Bab V Pengujian Sistem dan Evaluasi Unjuk Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pengujian program pada Arduino Mega 2560 melalui software

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

Analisa Kinerja Protokol Sensor Media Access Control (S-MAC) pada Jaringan Sensor Nirkabel

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan simulasi pengaruh

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

III. METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS PROTOCOL LOW ENERGY ADAPTIVE CLUSTERING HIERARCHY PADA WIRELESS SENSOR NETWORK

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang.

PERANCANGAN. 4-1

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sensor dengan output toggle adalah sensor yang memiliki output biner dalam bentuk pulsa.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada masing-masing node ditunjukkan pada tabel 4.1.

PEMANFAATAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL UNTUK MEMANTAU KELEMBABAN TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI. Abstrak

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

DAFTAR ISI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN PENGIRIMAN DATA MELALUI SMS

PEMANFAATAN PABX DAN LINE TELEPON SEBAGAI JALUR TRANSMISI UNTUK PERINGATAN DINI KEBAKARAN. Darmawan Utomo Hananto Nugroho Handoko.

USER MANUAL DELTA ELECTRONIC. electronic.com sby.com UART TTL. RS232 Selector RS232 / TTL Level

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

PENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT)

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

SISTEM PEMANTAUAN LINGKUNGAN BERBASIS WSN DENGAN LAJU SAMPLING YANG ADAPTIF

BAB III PERANCANGAN SISTEM

ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM

SISTEM MONITORING DAN KONTROL OTOMATIS INKUBATOR BAYI DENGAN VISUAL BASIC 6.0 BERBASIS ARDUINO

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU SUHU DAN KELEMBABAN UDARA YANG BERBASISKAN WIRELESS

Pada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai

YONI WIDHI PRIHANA DOSEN PEMBIMBING Dr.Muhammad Rivai, ST, MT. Ir. Siti Halimah Baki, MT.

DT-SENSE. Temperature & Humidity Sensor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

III. METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

DT-SENSE. Temperature Sensor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Alat Pengolah Kecambah Kacang Hijau Berbasis Mikrokontroler Diterapkan Pada Petani Di Desa Singosari Malang

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

RANCANG BANGUN PEMANTAU BATERAI PADA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) MELALUI FASILITAS SMS PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI. Disusun Oleh:

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wida Lidiawati, 2014

IMPLEMENTASI PORTABLE SMART CARD READER UNTUK ABSENSI

Teknologi RFID Baca Tulis

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller

Model Kendali Aliran. Aliran data masuk. Aliran data keluar

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

Gambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat lunak yaitu dengan studi pustaka. Dengan cara ini penulis berusaha

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

Transkripsi:

Bab V Pengujian Sistem dan Evaluasi Unjuk Kerja Setelah proses pengujian sub-sistem dilakukan dan dapat dikatakan bahwa tiaptiap modul / sub-sistem berjalan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan serangkaian pengujian sistem secara keseluruhan. Pengujian dilakukan pada skala laboratorium dan lapangan. Setelah itu, dilakukan evaluasi terhadap hasil pengujian tersebut. Pada pengujian ini, ingin dibuktikan bahwa sistem yang dikembangkan memiliki unjuk kerja yang baik. V.1 Pengujian Laboratorium Pada skala laboratorium, pengujian yang dilakukan meliputi uji fungsionalitas sistem dan optimasi desain. Prosedur pengujian dapat dilihat pada Gambar V.1 di bawah ini. Sistem yang diuji terdiri dari 4 node dengan konfigurasi 1 kepala klaster (Board-1) dan 3 node sensor (Board-2, 3, dan 4). Masing-masing node terhubung dengan PC melalui hyperterminal untuk mengamati aktivitas node. Data pengamatan juga dapat disimpan untuk diolah lebih lanjut. Pada pengujian ini, semua node menggunakan catu tegangan DC 12 V. Gambar V.1. Prosedur pengujian laboratorium. 130

V.1.1. Uji Fungsionalitas Sistem Pada bagian ini, akan diuji unjuk kerja sistem dalam menjalankan protokol MAC yang dikembangkan. Pengujian dimulai dari fase set-up, fase steady-state selama 5 round, dan kemudian kembali ke fase set-up, namun dengan perubahan anggota jaringan. Parameter yang ingin diamati dalam pengujian ini antara lain: - Implementasi protokol MAC - Fungsi pengaturan jaringan mandiri (self-organizing and maintenance) - Skalabilitas sistem. Gambar V.2. Uji fungsionalitas sistem pada Kepala Klaster. Aktivitas jaringan pada kepala klaster dapat dilihat pada Gambar V.2 di atas. Terlihat bahwa pada fase set-up, setelah kepala klaster menyebarkan pesan SETUP, ada 3 node sensor yang membalas, sehingga frame / slot yang terbentuk adalah 01 02 03 00 00. Pada fase steady state, data dari 3 node sensor dapat masuk dengan baik. Pada bagian ini terlihat bahwa dalam 1 round terdapat 5 frame periode data dan 5 frame periode tanpa data. Pada pesan ACK, terlihat bahwa setelah 2 round, jumlah data yang diterima oleh kepala klaster adalah 2 x 3 node = 6 data. Hal ini berarti nilai PER adalah 0%. Sedangkan aktivitas jaringan pada node sensor, dapat dilihat pada Gambar V.3 di bawah ini. Pada fase set-up, terlihat bahwa node sensor mencari pesan SETUP 131

hingga ketemu. Setelah memberikan pesan JOIN, node pun menerima slot jaringan. Pada fase steady-state, hanya pada frame yang terdedikasi untuk node itulah saat terjadinya pertukaran data. Dengan membandingkan Member ID node, hasil SLOT, dan slot pertukaran data, maka dapat dikatakan bahwa implementasi protokol MAC pada sistem berjalan dengan baik. Gambar V.3. Uji fungsionalitas sistem pada Node Sensor. Gambar V.4. Uji skalabilitas sistem. 132

Untuk parameter pengaturan jaringan dan skalabilitas, hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar V.4 di atas, yang merupakan aktivitas jaringan pada kepala klaster. Pada 5 round sebelumnya, hanya terdapat 2 node anggota dalam jaringan. Kemudian setelah 5 round, jaringan di-reset dan melakukan pengaturan ulang dengan memasuki fase set-up kembali. Pada 5 round yang baru, ternyata terdapat node sensor baru yang ingin masuk ke jaringan. Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa proses pengaturan jaringan mandiri dan penambahan node baru dapat berjalan dengan baik. Namun masih terdapat celah dalam algoritma pengaturan jaringan mandiri ini. Masalah tidak terdapat untuk kasus node yang mati / keluar dari jaringan. Namun untuk node baru yang ingin masuk jaringan, harus menunggu hingga 5 round selesai dilakukan, yaitu selama 5 round x 10 frame x 2 detik = 100 detik. Pada implementasinya pun, proses masuk / aktifnya node baru ini masih dilakukan secara manual, yaitu dengan menyalakan node sensor baru saat jaringan sedang pengaturan jaringan ulang. Pada pengembangan lebih lanjut, diharapkan algoritma pengaturan ini lebih cerdas, sehingga proses masuknya node baru dapat dilakukan secara otomatis dan lebih cepat. Dalam hal skalabilitas, karena dalam 1 round hanya terdapat 10 frame, maka jumlah maksimum node sensor yang dapat menjadi anggota adalah 10 buah. Untuk aplikasi spesifik seperti greenhouse, kapasitas ini memang sudah lebih dari cukup. Namun untuk aplikasi lain dengan skala lebih besar, protokol MAC diharapkan lebih fleksibel dalam mengatur kapasitas maksimal node-nya. V.1.2. Optimasi Desain Sebelum melakukan optimasi, yang harus dilakukan adalah melakukan uji konsumsi energi pada protokol MAC yang dikembangkan. Berdasarkan karakteristik transceiver CC1100 pada Lampiran A, konsumsi arus pada saat aktif adalah TX = 30 ma saat daya keluaran +10dBm dan RX = 15 ma. Sedangkan konsumsi arus saat mode tidur (XOFF) adalah 0.2 ma. Sehingga berdasarkan desain protokol MAC pada Bab III, dapat dihitung rata-rata konsumsi energi tiap 133

node saat fase steady-state di tiap slot-nya. Secara garis besar terdapat 3 keadaan, yaitu TX, RX, dan Sleep. Konsumsi energi dalam 1 slot (200ms) adalah: TX = 3,5V.{(20ms x 15mA) + (15ms x 30mA) + (165ms x 15mA)} = 11,3 mj RX = 3,5V.{(5ms x 15mA) + (195ms x 15mA)} = 10,5 mj Sleep = 3,5V.(200ms x 0,2mA) = 0,14 mj Hasil perhitungan konsumsi energi tiap timeslot pada frame periode data dan tanpa data dari kepala klaster dan node sensor dapat dilihat pada Tabel V.1. Tabel V.1. Perhitungan konsumsi energi saat steady-state. Periode Data (mj) Slots 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Base 11,3 10,5 10,5 10,5 11,3 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 65,16 Node-1 10,5 10,5 11,3 10,5 10,5 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 64,36 Node-2 10,5 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 22,12 Periode Tanpa Data (mj) Slots 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Base 11,3 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 22,92 Node-1 10,5 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 22,12 Node-2 10,5 10,5 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 22,12 Tabel V.2. Perhitungan konsumsi energi terhadap variasi periode terima data. Message 10 detik Total 20 detik Total 30 detik Total Base 325,8 1954,8 440,4 1321,2 555 1110 Node-1 152,84 917,04 263,44 790,32 374,04 748,08 Node-2 152,84 917,04 263,44 790,32 374,04 748,08 Message 40 detik Total 50 detik Total 60 detik Total Base 669,6 1110 784,2 1110 898,8 898,8 Node-1 484,64 748,08 595,24 748,08 705,84 705,84 Node-2 484,64 748,08 595,24 748,08 705,84 705,84 Gambar V.5. Uji konsumsi energi terhadap protokol MAC. 134

Dengan memvariasikan periode terima data dari 10, 20, 30, 40, 50, hingga 60 detik, maka perhitungan total konsumsi energi (mj) dalam 1 menit tiap node dalam jaringan dapat dilihat pada Tabel V.2 di atas. Gambar V.5 di atas adalah plotting data pada Tabel V.2 dalam grafik. Terlihat pada grafik bahwa konsumsi energi pada node sensor cenderung stabil. Sedangkan pada kepala klaster (base), terjadi penurunan energi akibat penambahan periode terima data. Kecenderungan ini dapat dimanfaatkan untuk menghemat energi pada aplikasi sistem yang berbeda-beda. Proses optimasi desain protokol MAC dilakukan 2 tahap, tahap-1 adalah modifikasi protokol, sedangkan tahap-2 adalah penurunan daya keluaran transceiver. Pada tahap-1, optimasi yang dilakukan adalah memanfaatkan mode IDLE dari transceiver sebagai mode normal (default state) dengan mengganti mode RX, mode normal sebelumnya. Optimasi dilakukan pada fase set-up dan steady state, seperti dapat dilihat pada Gambar V.6 dan V.7 di bawah ini. Gambar V.6. Optimasi tahap-1 desain MAC pada fase set-up. Gambar V.7. Optimasi tahap-1 desain MAC pada fase steady-state. 135

Dengan adanya optimasi ini, setiap node memasuki mode aktif (TX dan RX) hanya saat hendak mengirim atau menerima data. Pada interval waktu antar mode aktif inilah node memasuki mode IDLE. Keuntungan optimasi ini selain menghemat konsumsi arus hingga 1/10 kali (Tx +10dBm = 30mA, Rx = 15mA, IDLE = 2mA, SLEEP = 0.2mA), metode ini dapat mencegah node untuk mendengar medium pada waktu yang tidak perlu (overhearing). Perhitungan konsumsi arus pada Tabel V.1 dan Tabel V.2 di atas juga akan berubah akibat penerapan optimasi ini. Efek optimasi tahap-1 pada kepala klaster dan node sensor dapat dilihat pada Gambar V.8 di bawah ini. Konsumsi energi dalam 1 slot (200ms) untuk TX dan RX berubah akibat penggunaan mode IDLE dengan perhitungan sebagai berikut: TX = 3,5V.{(20ms x 2mA) + (15ms x 30mA) + (165ms x 2mA)} = 2,87 mj RX = 3,5V.{(5ms x 15mA) + (195ms x 2mA)} = 1,63 mj Akibatnya, konsumsi rata-rata energi dalam 1 menit pada kepala klaster dapat diturunkan secara signifikan hingga 78,6 %, sedangkan pada node sensor, penurunan yang terjadi adalah sebesar 80,6 %. (a) Kepala klaster (b) Node sensor Gambar V.8. Efek optimasi tahap-1 MAC terhadap konsumsi energi. Optimasi tahap-2 adalah penurunan level daya keluaran transceiver CC1100 dari +10 dbm menjadi -10dBm. Konsumsi arus saat mode TX akan berkurang dari 30 ma menjadi 14 ma. Sehingga konsumsi energi dalam 1 slot (200ms) untuk TX akan berubah dengan perhitungan sebagai berikut: TX = 3,5V.{(20ms x 2mA) + (15ms x 14mA) + (165ms x 2mA)} = 2,03 mj. 136

Akibatnya, konsumsi rata-rata energi dalam 1 menit pada kepala klaster dapat diturunkan lagi hingga 13,8 %, namun pada node sensor, penurunan yang terjadi tidak besar, hanya sebesar 1,4 %. Hal ini disebabkan karena pada node sensor, aksi kirim data hanya dilakukan satu kali dalam 1 round. Efek optimasi tahap-2 pada kepala klaster dan node sensor dapat dilihat pada Gambar V.9 di bawah ini. (a) Kepala klaster (b) Node sensor Gambar V.9. Efek optimasi tahap-2 MAC terhadap konsumsi energi. Gambar V.10. Optimasi tahap-2 desain MAC. Pada Gambar V.10 di atas, dapat dianalisis bahwa semakin besar periode data terima, maka konsumsi energi pada kepala klaster mendekati node sensor. Dengan kisaran energi 150 200 mj dalam 1 menit, maka dalam 1 jam, dibutuhkan energi sebesar 12 joule. Dengan baterai berkapasitas 2000 mah, maka daya tahan baterai adalah: T = (3,5V.2000.3,6) / 12 J/jam = 25200 / 12 = 2100 jam = 87,5 hari. Hal ini menunjukkan bahwa protokol MAC yang hemat energi telah berhasil dikembangkan. 137

V.2 Pengujian Lapangan Pengujian lapangan dilakukan pada salah satu greenhouse yang terdapat di Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) Lembang, Jawa Barat, seperti dapat dilihat pada Gambar V.11 di bawah ini. Greenhouse dengan ukuran 16 x 10 m ini digunakan untuk pembibitan tanaman kentang kelas 1. Gambar V.11. Greenhouse untuk uji lapangan. Prosedur pengujian dapat dilihat pada Gambar V.12. Empat buah node diletakkan secara merata dengan konfigurasi 1 kepala klaster dan 3 node sensor. Di dalam greenhouse terdapat 6 jalur tanam, dan 2 diantaranya sedang ditanami (warna hijau). Pengujian yang akan dilakukan terkait dengan homogenitas lingkungan internal greenhouse dan pengaruh AC (air conditioner) pada lingkungan. Gambar V.12. Prosedur pengujian lapangan. 138

Gambar V.13. Hasil uji sensor tekanan. Gambar V.14. Hasil uji sensor temperatur. Gambar V.15. Hasil uji sensor kelembaban. Pengujian dilakukan pada siang hari di kisaran pk.11.00 pk.13.00. Pengambilan data dilakukan selama kurang lebih 1 jam. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Gambar V.13 V.15. Untuk sensor tekanan, ke-3 sensor menunjukkan nilai yang relatif stabil dengan rata-rata deviasi antar sensor +/- 1 mbar. Kisaran nilai 139

tekanan pada 871 873 mbar sesuai dengan ketinggian tempat uji 1200 1250 meter [12]. Untuk sensor temperatur, node-3 lebih panas dari ke-2 node lainya karena daerah node-3 terkena sinar matahari langsung. Pada sensor kelembaban, node-3 justru memiliki kelembaban paling kecil karena berada di area yang tidak ditanami, sehingga tidak terkena irigasi. Kecenderungan nilai temperatur berbanding terbalik dengan kelembaban. Deviasi rata-rata antar sensor temperatur adalah +/- 0,3 0 C, sedangkan untuk sensor kelembaban adalah +/- 3 %. Nilai ini memenuhi spesifikasi yang dirancang pada Tabel III.1. (a) (b) Gambar V.16. Hasil uji pengaruh AC. Hasil uji pengaruh AC dapat dilihat pada Gambar V.16. Terdapat dua variabel pengaturan pada AC, yaitu kecepatan kipas (Low Fan, Low Cool, High Fan, High Cool), dan level thermostat (7 set). Gambar V.16 (a) adalah hasil uji dengan pengaturan High Cool dan thermostat-7. Terlihat bahwa node-3 yang terletak paling dekat dengan AC akan mengalami penurunan suhu, sedangkan node-1 tidak berubah. Perbandingan karakteristik pengaruh level thermostat dapat dilihat pada Gambar V.16 (b). Pengujian menunjukkan bahwa peranan 1 buah AC untuk greenhouse dengan ukuran tersebut kurang memadai, sehingga harus ditambah. Besarnya penurunan temperatur akibat AC juga tergantung pada temperatur lingkungan sekitar (ambient). Dengan demikian serangkaian proses pengujian sistem telah selesai. Sistem pemantauan tanaman yang dikembangkan telah menunjukkan performansi yang baik, dalam uji laboratorium maupun uji lapangan. Namun ada beberapa hal yang masih harus dikembangkan lebih lanjut di masa depan. 140