I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik dan Morfologi Cabai Merah. Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk dalam keluarga terong-terongan

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai tipe tanah dan tanah yang

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

I. PENDAHULUAN. inflasi, substitusi impor dan memenuhi permintaan dalam negeri (Direktorat Jendral

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman buah semangka Citrullus vulgaris Schard. yang termasuk tanaman

BAB I PENDAHULUAN. tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, 1500 si vitamin A, 0,6 mg vitamin B, 40 mg vitamin C, 5 mg

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayam (Amaranthus tricolor L.) dari sudut pandang manusia awam

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

I. PENDAHULUAN. hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kerontokan Bunga dan Buah

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pengembangan usaha agribisnis hortikultura termasuk komoditas sayuran

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura yang cukup penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. (Haryantini, dan Muji Santoso 2001). Buah cabai terdapat hampir di setiap rumah di negara-negara tropis yang dikonsumsi dalam keadaan segar maupun kering. ( Sarker,. dan Fazlur, 2003). Kebutuhan cabai merah dari tahun-ketahun semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk (Haryantini,. dan Muji 2001) dan berkembangnya berbagai industri makanan yang membutuhkan bahan baku cabai (Sumarni,. dan Rini Rosliani 2001) seperti tepung cabai dan saus serta industri obat-obatan (Sukawa, dan Makmuri 1999) serta merupakan salah satu komoditi eksport yang masih potensil (Koesriharti, Titik Islami dan Respatijarti 1999 b ), namun produksi cabai masih belum mencukupi (Sumarni, dan Rini 2001), bahkan produktifitasnya masih sangat mungkin untuk dikembangkan dimana produksi maksimum di Indonesia masih rendah ( 3,5 ton/ha) bila dibandingkan dengan produksi Malaysia (12 ton/ha) (Javier, 1993) Hasil ekonomis tanaman cabai adalah buah, sehingga tingi-rendahnya produksi tergantung pada jumlah, ukuran dan bobot buah yang dapat di panen, sehingga jumlah buah panen dipengaruhi oleh jumlah bunga yang terbentuk, serta jumlah bunga dan buah gugur. Salah satu masalah utama dalam budidaya tanaman cabai adalah rentannya tanaman cabai terhadap pengguguran bunga dan buah yang dapat menyebabkan penurunan produksi yang cukup serius (Haryantini, dan Muji Santoso 2001), yaitu dari 500 buah bunga yang mungkin dihasilkan oleh satu tanaman hanya mampu

menghasilkan buah sebanyak 263 buah (Setiadi, 2005). Hal ini berarti bunga dan buah yang gugur mencapai 47,4 %. Masalah ini tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain seperti Korea dan Nigeria bagian Utara. Kehilangan kuncup bunga, bunga dan buah muda pada tanaman cabai merupakan salah satu dari faktor penting yang membatasi produksi tanaman ini di darerah tropis. (Koesriharti, dkk., 1999 b ) Kondisi lingkungan atau faktor luar seperti kelembaban tanah dan udara, status air tanah, dan fotoperiode serta nutrisi merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembungaan dan pembentukan buah, disamping itu secara umum pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikontrol oleh dua faktor internal yaitu nutrisional dan hormonal. (Sumarni, dan Rini, 2001). Banyak faktor yang telah diidentifikasi mempengaruhi pengguguran bunga dan buah tanaman cabai seperti kegagalan pembuahan, suhu yang tinggi, dan kekurangan air terutama saat pembentukan bunga dan buah (Doorenbos dan Kassam, 1979 dalam Koesriharti, M.Dawam., dan Nurul. 1999 a, ) yang diikuti dengan penaungan (Aloni, et. al., 1991), keseimbangan hormon (Wien, Turner, and Yang, 1989, Tamas et. al., 1979)) konsentrasi dan alokasi assimilate (Aloni, et. al. 1999.) intensitas cahaya yang rendah (Marcells, et. al. 2004) Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi gugur bunga dan buah tanaman cabai maka dapatlah ditentukan cara mengatasi gugur bunga dan buah rersebut. Namun faktor tersebut bervariasi dari satu tanaman ketanaman lain, dan dari satu daerah ke daerah lain, sehigga perlu untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam pengguguran bunga dan buah.

Banyak peneliti menyatakan bahwa pengguguran organ tanaman terutama diatur oleh hormon (Tamas et. al., 1979). Kontrol pengguguran dari organ vegetatif dan reproduktif dari berbagai spesies termasuk organ reproduktif cabai dikendalikan oleh kombinasi auksin dan etilen (Wien et. al., 1989). Namun pada penelitian Koesriharti, Dawam, dan Nurul (1999 a ) terhadap 9 (sembilan) kultivar tanaman lombok besar diperoleh bahwa pemberian auxin dalam bentuk IAA maupun NAA ternyata tidak dapat mengurangi terjadinya kerontokan buah. Penelitian Haryantini, dan Muji (2001) memperlihatkan bahwa pemberian GA 3 dengan konsentrasi 100 ppm terhadap tanaman cabai dapat menurunkan kerontokan bunga hingga 16 % dan menurunkan kerontokan buah hingga 5 % dibandingkan dengan tanpa pemberian GA 3. demikian juga dengan penelitian Koesriharti, Titik, dan Respatijarti (1999 b ) menunjukkan bahwa pemberian campuran BA, GA dan AVG dapat mengurangi terjadinya kerontokan buah dari 44,42 % menjadi 29,03%. Konsep pemupukan didasarkan pada prinsip keseimbangan hara sehingga usaha untuk mencapai ketepatan dosis, cara dan waktu serta jenis pupuk yang diberikan merupakan usaha dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan (Tarigan, 1999). Disamping itu karena pertumbuhan tanaman berlangsung secara sedikit demi sedikit setiap saat dan secara terus menerus, maka unsur hara yang dibutuhkan tanaman harus selalu tersedia setiap saat. (Loveles, 1991) mengatakan harus ada gerakan hara tersedia yang sinambung dari sumber hara ketempat hara tersebut terpakai. Pemberian pupuk yang tepat dapat meningkatkan jumlah buah panen disamping parameter pertumbuhan lainnya yang berarti juga dapat menurunkan jumlah bunga yang gugur. Penelitian Sarker (2003) memperlihatkan bahwa pemberian kombinasi

hara yang tepat dapat meningkatkan jumlah buah pertanaman hingga menjadi 109 buah pertanaman dari 48 buah. Penanaman cabai terutama di musim hujan sering kali mengalami kerugian karena faktor cuaca yang kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman cabai dan adanya serangan hama dan penyakit yang tinggi, sehingga dapat mengurangi kualitas dan kuantitas hasil. Terutama karena tanaman ini tidak tahan terhadap adanya genangan air maupun kekeringan terutama selama periode pembentukan buah (Koesriharti, 1999 b ) Kekurangan air pada periode pertumbuhan akan mempengaruhi hasil, terutama kekurangan air pada saat pembungaan dan pembentukan buah (Koesriharti, 1999 b ), karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menyebabkan gugurnya bunga dan buah. (Yoon et al., 1989 dalam Koesriharti, M. 1999 a ). Salah satu alternatif untuk mengatasi kelebihan dan kekurangan air serta menjamin ketersediaan unsur hara secara sinambung dan efisien pada pertanaman yaitu dengan penanaman cabai secara hidroponik dengan irigasi tetes yang dilakukan di rumah kasa. Dengan cara tersebut faktor cuaca (kekurangan dan kelebihan air) serta serangan hama dan penyakit dapat diatasi.(sumarni, dan Rini, 2001). Penanaman cabai secara hidroponik adalah penanaman dalam larutan hara/nurtisi dengan media bukan tanah. Sebagai media dapat digunakan berbagai bahan seperti pasir, kerikil, perlite, vermienlite, kuntang, sabut kelapa dan lain-lain yang disebut kultur agregat hidroponik (Jansen, 1997) dimana bahan-bahan tersebut mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda, sehingga pengaruhnya pada ertumbuhan dan hasil tanaman akan berbeda pula.

Rumusan Masalah Tinggi rendahnya hasil tanaman cabai ditentukan oleh jumlah, ukuran dan bobot buah yang dapat dipanen, yang berarti juga tergantung pada jumlah bunga yang menjadi buah. Dalam budidaya cabai merah terdapat peristiw yang umum terjadi yaitu banyaknya bunga dan buah gugur. Fakta tersebut memperlihatkan bahwa potensi produksi tanaman cabai masih dapat ditingkatkan dengan jalan menekan jumlah bunga dan buah yang gugur. Untuk mengurangi gugurnya bunga dan buah tersebut, dilakukan penyemprotan hormon Gibberelin (GA 3 ) pada seluruh bagian tanaman, dimana pada beberapa kasus hormon ini telah terbukti dapat menurunkan persentase bunga dan buah yang gugur. Disamping itu pembentukan bunga dan buah sangat berhubungan dengan keadaan pertumbuhan organ vegetatif tanaman serta aktifitas fotosintesis, sehingga berarti juga berhubungan dengan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Dengan demikian pemberian hara yang tepat sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan hasil panen. Masalah lain yang dihadapi pada pertanaman cabai adalah kepekaan tanaman tersebut terhadap keadaan air, baik keadaan kekeringan maupun tergenang. Dengan demikian pemberian air dalam jumlah yang cukup dan tersedia sepanjang siklus hidup akan mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman. Atas dasar kenyataan tersebut di atas, maka disusunlah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui: apakah hormon Gibberelin dapat menurunkan jumlah bunga dan buah yang gugur dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai; dosis pupuk NPK yang tepat pada sistim irigasi tetes; serta melihat

pengaruh media terhadap pengguguran bunga maupun pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh hormon Gibberelin (GA 3 ), dosis pupuk NPK, terhadap pertubuhan dan hasil tanaman cabai merah, terutama pada pengurangan gugurnya bunga dan buah pada berbagai media tumbuh. Hipotesis Penelitian 1. Pemberian GA 3 dapat mengurangi gugurnya bunga dan buah serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah. 2. Perbedaan tingkat dosis pupuk NPK akan mempengaruhi gugur bunga dan buah serta pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah. 3. Perbedaan media tumbuh akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah. 4. Pemberian GA 3 Dosis pupuk NPK dan media tumbuh akan saling mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah. Kegunaan Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi ilmu pengetahuan terutama untuk petani dan pelaku agribisnis cabai merah. 2. Sebagai bahan penulisan tesis dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pertanian pada Sekolah Pasca Sarjana USU Medan.