67 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain adalah : 1. Kualitas pelayanan kefarmasian secara keseluruhan telah dinilai baik oleh para responden dan dianggap penting bagi kualitas pelayanan kefarmasian tersebut. Hal ini dapat terlihat dari skor penilaian dari masing-masing variabel dimana untuk variabel Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat mendapat skor bobot korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang mendapat skor bobot korelasi sebesar 77%, skor bobot untuk variabel konseling sebesar 77,4% dan variabel ronde / visite pasien yang mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%. 2. Variabel Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat secara keseluruhan dinilai oleh para responden berada pada klasifikasi penilaian kualitas yang tinggi. Dari keempat indikator penilaian variabel ini terbukti bahwa pemberian label oleh petugas kefarmasian mendapat penilaian tertinggi dengan skor sebesar 85% dan indikator pemberian keterangan lengkap dari obat mendapat penilaian terendah dengan skor sebesar 78%; 3. Variabel Pelayanan Informasi Obat secara keseluruhan dinilai oleh para responden berada pada klasifikasi penilaian kualitas yang tinggi. Dari keempat indikator penilaian variabel ini terbukti bahwa kesediaan 67
68 petugas untuk menjawab pertanyaan dari para pasien mendapat penilaian tertinggi dengan skor penilaian sebesar 88% sementara indikator kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap oleh para petugas kefarmasian mendapat penilaian terendah dengan skor sebesar 82%; 4. Variabel Konseling secara keseluruhan dinilai oleh para responden berada pada klasifikasi penilaian kualitas yang tinggi. Dari keempat indikator penilaian variabel ini terbukti bahwa kesediaan petugas kefarmasian untuk menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan cara yang sopan mendapat penilaian tertinggi dengan skor penilaian sebesar 91% sementara indikator kesediaan untuk membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien mendapat penilaian terendah dengan skor sebesar 85%; 5. Variabel Ronde / visite pasien secara keseluruhan dinilai oleh para responden berada pada klasifikasi penilaian kualitas yang tinggi. Dari keempat indikator penilaian variabel ini terbukti bahwa kesediaan petugas kefarmasian untuk menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien mendapat penilaian tertinggi dengan skor penilaian sebesar 84,85% sementara indikator membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan mendapat penilaian terendah dengan skor penilaian sebesar 72,73%.
69 6. Dari keempat variabel terbukti bahwa variabel yang merupakan faktor terbesar dari kualitas pelayanan kefarmasian di Puskesmas Gunungpati adalah variabel konseling sementara faktor terendah adalah variabel Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat. B. Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain : 1. Penilaian terendah untuk pelaksanaan Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat adalah pemberian pemberian keterangan lengkap resep berupa : dosis, waktu penggunaan obat, alergi dan efek samping obat (jika ada), kontra indikasi dan efek adiktif. Untuk dapat meningkatkan hal ini maka dapat dilakukan proses pemberian keterangan sesuai dengan SPO Puskesmas Gunungpati dimana setiap petugas harus memahami dengan benar isi resep, membaca keterangan resep dengan cermat dimana didalam keterangan tersebut terdapat informasi tentang nama obat, jenis dan bentuk sediaan obat, nama dan umur pasien, dosis, cara pemakaian dan aturan pakai; 2. Penilaian terendah untuk pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat adalah pada kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap oleh para petugas kefarmasian. Peningkatan atas hal ini dapat dilakukan dengan menyusun jadwal pelaksanaan penyuluhan, dimana jadwal tersebut harus dilaksanakan secara teratur, dan juga perlu dilakukan pembagian jadwal pelaksanaan penyuluhan untuk pasien rawat inap dan pasien rawat jalan;
70 3. Penilaian terendah untuk pelaksanaan Konseling adalah pada kesediaan untuk membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien. Peningkatan atas hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal konseling untuk seluruh dokter yang ada di Puskesmas Gunungpati. Konseling dilaksanakan pada hari-hari tertentu, seluruh dokter mendapatkan jatah jadwal konselingnya, setiap permasalahan pasien akan dijadwalkan untuk melakukan konseling sesuai dengan jadwal dokter yang menangani pasien tersebut; 4. Penilaian terendah untuk pelaksanaan Ronde / Visite pasien adalah pada pembuatan catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan. Hal ini dapat ditingkatkan dengan melakukan evaluasi kinerja tenaga kefarmasian atas pelaksanaan kegiatan tersebut oleh pimpinan Puskesmas sebagai atasan dari tenaga kefarmasian. Dengan adanya evaluasi, maka akan dapat segera ditemukan kekurangan dalam pelaksanaan oleh petugas farmasi tersebut, dan karenanya akan dapat dengan segera ditemukan solusi untuk mengatasi permasalahan. 5. Saran bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini membuktikan bahwa keempat variabel bebas terbukti menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kefarmasian di Puskesmas Gunungpati, oleh karenanya disarankan untuk menjadikan keempat variabel sebagai faktor penilaian dari kualitas pelayanan kefarmasian di setiap unit pelayanan kesehatan. Namun demikian disarankan juga untuk melakukan penelitian tentang pelayanan kefarmasian dengan seluruh variabel yang terdapat pada permenkes yang meliputi 7
71 variabel, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya ditambahkan 3 variabel tambahan sesuai Permenkes antara lain variabel Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO), variabel Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan variabel Evaluasi Penggunaan Obat. Disarankan juga untuk melakukan penelitian lebih dari satu fasilitas kesehatan dengan tingkat pelayanan yang sama, misalnya Puskesmas pada dua atau lebih kecamatan, hal ini berguna untuk membandingkan kualitas pelayanan kefarmasian pada wilayah yang berbeda