BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pelaksanaan Farmasi Klinik di Rumah Sakit. Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016

Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas Kegiatan

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG

PLANNING OF ACTION PELAYANAN KEFARMASIAN 2017

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu. pembangunan mutu sumberdayamanusia(sdm) di berbagai

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BEJEN NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT KEPALA PUSKESMAS BEJEN,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI DI RSUP H. ADAM MALIK STUDI KASUS. CLOSED (R) NEGLECTED FRAKTUR FEMUR (Fx)

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-korelatif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Studi Pendahuluan dan Penentuan Jumlah Sampel Penelitian

PELAYANAN PENCAMPURAN ASEPTIK DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA. Oleh: Dra. Nastiti Setyo Rahayu. Apt

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Apotek RSU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Universitas Sumatera Utara

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WATUMALANG NOMOR :.../.../.../2013 TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285

BAB IV PEMBAHASAN. Permenkes Nomor 58 tahun 2014 ini di lakukan di 4 Rumah Sakit Umum

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

SURAT KEPUTUSAN TENTANG KEBIJAKAN PENULISAN RESEP DIREKTUR RS BAPTIS BATU MENIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

Kepatuhan Dokter Mengisi Asesmen Medis Secara Lengkap Pada Pasien Yang Akan Melakukan Rawat Inap

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

menangani pasien rawat inap melakukan kunjungan dan pemeriksaan (visite)

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

Peran Kefarmasian dari Aspek Farmasi Klinik dalam Penerapan Akreditasi KARS. Dra. Rina Mutiara,Apt.,M.Pharm Yogyakarta, 28 Maret 2015

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

BAB I PENDAHULUAN. Terciptanya masyarakat yang sehat tidak terlepas dari pentingnya menjaga

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang akan meningkatkan daya saing badan usaha tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM ORIENTASI KHUSUS DI UNIT FARMASI

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

Elemen Regulasi Ket Regulasi D O S W

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

67 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain adalah : 1. Kualitas pelayanan kefarmasian secara keseluruhan telah dinilai baik oleh para responden dan dianggap penting bagi kualitas pelayanan kefarmasian tersebut. Hal ini dapat terlihat dari skor penilaian dari masing-masing variabel dimana untuk variabel Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat mendapat skor bobot korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang mendapat skor bobot korelasi sebesar 77%, skor bobot untuk variabel konseling sebesar 77,4% dan variabel ronde / visite pasien yang mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%. 2. Variabel Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat secara keseluruhan dinilai oleh para responden berada pada klasifikasi penilaian kualitas yang tinggi. Dari keempat indikator penilaian variabel ini terbukti bahwa pemberian label oleh petugas kefarmasian mendapat penilaian tertinggi dengan skor sebesar 85% dan indikator pemberian keterangan lengkap dari obat mendapat penilaian terendah dengan skor sebesar 78%; 3. Variabel Pelayanan Informasi Obat secara keseluruhan dinilai oleh para responden berada pada klasifikasi penilaian kualitas yang tinggi. Dari keempat indikator penilaian variabel ini terbukti bahwa kesediaan 67

68 petugas untuk menjawab pertanyaan dari para pasien mendapat penilaian tertinggi dengan skor penilaian sebesar 88% sementara indikator kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap oleh para petugas kefarmasian mendapat penilaian terendah dengan skor sebesar 82%; 4. Variabel Konseling secara keseluruhan dinilai oleh para responden berada pada klasifikasi penilaian kualitas yang tinggi. Dari keempat indikator penilaian variabel ini terbukti bahwa kesediaan petugas kefarmasian untuk menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan cara yang sopan mendapat penilaian tertinggi dengan skor penilaian sebesar 91% sementara indikator kesediaan untuk membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien mendapat penilaian terendah dengan skor sebesar 85%; 5. Variabel Ronde / visite pasien secara keseluruhan dinilai oleh para responden berada pada klasifikasi penilaian kualitas yang tinggi. Dari keempat indikator penilaian variabel ini terbukti bahwa kesediaan petugas kefarmasian untuk menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien mendapat penilaian tertinggi dengan skor penilaian sebesar 84,85% sementara indikator membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan mendapat penilaian terendah dengan skor penilaian sebesar 72,73%.

69 6. Dari keempat variabel terbukti bahwa variabel yang merupakan faktor terbesar dari kualitas pelayanan kefarmasian di Puskesmas Gunungpati adalah variabel konseling sementara faktor terendah adalah variabel Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat. B. Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain : 1. Penilaian terendah untuk pelaksanaan Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat adalah pemberian pemberian keterangan lengkap resep berupa : dosis, waktu penggunaan obat, alergi dan efek samping obat (jika ada), kontra indikasi dan efek adiktif. Untuk dapat meningkatkan hal ini maka dapat dilakukan proses pemberian keterangan sesuai dengan SPO Puskesmas Gunungpati dimana setiap petugas harus memahami dengan benar isi resep, membaca keterangan resep dengan cermat dimana didalam keterangan tersebut terdapat informasi tentang nama obat, jenis dan bentuk sediaan obat, nama dan umur pasien, dosis, cara pemakaian dan aturan pakai; 2. Penilaian terendah untuk pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat adalah pada kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap oleh para petugas kefarmasian. Peningkatan atas hal ini dapat dilakukan dengan menyusun jadwal pelaksanaan penyuluhan, dimana jadwal tersebut harus dilaksanakan secara teratur, dan juga perlu dilakukan pembagian jadwal pelaksanaan penyuluhan untuk pasien rawat inap dan pasien rawat jalan;

70 3. Penilaian terendah untuk pelaksanaan Konseling adalah pada kesediaan untuk membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien. Peningkatan atas hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal konseling untuk seluruh dokter yang ada di Puskesmas Gunungpati. Konseling dilaksanakan pada hari-hari tertentu, seluruh dokter mendapatkan jatah jadwal konselingnya, setiap permasalahan pasien akan dijadwalkan untuk melakukan konseling sesuai dengan jadwal dokter yang menangani pasien tersebut; 4. Penilaian terendah untuk pelaksanaan Ronde / Visite pasien adalah pada pembuatan catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan. Hal ini dapat ditingkatkan dengan melakukan evaluasi kinerja tenaga kefarmasian atas pelaksanaan kegiatan tersebut oleh pimpinan Puskesmas sebagai atasan dari tenaga kefarmasian. Dengan adanya evaluasi, maka akan dapat segera ditemukan kekurangan dalam pelaksanaan oleh petugas farmasi tersebut, dan karenanya akan dapat dengan segera ditemukan solusi untuk mengatasi permasalahan. 5. Saran bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini membuktikan bahwa keempat variabel bebas terbukti menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kefarmasian di Puskesmas Gunungpati, oleh karenanya disarankan untuk menjadikan keempat variabel sebagai faktor penilaian dari kualitas pelayanan kefarmasian di setiap unit pelayanan kesehatan. Namun demikian disarankan juga untuk melakukan penelitian tentang pelayanan kefarmasian dengan seluruh variabel yang terdapat pada permenkes yang meliputi 7

71 variabel, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya ditambahkan 3 variabel tambahan sesuai Permenkes antara lain variabel Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO), variabel Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan variabel Evaluasi Penggunaan Obat. Disarankan juga untuk melakukan penelitian lebih dari satu fasilitas kesehatan dengan tingkat pelayanan yang sama, misalnya Puskesmas pada dua atau lebih kecamatan, hal ini berguna untuk membandingkan kualitas pelayanan kefarmasian pada wilayah yang berbeda