TINJAUAN PUSTAKA. 5 [Diakses tanggal 24 November 2011]

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

ANALISIS RISIKO PEMASARAN TANAMAN HIAS POT DI PT BINA USAHA FLORA, KECAMATAN SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

III KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

III KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI ANGGREK DENDROBIUM PADA PERMATA ANGGREK DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

IV. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI ANALISIS RISIKO HARGA

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII ANALISIS PENAWARAN APEL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

Tahun Bawang

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENGERTIAN TANAMAN HIAS

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Florikultura

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan

BAB I. PENDAHULUAN. Deskripsi Singkat

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Hortikultura Menurut Zulkarnain (2009), kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu medium buatan. Pada umumnya para pakar mendefinisikan hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, atau tanaman hias. Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga). Peranan hortikultura adalah 5 : a). Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani, dan e)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun dalam membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo 1997). Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam 5 http://distan.riau.go.id/index.php/bidang/holtikultura [Diakses tanggal 24 November 2011] 11

pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya usaha hortikultura patut untuk dikembangkan ada saat ini. Hortikultura dikelompokkan menjadi 6 : 1. Tanaman Buah-buahan (pomology): kelompok tanaman ini memiliki keanekaragaman morfologi, seperti ada yang berbentuk pohon (misalnya rambutan, mangga,durian, jeruk, dan sebagainya), atau bentuk semak markisa. 2. Tanaman sayuran (olerikultur): tanaman ini merupakan tanaman hortikultura yang utama. Bagian tanaman tersebut dapatberasal dari daun, tangkai daun, umbi, batang, akar, bunga, buah ataupun biji.berbeda dengan tanaman buah - buahan, sayuran memiliki umur yangrelatif singkat. Tanaman ini umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar,oleh karenanya proses penanganannya lebih spesifik dibandingkandengan hortikultura lainnya. 3. Tanaman Hias (florikultura): Manfaat dari tanaman hias ini adalah meningkatkan estetika lingkungan. Budidaya tanaman ini dapat dilakukan pada ruang terbukamaupun tertutup. 4. Lanskap arsitektur. Lanskap menggunakan tanaman tertentu yang dipadukan dengan elemen-elemen lainnya untuk menghasilkan pemandangan yangindah.aspek utama dalam lanskap arsitektur ini adalah penutupan permukaan tanah yang umumnya diwakili dengan rumput.lanskap arsitektur sedemikian pentingnya karena dapat memuaskan masyarakat yang melihatnya dan berpengaruh terhadap efek fisiologis manusia. 5. Tanaman obat-obatan. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ramuan tradisional.dimana bahan-bahan tersebut diambil dari berbagai bagian dari tanaman tersebut. 2.2. Gambaran Umum Tanaman Hias Tanaman hias adalah semua tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Kehadiran tanaman hias mampu menghadirkan nilai-nilai keindahan yang dapat menimbulkan dampak psikologis bagi orang 6 http://pla.deptan.go.id/pdf/pedum_peral_horti_2012.pdf [24 November 2011] 12

yang memandangnya. Dampak psikologis yang dimaksud misalnya berupa rasa senang, gembira, nyaman, dan sebagainya. Selain itu, apabila dibudidayakan dengan baik serta dikelola dengan benar, bisnis tanaman hias juga akanmemberikan keuntungan secara ekonomi, terutama bagi penduduk kota. Hal ini tidak saja bagi penjual tanaman hias dalam bentuk bunga potong, tetapi juga bagi penjual tanaman hias di dalam pot mulai dari ukuran bibit hingga ukuran dewasa. Jasa pembuatan taman juga akan menjadi lapangan pekerjaan baru bagi mereka yang menaruh minat pada budidaya tanaman hias dan memiliki bekal pengetahuan seni merancang taman. Selain manfaat berupa keindahan, tanaman hias juga dapat memiliki fungsi-fungsi fisik (jasmaniah), seperti: 1) Sebagai peneduh; 2) Sebagai pengencer polusi, 3) Sebagai peredam suara, serta 4) Sebagai pembatas (Zulkarnain 2009). 2.3. Penelitian Terdahulu 2.3.1. Kajian Risiko Bisnis Telah banyak penelitian yang mengkaji mengenai risiko. Permana (2011) meneliti tentang analisis risiko produksi bunga potong mawar pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi dalam pengembangan usahanya, hal ini dapat dilihat dari produksi atau produktivitas yang berfluktuasi selama masa tanam berlangsung. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kondisi cuaca dan iklim, keterampilan tenaga kerja, serta serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis risiko dengan Variance, Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dapat menunjukkan bahwa perusahaan mengalami risiko sebesar 0,23 tangkai pada saat terjadi risiko produksi dengan nilai expected return sebesar 11,27. Arfah (2009) meneliti tentang Analisis Risiko Penjualan Anggrek Phalaenopsis pada PT Eka Karya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Permasalahan penjualan yang terjadi di perusahaan disebabkan adanya klaim penjualan tanaman anggrek Phalaenopsis baik pemasaran lokal maupun ekspor. Klaim penjualan ini disebabkan karena adanya pengembalian tanaman dan pemusnahan tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis, serta tanaman yang tidak sesuai dengan criteria standar pemesanan. Adanya risiko penjualan ini dapat 13

mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Analisis risiko menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko penjualan pada kegiatan spesialisasi berdasarkan realisasi penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar lokal dan ekspor diperoleh risiko tertinggi yaitu pasar ekspor sebesar 0,114832332. Sedangakan risiko terendah pada pasar lokal sebesar 0,099549102. Hal ini dikarenakan penjualan pada pasar ekspor sangat rentan terhadap klaim penjualan yang mengakibatkan pengembalian dan pemusnahan tanaman serta kerusakan mekanis dibandingkan pada pasar lokal. Panggabean (2011) meneliti tentang Analisis Risiko Usaha Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Permata Anggrek melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan penjualan terhadap tiga kelompok dendrobium, yaitu dendrobium campur besar, dendrobium campur sedang, dan dendrobium campur kecil. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko. Indikasi adanya risiko dalam usaha pemeliharaan dan penjualan dendrobium terlihat dari nilai penjualan yang berfluktuasi. Sumber risiko pada tahapan pra penjualan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama yang dapat menurunkan jumlah persediaan. Risiko dalam penjualan (pasar) disebabkan oleh fluktuasi harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman, dan selera konsumen yang tidak sesuai dengan jenis anggrek yang dijual. Berdasarkan hasil penilaian risiko tunggal menggunakan ukuran coefficien variation diketahui bahwa usaha penjualan kelompok dendrobium canpur sedang menghadapi risiko tertinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya yaitu sebesar 0,764. Pada hasil analisis risiko usaha diversifikasi antara dua kelompok dan tiga kelompok dendrobium, diperoleh kombinasi yang memiliki nilai risiko paling tinggi yaitu dendrobium campur besar dan sedang sebesar 0,737. Sedangkan nilai risiko paling rendah dimiliki oleh kombinasi dendrobium campur besar dan kecil sebesar 0,433. 14

Solihin (2009) meneliti tentang risiko produksi dan harga serta pengaruhnya terhadap pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng, Sukabumi. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi akibat perubahan cuaca dan wabah penyakit serta kualitas sapronak. Sedangkan risiko harga yang terjadi akibat fluktuasi harga sarana produksi ternak tiap periodenya dengan tren harga yang terus naik. Begitu juga dengan harga jual ayam dipasar yang fluktuatif.dengan harga pakan yang tinggi dan harga jual ayam yang rendah menyebabkan pendapatan peternak rendah dan bahkan merugi. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, Coefficient Variation, dan metode Z-score. Berdasarkan hasil analisa, nilai expected return CV AB Farm sebesar Rp - 17.765.158 dengan nilai coefficient variation adalah 2,63. Risiko produksi yang terjadi akibat penyimpangan Indeks Prestasi Produksi perusahaan terhadap Indeks Prestasi Produksi standar yang seharusnya dicapai selama tujuh periode sebesar 23,0% (Tabel Z-Score). Amri (2011) meneliti tentang Risiko Harga Sayuran di Indonesia. Analisis risiko dilakukan dengan menganalisis tingkat risiko harga kentang, kubis, dan tomat dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at Risk (VaR). Model yang diajukan untuk kentang, kubis, dan tomat adalah GARCH (1,1) yang berarti bahwapola pergerakan harga komoditas tersebut dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga pada satu hari sebelumnya. Berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Risiko terendah pada periode satu hari terjadi pada komoditi kentang, tetapi pada periode tujuh dan 14 hari cenderung meningkat dibandingkan komoditas kubis dan tomat. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi yang dilakukan pedagang untuk komoditas kentang dalam waktu satu hari. Sedangkan untuk komoditas kubis dan tomat pada periode satu hari memiliki nilai yang lebih besar karena kedua komoditas ini memiliki karakteristik mudah busuk dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu, kedusa komoditas ini harus terjual dalam satu hari. 15

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa semua kegiatan menghadapi risiko, terlebih pada kegiatan berbasis pertanian yang memiliki sifat perishable, bulky, dan voluminous. Risiko yang biasa terjadi berdasarkan penelitian terdahulu adalah risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang dialami berupa risiko produksi yang dapat berasal dari dalam lingkungan perusahaan atau dari luar lingkungan perusahaan. Risiko dari dalam lingkungan perusahaan seperti keterampilan yang dimiliki oleh sumber daya manusia perusahaan. Sedangkan risiko yang berasal dari luar lingkungan perusahaan dapat berupa kondisi iklim atau cuaca ataupun serangan hama dan penyakit. Risiko lainnya adalah risiko pasar yang diakibatkan dari kegiatan pemasaran suatu perusahaan. Risiko ini merupakan kondisi yang dialami oleh suatu pelaku usaha yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar kendali pelaku usaha. Risiko pasar dapat berupa fluktuasi penjualan, kerusakan atau kematian produk selama proses pemeliharaan atau distribusi, serta ketidakpastian dalam perubahan harga. Risiko yang terjadi berpengaruh signifikan pada penerimaan pelaku usaha. Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan terhadap return dari suatu aset. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Semua data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan Microsoft office excel untuk mengetahui besarnya risiko yang dihadapi dan manajemen risiko yang diterapkan pada perusahaan.pada penelitian sebelumnya, Pengolahan dan analisis data yang digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang terjadi dilakukan dengan menggunakan analisis varian (Variance), simpangan baku (Standard Deviation), koefisien variasi (Coefficient Variation) baik dalam kegiatan spesialisasi ataupun diversifikasi. Kegiatan diversifikasi dilakukan untuk menurunkan risiko seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut. Selain mengukur besarnya risiko usaha, ada beberapa penelitian yang mengukur dampak risiko tersebut yaitu dengan menggunakan metode Z-score. metode ini mengukur risiko atau kejadian yang merugikan akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Dengan mengetahui Z-score, dapat 16

diketahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya ataupun dari nilai standarnya. Dengan adanya penelitian terdahulu, dapat diketahui sumber-sumber risiko yang biasa terjadi serta dampak yang ditimbulkan dari adanya risiko pada kegiatan pertanian. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai risiko khususnya risiko pemasaran tanaman hias pot. Penelitian ini menggunakan metode analisis variance, standard deviation, dan cofficient variation pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi pada empat komoditas. 2.3.3. Kajian Manajemen Risiko Manajemen risiko diperlukan untuk meminimalisasi risiko yang ada dan dapat meningkatkan presentase keberhasilan produksi yang berimplikasi pada pendapatan perusahaan. Manajemen Risiko yang baik akan dapat meminimalkan kerugian-kerugian yang dihadapi perusahaan. Sehingga perusahaan bisa tetap menjaga kelangsungan hidupnya bahkan bisa berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dan sukses dalam bisnisnya. Menurut penelitian Permana (2011), strategi yang dapat dilakukan oleh PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) adalah peningkatan pengaturan cahaya greenhouse, menerapkan sistem karantina untuk memperlambat prosespenyebaran hama dan penyakit, dengan mengunakan screen atau plastik UV (ultraviolet) dengan dibentangkan pada bak tanam yang terserang hama, meningkatkan kualitas perawatan tanaman bunga potong mawar dengan mengukur secara lebih teliti dosis pupuk, nutrisi, dan pestisida yang akan diberikan, melakukan kegiatan perompesan daun secara menyeluruh dan benar, proses penyiangan yang dilakukan secara menyeluruh, dan sortasi yang dilakukan secara lebih teliti dan benar, mengembangkan sumberdaya manusia. Menurut penelitian Arfah (2009) alternative manajemen risiko dalam mengatasi risiko penjualan anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora yaitu dengan melakukan peningkatan teknologi pada pengaturan cahaya green house, penerapan teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen. Penanganan risiko juga dapat dilakukan dengan menerapkan sistem standar operasional terhadap kebijakan 17

mutu produk. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Menurut penelitian Panggabean (2011) diversifikasi pada beberapa kelompok dendrobium dapat menekan risiko, namun diversifikasi tidak serta merta dapat menghilangkan risiko sepenuhnya. Saran yang direkomendasikan adalah integrasi vertikal, diversifikasi usaha, kontrak pemasaran dan perbaikan sarana serta prasarana produksi. Hal yang cukup penting untuk diterapkan adalah strategi kontrak pemasaran, yaitu untuk mengurangi besarnya pengaruh risiko harga dalam pengusahaan dendrobium. Selain itu memperbaiki penerapan dalam penanganan serangan hama dan penyakit yang dapat mematikan tanaman. Menurut penelitian Solihin (2009), manajemen risiko yang dapat diterapkan adalah dengan memproduksi pakan secara mandiri untuk menekan biaya produksi karena biaya pakan merupakan biaya tertinggin dari total biaya produksi. Melakukan kontrol kandang secara ketat, mengkonsultasikan gejala klinis yang timbul kepada Field Controller. Memperketat biosekuriti baik sanitasi maupun medikasi. Memperbaiki manajemen perkandangan dengan menambah atap topi agar air hujan tidak tampias dan panas matahari tidak menyengat sebagian kandang, sehingga ayam dapat menyebar dan tidak terjadi kepadatan di satu sudut kandang. Merencanakan dengan baik jadwal produksi dan panen. Membentuk kelompok peternak sebagai sarana informasi dan diskusi terkait kemajuan usaha. Alternatif strategi untuk mengatasi harga sayuran menurut penelitian Amri (2011) dapat dilakukan oleh petani melalui pengaturan pola tanam, pengaktifan koperasi, pengolahan produk, dan hubungan kemitraan dengan perusahaan, serta usaha rumah tangga maupun pedagang. Untuk pedagang yaitu dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan dan industri rumah tangga. Pemerintah dapat memberikan pendidikan dan pelatihan untuk mengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Program Sub Terminal Agribisnis (STA) perlu dibentuk di setiap kota dan mudah diakses oleh petani. Asuransi pertanian perlu dukungan pemerintah untuk koordinasi dan sosialisasi terhadap stakeholders. Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat berbagai macam cara yang dilakukan para pelaku usaha untuk mengelola risiko yang dihadapi. Alternatif 18

strategi penanganan risiko dilakukan dengan dua cara yaitu, preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko. Secara umum, penelitian sebelumnya melakukan strategi preventif dengan cara membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumber daya manusia. Strategi lainnya adalah strategi mitigasi, strategi ini dilakukan untuk mengurangi dampak risiko yang berimplikasi pada penerimaan perusahaan. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti diversifikasi, penggabungan, atau pengalihan risiko. Pada penelitian sebelumnya, para pelaku usaha melakukan strategi mitigasi dengan melakukan diversifikasi pada usahanya. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usaha masih dapat ditutupi dari kegiatan usaha lainnya. Oleh karena itu diversifikasi merupakan alternatif yang banyak disarankan untuk dapat meminimalkan sekaligus melindungi usaha dari adanya risiko. Dengan adanya penelitian terdahulu, dapat menjadi gambaran bagi penelitian ini untuk dapat membuat alternatif strategi penanganan risiko yang sesuai dengan permasalahan perusahaan dan dapat membantu perusahaan agar dapat meminimalkan atau melindungi dari adanya fluktuasi penjualan yang berimplikasi pada penerimaan perusahaan. 19