KAJIAN TENTANG NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KERIPIK. SALAK (Salacca Zalacca)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI STROBERI

NILA TAMBAH AGROINDUSTRI UBI KAYU MENJADI TEPUNG TAPIOKA

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MENDONG

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG MOCAF

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

ANALISIS TEKNOLOGI MESIN PENGOLAH DAN NILAI TAMBAH KERIPIK SALAK PONDOH PADA KELOMPOK SRIKANDI KELURAHAN SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ECONOMI VALUE ADDED OF BLUE SWIMMING CRAB (Portunus pelagicus) PROCESSING AT CV. LAUT DELI BELAWAN NORTH SUMATERA

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG DI UKM RIFA, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

NILAI TAMBAH KULIT KERBAU MENJADI KRECEK DAN KERUPUK

Kata Kunci : Agroindustri Salak, Penerimaan maksimal, Optimasi

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian dan

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA KERIPIK UBIKAYU PADA INDUSTRI PUNDI MASDI KOTA PALU

MAKALAH STUDI KASUS MANAJEMEN PRODUKSI KERIPIK PISANG SEBAGAI PRODUK OLAHAN BUAH PISANG

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KRIPIK PISANG DI KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

III. METODE PENELITIAN

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BOLU DAN BROWNIES RAMBUTAN

ANALISIS NILAI TAMBAH ABON SAPI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MUTIARA HJ. MBOK SRI DI KOTA PALU

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

Analisis Nilai Tambah Keripik Ubi Kayu di UKM Barokah Kabupaten Bone Bolango

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN MANGROVE PADA KELOMPOK PEREMPUAN MUARA TANJUNG

ANALISA USAHA KERIPIK NANGKA DAN KERIPIK PISANG PANDA ALAMI DI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO USAHA PADA AGROINDUSTRI SERUNDENG UBI JALAR DI KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN KERUPUK WORTEL DAN SIRUP WORTEL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

ANALISIS NILAI TAMBAH. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

ANALISIS NILAI TAMBAH TORTILA RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

KELAYAKAN FINANSIAL DAN NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015 ANALISIS RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS NILAI TAMBAH KUE PIA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KARYA AN-NUR DI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CITRA LESTARI PRODUCTION DI KOTA PALU

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA PENGOLAHAN UBI KAYU ABSTRACTS

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcencis. Tanaman ini masih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

ANALISIS NILAI TAMBAH KACANG TELUR PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA OHARA DI KELURAHAN NUNU KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

Transkripsi:

KAJIAN TENTANG NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KERIPIK SALAK (Salacca Zalacca) Reynaldy Kharisma Pratama 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi re_khatama21@yahoo.co.id Dedi Sufyadi 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Dedi_sufyadi@yahoo.co.id Tedi Hartoyo 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi td46151@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak dan nilai tambah agroindustri buah salak menjadi keripik salak. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode studi kasus pada UMKM Binangkit yang berada di Desa Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan responden dan data sekunder yang diperoleh dari literatur-literatur dan studi pustaka melalui dokumen, terbitan ataupun hasil penelitian dari berbagai lembaga atau instansi yang berhubungan dengan topik penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan dari bulan Juni 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak masih dilakukan dengan cara semi modern. Proses pengolahan meliputi penyortiran, pengupasan, pemisahan biji, pemotongan, pencucian, perendaman, penggorengan, penirisan, dan pengemasan Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak sebesar Rp. 10.005,00 per kilogram dengan faktor konversi sebesar 0,15 serta koefisien tenaga kerja sebesar 0,587 dan nilai output sebesar Rp. 15.000,00 per kilogram. Kata kunci : Agroindustri, Buah Salak, Faktor Konversi, Nilai Tambah, Keripik Salak 1) Penulis 2) Pembimbing 3) Pembimbing 1

ABSTRACT The aim of this research was to know the technical processing of snake fruit become chips and its value-added of agro-industry. In this research, reseacher used case study method in UMKM Binangkit located at Manonjaya village, district Manonjaya, Tasikmalaya. To collect the data, reseacher had two ways. There were primary data obtained through interview with respondents and secondary data from literature, journals, and scientific papers related to this study. This study was conducted over five months from June- October 2015. The result of this research showed that the technical processing of snake fruit become chip has been using semi-modern technique. The processing included sorting, stripping, separation of grains, cutting, washing, immersion, frying, draining, and packaging. The value-added obtained from that processing are Rp. 10005,00/kg with a conversion factor of 0,15 and coefficient of labor 0,587 and the output value Rp. 15.000,00/kg. Key words : Agro-industry, Snake Fruit, Conversion Factor, Value-added, Chip of Snake Fruit. I PENDAHULUAN Pembangunan sektor pertanian dalam arti luas ditujukan untuk menghasilkan produk-produk unggulan, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri, dan memperluas kesempatan kerja. Produk-produk tersebut berbasiskan pada agroindustri dan agribisnis yang tangguh yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan nilai tambah. Sasaran akhir dari aktifitas tersebut adalah meningkatkan pendapatan petani yang didukung oleh ketersediaan modal, tenaga kerja, faktor kelembagaan serta sarana dan prasarana lainnya (Asnawi, 2003). Kegiatan pembangunan agroindustri merupakan bagian dari industri bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Pembangunan dan pengembangan agroindustri secara tepat dengan didukung sumberdaya dan menjadi strategi arah kebijakan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan negara dalam mengembangkan pembangunan hasil pertanian. Agroindustri yang di pandang strategis untuk dikembangkan di antaranya adalah industri pengolahan makanan. Peranan subsektor agroindustri pengolahan 2

makanan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia, khususnya bagi pembentukan pendapatan nasional dan penyerapan tenaga kerja. Selanjutnya subsektor industri pengolahan ini juga berperan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yang mana sektor industri pengolahan merupakan sektor penyumbang terbesar dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam upaya untuk meningkatkan nilai tambah daripada produk pertanian dijual mentah. Agroindustri adalah industri pengolahan yang bergerak dalam pengolahan hasil pertanian.mengingat produk pertanian memiliki karakteristik produk seperti mudah rusak atau cepat busuk (perishable), produksinya terpencar-pencar, dan bersifat musiman maka upaya untuk menanggulanginya adalah melalui pengolahan hasil pertanian tersebut atau lebih dikenal sebagai agroindustri (Buchari Alma, 2004). Industri pengolahan komoditi hasil pertanian merupakan salah satu industri yang sangat mendesak di kembangkan di tanah air. Industri ini merupakan satu-satunya pilihan untuk membantu kalangan petani di tanah air guna memperbaiki nasib dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebab, hanya dengan mengembangkan industri pengolahan itulah akan terjadi proses nilai tambah terhadap berbagai komoditi yang pada gilirannya akan mampu memperbaiki nasib dan kesejahteraan petani. Pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian saat ini banyak dikembangkan. Buah salak adalah salah satu bahan baku yang saat ini mulai diperhatikan oleh UMKM yang bergerak di bidang agroindustri. Buah Salak memiliki bentuk dan rasa yang sangat khas. Pemanfaatan buah salak sebagai bahan baku agroindustri sangat beranekaragam diantaranya yaitu dapat dibuat menjadi keripik salak, dodol salak, manisan salak, dan banyak lagi olahan yang berbahan baku buah salak. Banyaknya aneka olahan dari buah salak ini tentu bisa menambah nilai tambah baik bagi petani maupun pelaku UMKM yang menjalankannya. 3

Potensi buah salak di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, seperti halnya kabupaten Sleman Yogyakarta yang memiliki potensi unggulan salak pondoh, kabupaten Tasikmalaya juga memiliki potensi salak yang tak kalah enak yakni salak Manonjaya. Buah khas Tasikmalaya ini tersebar di enam kecamatan, yaitu kecamatan Cibalong, Cineam, Manonjaya, Cibeureum, Kawalu, dan Sukaraja. Dari keenam wilayah tersebut, Kecamatan Manonjaya merupakan daerah sentra penghasil salak yang paling besar. Memanfaatkan lahan pertanian dan pekarangan rumah sebagai kebun salak, sekarang ini penanaman salak di Manonjaya menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat setempat. Bahkan dapat dikatakan perekonomian daerah tersebut semakin membaik. Namun seringkali petani dihadapkan pada permasalahan ketika terjadi panen raya maka di samping harga salak menurun drastis petani juga sulit untuk menjual salak tersebut, dan salah satu alternatif penolongnya yaitu dengan menambahkan nilai dari komoditas salak tersebut dengan proses pengolahan menjadi keripik salak..umkm Binangkit yang berada di Manonjaya merupakan salah satu UMKM yang telah mengolah buah salak menjadi keripik, selain beberapa jenis olahan lainnya seperti sale pisang, keripik pisang, kue jahe dan keripik nangka. Uraian di atas memberikan gambaran bahwa pengembangan agroindustri keripik salak cukup potensial, namun sejauh ini karena merupakan produk yang relatif baru belum banyak informasi yang didapat mengenai aspek nilai tambah yang didapat dari agroindustri tersebut, sehingga dalam hal ini penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti mengenai nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan buah salak menjadi keripik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian pada aspek nilai tambah buah salak menjadi keripik salak yang dilaksanakan oleh UMKM Binangkit di Desa Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah dapat di identifikasikan dalam penelitian ini yaitu, 1) Bagaimana teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak? 2) Berapa besar nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak? 4

Berdasarkan permasalan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, 1) Teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak. 2) Besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak. II METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi kasus pada agroindustri pengolahan makanan yang bernama UMKM Binangkit, yang berlokasi di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Menurut Moehar Daniel (2003) studi kasus adalah penelitian yang sifatnya lebih terarah atau terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum, biasanya dibatasi oleh kasus, lokasi, tempat tertentu dan waktu tertentu. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan UMKM Binangkit adalah salah satu dari industri pengolahan makanan di Kabupaten Tasikmalaya yang menggunakan buah salak sebagai bahan baku pembuatan produknya dan juga keberadaan usahanya masih berlangsung sampai saat ini sehingga dapat dikatakan layak untuk diteliti. 2.4 Kerangka Analisis Analisis untuk menghitung nilai tambah keripik salak digunakan metode analisis nilai tambah menurut Hayami dalam buku Armand Sudiyono (2001). Perhitungan nilai tambah ini untuk mengetahui besarnya nilai tambah, keuntungan pengusaha dan penyerapan tenaga kerja. Kerangka perhitungan nilai tambah menurut Hayami secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. No. Variabel Keterangan I. Output, Input danharga 1. 2. 3. 4. 5. Output (Kg) Input Bahan Baku (Kg) Input TenagaKerja (JKO) FaktorKonversi KoefisienTenagaKerja(JKO) (1) (2) (3) (4)=(1) : (2) (5) = (3) : (2) 5

6. 7. Harga Output (Rp/Kg) UpahTenagaKerja (Rp/JKO) (6) (7) II. PenerimaandanKeuntungan 8. 9. 10. 11. 12. 13. HargaInputBahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lainnya (Rp/Kg) Nilai Output (Rp/Kg) a. NilaiTambah (Rp/Kg) b. RasioNilaiTambah (%) a. PendapatanTenagaKerja (Rp/Jam) b. PangsaTenagaKerja (%) a. Keuntungan (Rp/Kg) b. Tingkat Keuntungan (%) (8) (9) (10) = (4) x (6) (11a) = (10) - (8) - (9) (11b) = (11a)/(10) x 100 (12a) = (5) x (7) (12b) = (12a)/(11a) x 100 (13a) = (11a) (12a) (13b) =(13a)/(11a) x 100 Sumber:Armand sudiyono(2001) Keterangan : 1=Output/total produksi keripik salak yang dihasilkan oleh UMKM Binangkitdalam satu periode. 2= Input/bahan baku keripik salak yang dihasilkan oleh UMKM Binangkitdalam satu periode. 3= Input tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi keripik salakdihitung dalam bentuk HOK (Hari Orang Kerja) dalam satu periode 6= Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis. 7= Jumlah upah rata-rata pekerja yang dihitung berdasarkan JKO (Jam Kerja Orang). 8= Harga input bahan baku utama yaitu buah salak per kg pada saat periodeanalisis. 9= Sumbangan/biaya input lainnya (Bahan Baku Penolong, Biaya Pengemasandan Penyusutan). 6

Informasi yang dihasilkan melalui metode nilai tambah hayami yang digunakan pada subsistem pengolahan ini berupa : 1. Nilai tambah (Rp). 2. Rasio nilai tambah (%), menunjukkan persentase nilai tambah produk. 3. Balas jasa tenaga kerja (Rp), menunjukkan besar upah yang diterima oleh tenaga kerja. 4. Bagian tenaga kerja (%), menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah. 5. Keuntungan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha. 6. Tingkat keuntungan (%), menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah. III KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Lokasi Perusahaan UMKM Binangkit berlokasi di Jalan Salak Dusun Karangtinggal Desa Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1. Lokasi ini dipilih karena UMKM Binangkit merupakan satu satunya agroindustri yang memproduksi keripik salak yang bergerak pada produksi pengolahan makanan khususnya makanan ringan di Kabupaten Tasikmalaya, alasan ini yang menjadi pilihan karena di Tasikmalaya masih jarang sekali tentang pengolahan buah salak menjadi keripik salak. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Teknis Pengolahan Buah Salak Menjadi Keripik Salak Mengingat sifat dari produk pertanian yang tidak tahan lama maka peran agroindustri sangat diperlukan agar produk pertanian menjadi produk olahan yang lebih tahan lama dan siap untuk dikonsumsi. Salah satunya dengan adanya proses pengolahan. Teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak mampu meningkatkan guna bentuk buah salak, mengingat buah salak segar yang dihasilkan petani dari kegiatan budidaya memiliki sifat mudah rusak, volume besar dan mengambil ruang yang banyak sehingga perlu proses pengolahan yang disebut agroindustri. 7

Teknis pengolahan agroindustri buah salak menjadi keripik salak di lokasi penelitian adalah sebagai berikut : 1. Penyortiran Penyortiran dilakukan dengan cara manual yaitu dengan memisahkan buah salak yang berkualitas bagus dengan yang tidak, kemudian memisahkan buah salak yang sudah matang dengan yang tidak. Karena kriteria buah salak yang akan diolah menjadi keripik salak harus memiliki tingkat kematangan yang cukup yaitu tidak terlalu matang dan tidak terlalu mentah. 2. Pengupasan Kulit buah salak dikupas tidak menggunakan alat hanya mengandalkan tangan yang sudah memakai sarung tangan yang berbahan kain supaya tidak membuat tangan terluka dikarenakan kulit buah salak memiliki duri-duri kecil di seluruh bagian kulitnya, sehingga dalam proses pengupasan hanya kulit buah salaknya saja yang terbuang. Dalam satu kali proses produksi responden rata-rata menggunakan bahan baku berupa buah salak sebanyak 20 kilogram, untuk proses pengupasan dibutuhkan waktu selama satu jam dan dikerjakan oleh dua orang tenaga kerja.sehingga satu orang tenaga kerja rata-rata mengerjakan proses pengupasan sebanyak 10 kilogram. 3. Pemisahan daging dari biji Pemisahan daging buah salak dengan biji buah salak dilakukan dengan cara manual pula yaitu dengan cara membelah satu bagian buah salak dan mengeluarkan biji salak dari daging salak. 4. Pembelahduaan daging buah salak Setelah buah salak dipisahkan dari bijinya selanjutnya dilakukan pembelahduaan daging buah salak yaitu denga cara memotong buah salah menjadi dua bagian dengan menggunakan pisau dapur sederhana, yang bertujuan untuk mempercepat proses ke tahap selanjutnya yaitu pencucian dan perendaman dengan larutan air garam. 5. Pencucian Pencucian buah salak yaitu dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang terbawa saat proses sebelumnya. 8

6. Perendaman dengan larutan air garam Perendaman dilakukan dengan menggunakan larutan air garam, garam yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan. Perendaman ini dilakukan selama 2 jam dengan tujuan untuk menurunkan rasa asam pada buah salak. 7. Penggorengan dengan vacum frying Penggorengan menggunakan vacum frying (mesin penggorengan hampa) dengan suhu 50 60 tujuannya adalah agar tidak merubah warna dan mengurangi rasa, aroma asli dari buah salak, kandungan serat dari buah salak tetap terjaga dan hasil dari penggorengannya lebih tahan lama meskipun tanpa menggunakan bahan pengawet pada bahan bakunya. 8. Penirisan Penirisan bertujuan untuk memisahkan minyak yang terkandung didalam keripik salak agar tekstur dari keripik salak baik dengan rasa yang enak tanpa banyak mengandung minyak. Penirisan ini menggunakan mesin penirisan yang bernama Sentrifugal, cara kerja mesin ini berputar untuk memisahkan kandungan minyak yang terdapat pada keripik salak dengan waktu selama 10 menit. 9. pengemasan Pengemasan disebut juga pembungkusan atau pengepakan. Pengemasan memegang peran penting dalam pengawetan dan mempertahankan mutu produk hasil pertanian. Adanya wadah atau kemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi gangguan fisik seperti gesekan atau benturan. Tujuan lainnya dari pengemasan yaitu untuk mendapatkan daya tarik konsumen agar produk mudah disukai dan dinikmati. 4.2 Nilai Tambah Agroindustri Keripik Salak Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari pengolahan salak menjadi keripik salak. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah dari pengolahan salak adalah menurut metode Hayami dalam buku Armand Sudiyono (2001). Dalam penelitian ini, peneliti mengkonversikan output yang dihasilkan menjadi satuan piece (bungkus), untuk 9

memudahkan dalam proses perhitungan akhir yang disesuaikan dengan alat analisis yang dipakai. Tabel 6. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak Menjadi Keripik Salak per Satu Kali Proses Produksi Pada Agroindustri UMKM Binangkit. No. Variabel Keterangan III. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Output, Input dan Harga Output (Kg/prod) Input Bahan Baku (Kg/prod) Input Tenaga Kerja (JKO) Faktor Konversi Koefisien Tenaga Kerja(JKO) Harga Output (Rp/Kg) Upah Tenaga Kerja (Rp/JKO) 3 20 11,74 0,15 0,587 100.000 4.259 IV. Penerimaan dan Keuntungan 8. 9. 10. 11. 12. 13. Harga Input Bahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lainnya (Rp/Kg) Nilai Output (Rp/Kg) c. NilaiTambah (Rp/Kg) d. Rasio Nilai Tambah (%) c. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Jam) d. Pangsa Tenaga Kerja (%) c. Keuntungan (Rp/Kg) d. Tingkat Keuntungan (%) 2.000 2.995 15.000 10.005 66,7 2.500 24,98 7.505 75,01 Sumber : Data Primer diolah, 2015 10

Berdasarkan hasil analisis nilai tambah pada Tabel 6 dengan rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2, menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku berupa buah salak dalam proses pembuatan keripik salak pada agroindustri UMKM Binangkit ialah 20 kg per proses produksi menghasilkan keripik salak sebanyak 3 kilogaram atau 30 piece (bungkus) dengan berat tiap piece (bungkus) sebesar 100 gram. Nilai faktor konversi yaitu perbandingan antara output dengan input menunjukan bahwa setiap penggunaan satu kilogram buah salak mampu menghasilkan 0,15 kilogram atau 150 gram keripik salak, yang mana harga jual rata-rata output per kilogram adalah Rp.100.000, dan harga tiap piece (bungkus) ukuran 100 gram adalah Rp.10.000. Yang mana harga tersebut telah ditetapkan oleh pihak UMKM Binangkit. Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah dua orang tenaga kerja. Tenaga kerja pada agroindustri ini ada yang bersifat harian dan borongan sesuai dengan banyak sedikitnya volume pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga banyaknya jam kerja selama satu kali proses produksi adalah 11,74 jam atau 11,74 JKO. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Besarnya upah tenaga kerja pada semua kegiatan saat produksi adalah Rp.4.259 per JKO; nilai tersebut diperoleh dengan membagi total upah tenaga kerja dengan jumlah jam kerja orang selama satu kali produksi. Berdasarkan nilai JKO tersebut, maka diperoleh koefisien tenaga kerja sebesar 0,587. Koefisien tenaga kerja merupakan nilai pembagian dari jumlah jam kerja dengan banyaknya bahan baku utama yang diperlukan dalam proses pengolahan. Dengan kata lain, pada proses pengolahan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk mengolah setiap satu kilogram buah salak adalah 0,587 JKO atau setara dengan 58,7 menit, dengan asumsi 1 JKO adalah 1 jam. Nilai output yang dicapai pada pengolahan buah salak adalah Rp. 15.000,00 per kilogram. Nilai ini merupakan hasil perkalian antara faktor konversi bahan baku menjadi produk dengan nilai produk yang dihasilkan, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui penerimaan yang dihasilkan dari pengolahan setiap satu kilogram bahan baku utama. Nilai output ini dialokasikan untuk bahan baku sebesar Rp. 2.000,00 per kilogram dan sumbangan input lain sebesar Rp. 2.995,00 11

per kilogram. Nilai sumbangan input lain yang terdiri atas biaya bahan baku penolong dan pembebanan biaya pada sumbangan input. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak adalah sebesar Rp.10.005,00 untuk setiap satu kilogram buah salak, merupakan selisih antara nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain. Sedangkan rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 66,7 persen menunjukkan persentase nilai tambah terhadap nilai output, artinya setiap Rp. 100,00 nilai output yang dikeluarkan akan mendapatkan nilai tambah sebesar Rp.66,7. Nilai tambah yang dihasilkan masih mengandung bagian untuk pendapatan tenaga kerja. Besarnya nilai pendapatan tenaga kerja dari setiap produksi satu kilogram keripik salak adalah Rp.2.500. Pendapatan tenaga kerja tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara nilai koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Besarnya bagian tenaga kerja dalam proses produksi satu kilogram keripik salak yaitu 24,98 persen. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk setiap Rp. 100,00 dari nilai tambah, besarnya bagian untuk tenaga kerja adalah Rp. 24,98. Besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dari nilai tambah yang dihasilkan adalah Rp.7.505,00. Keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh dari pengolahan setiap satu kilogram bahan baku buah salak. Besarnya bagian keuntungan yang diperoleh perusahaan sangat besar yaitu mencapai 75,01 persen. Artinya, setiap Rp. 100,00 yang diperoleh dari nilai tambah, Rp. 75,01 merupakan bagian untuk keuntungan perusahaan. Hal ini berarti proses produksi keripik salak lebih memberikan keuntungan atau pendapatan yang lebih besar kepada perusahaan daripada tenaga kerja, karena tenaga kerja hanya mendapat bagian sebesar 24,98 persen. Artinya, setiap Rp. 100,00 yang diperoleh dari nilai tambah, Rp. 24,98 merupakan bagian untuk tenaga kerja. V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 12

1) Teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak yaitu masih secara semi modern dikarenakan tidak semua tahapan proses produksi menggunakan alat atau mesin yang cukup canggih. Dan adapun proses produksinya meliputi tahapan penyortiran buah salak, pengupasan, pemisahan biji, pemotongan, pencucian, perendaman, penggorengan, penirisan dan pengemasan. 2) Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak cukup besar yaitu sebesar Rp.10.005,00 untuk setiap satu kilogram buah salak, dengan faktor konversi sebesar 0,15, ini menunjukkan bahwa penyusutan dari setiap satu kilogram buah salak menjadi keripik salak cukup besar yaitu sebesar 85 persen. Besar koefisien tenaga kerja sebesar 0,587 per JKO atau 58,7 menit untuk pengolahan satu kilogram buah salak menjadi keripik salak, dan nilai output yang diperoleh cukup besar yaitu sebesar Rp.15.000,00 per kilogram, kemudian untuk pangsa tenaga kerja memperoleh 24,98 persen dan tingkat keuntungan sebesar 75,01 persen artinya bahwa pengolahan buah salak menjadi keripik salak memberikan keuntungan yang lebih besar terhadap perusahaan dibandingkan kepada tenaga kerja. 5.2 Saran Saran dari hasil penelitian dan pembahasan nilai tambah buah salak menjadi keripik salak adalah sebagai berikut : 1) Bagi Responden harus menjaga kualitas dan kuantitas produk dengan cara memperhatikan kualitas bahan baku dan pengoptimalan pada setiap tahapan proses. 2) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan adanya penelitian lebih mendalam mengenai usaha produksi keripik salak. Dan bisa dilakukan pula penelitian dari segi pemasaran, dan lain-lain yang berhubungan dengan usaha keripik salak. 13

DAFTAR PUSTAKA Armand Sudiyono. 2001. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang Asnawi, Robet. 2003. Analisis fungsi Produksi Usahatani Ubi Kayu dan Industri Tepung Tapioka Rakyat di Provinsi Lampung.Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.6 No.2. Bandar Lampung. Balai Pertanian. 2012. Sentra Produksi Unggulan Buah-Buahan. Jawa Barat. Buchari Alma. 2004. Dasar-Dasar Bisnis dan Pemasaran. Alfabeta. Bandung. Hayami Y, 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java, a Persepective From Sunda Viilage. CGPRT Center. Bogor. Jumadi. 2008. Pengkajian Teknologi Pengolahan Tortila Jagung. Buletin Teknik Pertanian 13 (2) 73-74. Moehar Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Bumi Aksara. Jakarta. Muslimin Nasution. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk Agroindustri.IPB Press. Bogor. Qantyah, Sri Catur Budi S dan Indrie Abarsari. 2011. Teknologi Pengolahan Dodol. Rekomendasi Paket Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Said Rusli. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional. Bumi Angkasa. Jakarta. 14