BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan;

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN PADA IBU IBU DI DUSUN MULEKAN II TIRTOSARI KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan unsur dasar yang penting dalam kesehatan umum, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi. Pada perempuan, kesehatan reproduksi perlu mendapat perhatian lebih karena begitu kompleksnya alat reproduksi perempuan. Suatu kesehatan akan terbentuk jika seseorang berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku ini yang akan mendasari untuk membangun kesehatan yang utuh bagi perempuan. Perilaku perineal hygiene sangat penting bagi perempuan. Perineal hygiene merupakan perawatan kebersihan yang meliputi kebersihan perineum dan genitalia (Dewi, 2011). Hasil penelitian Setiani, Prabowo dan Paramita (2014), yang dilakukan di salah satu pondok pesantren di Yogyakarta menunjukkan bahwa dari 98 responden 37,1% memiliki perilaku perineal hygiene yang baik, 33,7% memiliki perilaku perineal hygiene cukup, dan 29,2% memiliki perilaku perineal hygiene kurang. Pada saat perempuan menstruasi, salah satu perilaku perineal hygiene seperti mengganti pembalut secara teratur 2 sampai 3 kali sehari atau setiap 3 jam (Manuaba, 2009). Pengaruh kelembapan yang tinggi di

2 Indonesia memungkinkan lingkungan vagina menjadi lebih lembab dan beresiko timbulnya infeksi. Perilaku perineal hygiene yang dilakukan secara terus menerus dan benar maka dapat mencegah terjadinya masalahmasalah yang menganggu kesehatan reproduksi. masalah yang dapat timbul akibat perilaku perineal hygiene yang buruk yaitu timbul keputihan, iritasi kulit genitalia, alergi, bau yang tidak sedap, infeksi saluran kemih, iritasi pada daerah vagina (vaginitis) dan jika tidak ditangani dapat menjadi kanker serviks (kanker leher rahim) (Nurlita, 2014). Perilaku perineal hygiene yang buruk akan mempermudah berbagai bakteri dan virus menyerang organ reproduksi. Menurut Depkes (2010), keputihan adalah bagian dari tidak terpeliharanya kesehatan reproduksi dengan baik. Keputihan dikatakan normal (fisiologis) apabila cairan yang keluar berwarna putih atau bening dan tidak berbau, sedangkan keputihan tidak normal (patologis) dapat disebabkan oleh infeksi yang ditandai dengan cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan dan timbul bau yang tidak sedap (Kusmiran, 2011). Di Indonesia 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya termasuk remaja. Berdasarkan Dinkes (2013), remaja putri di DIY usia 15-24 tahun 68% mengalami keputihan patologi. Sehingga sangat penting bagi perempuan dalam menjaga kesehatan reproduksinya agar terhindar dari masalah kesehatan reproduksi, salah satunya keputihan. Tentunya dalam hal ini pengetahuan menjadi dasar untuk terbentuknya suatu perilaku. Pengetahun tentang kesehatan

3 reproduksi akan mengantarkan perempuan membentuk perilaku perineal hygiene yang baik dan benar. Menurut Kemenkes RI (2011), pengetahuan tentang kesehatan reproduksi meliputi keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh. Pengetahuan kesehatan reproduksi ini tidak hanya perlu diketahui oleh orang dewasa yang pernah melakukan hubungan seksual, tetapi perlu juga diketahui oleh kelompok remaja untuk mempertahankan keutuhan kesehatannya. Hasil SDKI 2012 KRR menunjukkan bahwa 35,3% remaja perempuan belum memadai dalam mengetahui pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian Utama (2013), yang dilakukan di salah satu SMA Yogyakarta, dari 144 reponden 77% memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi baik, 22% memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi cukup dan 1% memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi kurang. Sering kali remaja kurang terpapar informasi mengenai cara mempertahankan keutuhan kesehatan reproduksinya. Remaja berhak mendapatkan informasi mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi. Terutama remaja perempuan, mereka harus mendapatkan informasi dalam memperkuat kepercayaan diri agar mampu menghidar dari informasi yang bersifat negatif. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Sehingga remaja mulai mencari-cari informasi untuk mempertanggung jawabkan setiap perilaku yang dilakukannya. Usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun, kecuali dalam usia tersebut sudah

4 menikah, maka tidak lagi tergolong dalam remaja. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Jumlah remaja putri di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di Indonesia, menurut BKKBN (2010) jumlah remaja perempuan 21.489.600 atau 18,11% dari jumlah perempuan. Perkembangan dan pertumbuhan remaja dipengaruhi oleh faktor biologis, perubahan fisik, emosi, dan sosial. Perubahan fisik pada remaja perempuan salah satunya ditandai dengan pertumbuhan pada alat kelamin dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti menstruasi (Sarwono, 2011). Pada masa ini remaja perempuan akan menghadapi keadaan yang memerlukan penyesuaian agar dapat menerima perubahan yang terjadi. Remaja merupakan masa dimana sistem reproduksi mulai berkembang dan rentan terhadap masalah-masalahan organ reproduksi (Irianto, 2015). Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 2012, diketahui bahwa dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Sehingga pada usia remaja, harus mendapatkan informasi terkait kesehatan reproduksi remaja untuk menunjang perilaku perineal hygiene-nya. Informasi tersebut ada yang berasal dari orang tua, teman sebaya, pendidikan, media massa, dan terdapat juga dalam ajaran agama islam. Dalam agama islam, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Lima

5 perkara berupa fitrah, yaitu : memotong bulu kemaluan, berkhitan, memotong kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku. (H.R. Al- Bukhari dan Muslim). Dari hadist tersebut diketahui bahwa memotong bulu kemaluan merupakan salah satu perintah Allah SW yang menunjukan salah satu contoh dalam perilaku perineal hygiene.. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMF Yogyakarta, dari 10 remaja putri yang diberikan pertanyaan mengenai kesehatan reproduksi, hanya 6 orang yang mampu menjelaskan secara singkat tentang kesehatan reproduksi dan terkait perilaku perineal hygiene-nya, 4 orang masih sering menggunakan pantyliner, 7 orang belum mengerti cara yang benar membasuh kemaluan, dan 2 orang menggunakan sabun mandi untuk membersihkan alat kelaminnya. Dari uraian latar belakang dan studi pendahuluan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait hubungan pengetahuan kesehatan remaja dengan perilaku perineal hygiene-nya. B. Rumusan Masalah Kesehatanreproduksi merupakan dasar bagi remaja untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Salah satu dari kesehatan reproduksi adalah perineal hygiene atau kebersihan organ genitalia pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian Utama (2013), yang dilakukan di salah satu SMA Yogyakarta, dari 144 reponden 77% memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi baik, 22% memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi cukup

6 dan 1% memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi kurang. Hasil penelitian Setiani, Prabowo dan Paramita (2014), yang dilakukan di salah satu pondok pesantren di Yogyakarta menunjukkan bahwa dari 98 responden 37,1% memiliki perilaku perineal hygiene yang baik, 33,7% memiliki perilaku perineal hygiene cukup, dan 29,2% memiliki perilaku perineal hygiene kurang. Berdasarkan uraian diatas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Adakah hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perineal hygiene pada remaja putri di SMF Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku perineal hygiene pada remaja putri di SMF Yogyakarta 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri di SMF Yogyakarta b. Mengetahui perilaku perineal hygiene remaja putri di SMF Yogyakarta

7 c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku perineal hygiene pada remaja putri di SMF Yogyakarta D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi : 1. Instansi Pendidikan Hasil diharapkan mampu memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi dan dapat digunakan sebagai sumber pelajaran bagi pengajar untuk menyampaikan pentingnya perilaku perineal hygiene untuk menunjang kesehatan reproduksi remaja. 2. Ilmu Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan dapat digunakan untuk menambah wawasan serta sebagai acuan bagi peneli-peneliti selanjutnya. 3. Remaja Hasil diharapkan mampu memberikan informasi bagi remaja untuk lebih meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksinya serta perilaku perineal hygiene-nya.

8 E. Penelitian Terkait No Judul 1. Hubungan pengetahuan tentang kebersihan perineal dengan kejadian keputihan pada siswa putri di SMA N 1 Peneleng. 2. Hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja SMA N 1 Imogiri 3. Pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada siswi MI Pembangunan Tabel 1. Penelitian Terkait Nama Peneliti Metode, Populasi dan dan Tahun Sampel Sondakh, Rina dan Yolanda, 2013 Ardiyanti dan Muti ah, 2013 Nurlita, 2014 Metode Cross Sectional. Populasi seluruh siswa putri di SMA Negeri 1 Pineleng dengan jumlah sampel sebanyak 59 orang. Metode deskriptif non eksperimen dengan desain cross-sectional. Populasi dalam adalah semua siswi kelas X di SMA N 1 Imogiri dengan jumlah sampel 100 orang. Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif sederhana. Populasi dalam adalah seluruh siswi MI Pembangunan Kelas 4, 5, dan 6 sebanyak 380 siswi dengan jumlah sampel sebanyak 39 orang. Persamaan dan Perbedaan Persamaan dengan adalah variabel yang sama yaitu kebersihan perineal dan metode yang digunakan. Perbedaan dengan adalah tempat penelitian. Persamaan dengan adalah variabel dependen yaitu pengetahuan kesehatan reproduksi. Perbedaan dengan adalah variabel independen yaitu perilaku seksual remaja. Persamaan dengan adalah variabelnya yaitu perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna (perineal hygiene). Perbedaan dengan variabel lain yaitu pengetahuan menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.