masyarakat Jepang. Kanyouku 慣用句 banyak dijumpai baik dalam percakapan lisan, maupun dalam bentuk tulisan. Kanyouku 慣用句 sendiri digunakan dalam mengungkapkan makna tersendiri secara lebih mendalam. Saat ini kanyouku 慣用句 sering dijumpai dalam media komunikasi guna menarik perhatian masyarakat. Akan tetapi, pengetahuan yang kurang mengenai kanyouku
慣用句 sering menyebabkan salah persepsi atau kebingungan dalam masyarakat. Sehingga masyarakat tidak mampu menerima pesan yang sebenarnya dalam tulisan tersebut. Dalam skripsi ini, penulis akan meneliti kanyouku 慣用句 yang menggunakan kanji kuchi 口 dalam Kodansha s Dictionary of Basic Jappanese Idioms. Kuchi 口 bila diartikan kedalam bahasa Indonesia memiliki arti mulut, kata-kata, indrera pengecap, dan lowongan. Kanyouku 慣用句 yang menggunakan kanji kuchi 口 sendiri banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa kanyouku 慣用句 beserta makna yang terkandung dalam kanji kuchi 口 serta kata-kata yang membentuk kanyouku 慣用句 tersebut dengan menggunakan analisis medan makna. Analisis makna sendiri dibutuhkan dalam usaha untuk memahami suatu kanyouku 慣用句, karena untuk memahami makna yang terkandung dalamnya, tidak dapat dilakukan dengan mencari arti dari kata yang menyusun kanyouku 慣用句 tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah menganalasis kanyouku 慣用句 yang menggunakan kanji kuchi 口. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis hanya akan menganalisis makna semantik dari sembilan kanyouku 慣用句 dalam bahasa Jepang yang menggunakan kanji kuchi 口 yang terdapat dalam Kodansha s Dictionary of Basic Jappanese Idioms (2002). Kanyouku 慣用句 yang akan penulis teliti
terdiri dari, kuchi ga karui 口が軽い, kuchi ga suberu 口が滑る, kuchi ga umai 口がうまい, kuchi ga warui 口が悪い, kuchi ga suppaku naru 口がすっぱくなる, kuchi ga sugiru 口が過ぎる, kuchi wo hasamu 口を挟む, kuchi wo kiku 口をきく, kuchi wo dasu 口を出す. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Pembuatan skripsi ini bertujuan untuk memahami kanyouku 慣用句 serta fungsi penggunaan kanyouku 慣用句 dan memahami manfaat kanyouku 慣用句 dalam bahasa Jepang. Manfaat dari penelitian ini adalah agar pembaca dapat memahami arti kanyouku 慣用句 dalam bahasa Jepang dan dapat menggunakan kanyouku 慣用句 tersebut dalam percakapan bahasa Jepang dengan benar. Selain itu, penelitian juga dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Metode Penelitian Penulis menggunakan metode kepustakaan dalam mengumpulkan data dan teori yang selanjutnya digunakan dalam penulisan skripsi ini. Adapun data dan teori didapatkan melalui media seperti buku, jurnal, dan internet. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, di mana dari data dan teori yang terkumpul, penulis kemudian melakukan analisis dari data-data yang diperoleh. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab 1 pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini. Bab 2 berisi landasan teori yang digunakan dalam menganalisis kanyouku 慣用句 yang menggunakan kanji kuchi 口 sebagai kata dasarnya. Adapun dalam bab ke 2 ini, teori yang digunakan adalah teori semantik. Bab 3 analisis data, berisi analisis yang dilakukan penulis terhadap data yang tersedia. Dari hasil analisis yang di dapat, penulis akan meneliti dan memilah hasil analisis untuk kemudian dijadikan sebagai simpulan dari penelitian ini. Bab 4 simpulan dan saran. Pada bab ini penulis akan menuliskan simpulan dari hasil analisis yang dilakukan serta saran-saran yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya. Bab 5 ringkasan yang berisi ringkasan dari hasil analisis data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.