BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi. ABSTRACT... ix. INTISARI... x. DAFTAR ISI... xi. DAFTAR GAMBAR...

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AS IR O R U O TI U N TI G P AD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

BAB 4. Evaluasi Performansi

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI PROTOKOL ROUTING AODV DAN DSDV PADA WIRELESS SENSOR NETWORK

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 4, NO. 1, MARET 2013: 5-10

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

SIMULASI KINERJA MEKANISME KEAMANAN WATCHDOG ROUTING PROTOCOL AODV TERHADAP SERANGAN BLACK HOLE PADA MANET SKRIPSI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI. routing, dan pengujian terhadap parameter-parameter QoS, serta hasil analisis

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

BAB 4. ANALISA. 4.1 Analisa Pengujian Pemilihan Jalur Pengiriman Data

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelumnya pada bab 3 yang akan dianalisis dan dibahas sehingga diharapkan

Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Slide by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO

EVALUASI KINERJA ZONE ROUTING PROTOCOL PADA MOBILE AD-HOC NETWORK

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB II LANDASAN TEORI

Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Lokasi Test-bed

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP

ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks (VANETs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESAIN DAN ANALISA MANAJEMEN KONSUMSI DAYA PADA WSN UNTUK SISTEM MONITORING KESEHATAN STRUKTUR (SMKS) JEMBATAN

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll.

BAB I PENDAHULUAN. jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired)

ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Statik Routing. School of Industrial and System Engineering System Information Program 2016

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja Routing Protocol AODV OLSR dan TORA Terhadap Stabilitas Jaringan Pada Mobile Ad hoc Network (MANET) Berbasis IPv6

Dielektrika, ISSN Vol. 2, No. 2 : , Agustus 2015

OPTIMASI OLSR ROUTING PROTOCOL PADA JARINGAN WIRELESS MESH DENGAN ADAPTIVE REFRESHING TIME INTERVAL DAN ENHANCE MULTI POINT RELAY SELECTING ALGORITHM

Kata kunci : WSN, Non-Mobile, Mobile, Delay, PDR, Throughput

ANALISIS PERFORMANSI ROUTING PROTOKOL GPSR, GyTAR, DAN B-MFR PADA VANET UNTUK INTER VEHICLE COMMUNICATION

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Analisis Perbandingan Dampak Serangan Black Hole pada Peformansi Protokol Routing OLSR dan AODV di Jaringan Wireless Mesh Network

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host

Transkripsi:

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini ditampilkan hasil dari simulasi yang telah dilakukan pada tahap penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis tersebut juga dijelaskan pada bagian ini. Simulasi dilakukan dalam dua skenario seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Dari hasil simulasi yang telah dilakukan didapatkan nilai-nilai parameter pengukuran performa yang menjadi acuan sejauh mana tingkat performa dari sistem tracking yang diteliti pada penelitian ini. Parameter yang diukur adalah Packet Delivery Ratio (PDR), Throughput, dan End to End Delay (Delay). Selain itu simulasi yang telah dilakukan juga menghasilkan hasil pelacakan (tracking) posisi dari node-node yang diuji sesuai dengan skenario penelitian. 4.2 Analisis Hasil Simulasi Simulasi pada skenario pertama dilakukan pada kondisi ruang tanpa sekat yang luasnya mencapai 100.000m 2 dan node yang diuji jumlahnya berkisar antara 25 node hingga 200 node. Pada skenario kedua, simulasi dilakukan pada kondisi ruang dengan sekat dan jumlah node serta luas area simulasi sama dengan simulasi skenario pertama. Hasil simulasi pada skenario pertama (ruang tanpa sekat), dan skenario kedua (ruang

dengan sekat) menghasilkan hasil yang sama dari segi perhitungan parameter pengujian. Berikut ini ditampilkan hasil dan analis dari skenario pertama dan skenario kedua. Hasil Perhitungan PDR Gambar 4.1 Hasil Perhitungan PDR Berdasarkan grafik di atas, yang menampilkan hasil perhitungan PDR dari hasil simulasi skenario pertama dapat dilihat bahwa jumlah node yang diuji dan luas area simulasi berpengaruh terhadap tingkat PDR. Pada luas area yang sama dengan jumlah

node yang berbeda, PDR mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya jumlah node yang diuji. Sementara pada luas area yang berbeda dengan node yang diuji berjumlah sama timgkat PDR cenderung mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya luas area simulasi. Dari kedua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat PDR dipengaruhi oleh tingkat kepadatan jumlah node pada suatu area. Semakin padat jumlah node dalam suatu area, maka tingkat PDR-nya akan semakin menurun. Dengan demikian jumlah node yang digunakan dalam sebuah sistem lacak (tracking) dengan menggunakan MANET harus disesuaikan dengan luas area yang dicakup. Hasil Perhitungan End to End Delay (Delay) Gambar 4.2 Hasil Perhitungan Delay Pertama

Gambar 4.3 Hasil Perhitungan Delay Keseluruhan Dari kedua grafik yang menampilkan besar delay yang terjadi dapat dilihat bahwa jumlah node dan luas area pengujian cenderung berbanding lurus dengan besaran waktu delay yang terjadi. Semakin banyak jumlah node yang diuji dan semakin besar luas area pengujian maka semakin lama pula durasi delay yang terjadi. Akan tetapi hal tersebut hanya terjadi ketika simulasi dilakukan pada area yang luasnya lebih dari 40.000m 2 dan jumlah node yang diuji lebih dari 50 buah node. Dimana ketika simulasi dilakukan pada area dengan luas 60.000m 2, 80.000m 2, dan

100.000m 2 durasi delay yang terjadi cenderung bertambah seiring dengan bertambahnya luas area dan jumlah node yang diuji. Sedangkan ketika simulasi dilakukan pada area dengan luas yang lebih kecil yaitu pada area seluas 20.000m 2, dan 40.000m 2 besaran delay yang terjadi cenderung stabil dibawah 0,5 detik meski jumlah node yang diuji bertambah. Jumlah node yang diuji juga sangat berpengaruh terhadap tingkat delay yang terjadi, dimana ketika jumlah node yang diuji mencapai 50 buah, tingkat delay masih baik dan cenderung stabil dibawah 0,5 detik meski luas area simulasi bertambah hingga mencapai 100.000m 2. Pada saat jumlah node yang diuji ditambah menjadi 100 hingga 200 buah, durasi delay terus meningkat hingga mencapai lebih dari 2 detik seiring dengan bertambahnya jumlah node dan luas area simulasi. Hasil Perhitungan Throughput Gambar 4.4 Hasil Perhitungan Throughput 25 Node

Gambar 4.5 Hasil Perhitungan Throughput 100 dan 200 Node Gambar 4.6 Hasil Perhitungan Throughput Keseluruhan

Dari gambar hasil perhitungan throughput yang telah disajikan dapat dilihat bahwa nilai throughput yang didapatkan mengalami perubahan yang cukup fluktuatif, dimana ketika node yang diuji berjumlah 25 node pada luas area dibawah 40.000m 2 nilai throughput menurun seiring bertambahnya luas, tetapi menjadi cenderung naik ketika luas area ditambah hingga 100.000m 2 karena adanya faktor hilangnya node-node diluar jangkauan yang memicu proses pembaharuan routing table yang mempengaruhi nilai throughput. Perubahan fluktuatif juga dapat dilihat pada pengujian dengan menggunakan 100 node. Hasil Pelacakan Posisi Node Gambar 4.7 Posisi Awal Node

Gambar 4.7 menunjukkan posisi dari node-node pada saat awal simulasi.dari setiap tahap simulasi ada lima buah node yang posisinya tetap atau statis yaitu satu buah node pusat (node nomor 0) yang berperan sebagai sebagai monitoring node, dimana pada simulasi node pusat tersebut terletak pada titik koordinat (0,0). Empat buah node statis lainnya berperan sebagai sensor node (node nomor 1-4) yang berfungsi untuk menangkap sinyal dari node-node bergerak untuk mengetahui koordinat posisi dari tiap node. Gambar 4.8 Initiate Broadcast

Gambar 4.9 Sensor 1 Initiate Broadcast Gambar 4.10 Sensor 2 Initiate Broadcast

Gambar 4.11 Sensor 3 Initiate Broadcast Gambar 4.12 Sensor 4 Initiate Broadcast

Gambar 4.8 sampai gambar 4.12 menunjukkan proses broadcast yang dilakukan oleh setiap node yang diuji, termasuk keempat sensor node yang melakukan initiate broadcast ke node pusat dan ke node-node lainnya. Setiap node mencatat destination (tujuan) yang mungkin tercapai, next node yang mengarah ke destination, cost (metric), dan sequence number. Setiap node saling bertukar informasi secara rutin dengan melakukan broadcast ke node tetangga (neighbor node). Gambar 4.13 Update Routing Table

Gambar 4.13 menunjukkan proses update routing table pada saat simulasi dilakukan. Pembaharuan rute pada protokol routing DSDV dapat bersifat time-driven (periodik) ataupun event-driven (digerakkan oleh fenomena tertentu). Setiap node bertukar informasi dengan node-node tetangganya secara periodik untuk memperoleh informasi routing table yang terbaru. Gambar 4.14 Pengiriman PING

Gambar 4.15 Patient Node Membalas PING Gambar 4.14 dan gambar 4.15 menunjukkan proses pengiriman PING yang dilakukan oleh sensor node ke neighbor nodes dan kemudian mobile node atau patient node yang menerima PING tersebut membalas dengan mengirimkan Ring (Reply PING) ke sensor node dan neighbor nodes.

Gambar 4.16 Koordinat Posisi Node

Gambar 4.17 Pembuktian Posisi Node Gambar 4.16 dan gambar 4.17 menunjukkan koordinat dari posisi setiap node yang diuji dalam simulasi. Posisi dari tiap node dapat diketahui berdasarkan nilai koordinat titik x, y, dan z dari setiap node yang diuji. Hasil simulasi juga menunjukkan kecocokan antara posisi yang ditampilkan pada hasil simulasi secara visual dengan hasil simulasi yang menampilkan nilai koordinat dari setiap node yang diuji.