BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pemilihan umum dan implikasinya terhadap ketahanan politik wilyah pondok

JURNAL KETAHANAN NASIONAL. VOLUME 22 No. 1, 27 April 2016 Halaman 61-75

TATA TERTIB KONFERENSI CABANG NAHDLATUL ULAMA JOMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB VI P E N U T U P

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB III. Setting Penelitian

PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Fokus penelitian ini adalah Peran KH. Munir Abdullah dalam Membimbing Agama Masyarakat Desa Ngroto Kecamatan Gubug

BAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali.

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan simpulan dan saran-saran hasil penelitian. darul Istiqamah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Daftar Pertanyaan Wawancara. A. Daftar pertanyaan yang diajukan kepada sekretariat Pondok Pesantren Al-

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Munculnya partai partai Islam belakangan ini menimbulkan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

SARAS MURSITO B

KOMISI PEMILIHAN UMUM

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH

KEPUTUSAN KONFERENSI BESAR XVIII GERAKAN PEMUDA ANSOR TAHUN 2012 Nomor : 02/KONBES-XVIII/VI/2012

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BERITA NEGARA. No.676, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Penyusunan. Daftar Pemilih. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat. melalui kegiatan pengajian kitab kuning

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

Memutuskan : Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

DAFTAR ISI.... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv ABSTRAK....

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda. Organisasi adalah sebuah wadah

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN. akhlak, pendidikan dan sebagainya. Lembaga pondok pesantren memiliki

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

No.851, 2014 BAWASLU. Perhitungan dan Pemungutan. Suara. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan bagaian dari impact dari

A. Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

RELASI RELAWAN DEMOKRASI DAN PEMILIH PADA PEMILU TAHUN Muryanto Amin 2

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam harus dapat menjadi

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

(Perilaku Politik Eelit & Hubungan Kyai - Santri) Dukungan Politik Pondok Pesantren Mambaul Ma arif Denanyar Jombang Terhadap Pilgub Jatim 2013

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Identitas manusia jejak langkah hidup manusia selalu membutuhkan komunikasi.

Transkripsi:

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkanpada rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Partisipasi pemuda dalam pemilu 2014 di Pondok Pesantren Ali Maksum dapat dihasilkan partisipasi yang aktif dengan kategori partisipasi mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam memilih. Bisa dihasilkan aktif dikarenakan faktor-faktor partisipasi baik dari segi karakteristik pemuda, keadaan sosial serta bentuk-bentuk berpartisipasinya tergolong aktif dan berkontribusi. Bisa dihasilkan termobilisasi dalam hal kampanye dan ideologi memilih dikarenakan pemuda di pondok pesantren tinggal dalam sebuah komunitas sosial yang terstruktur dengan model pendidikan campuran antara modern dan tradisional.. Sehingga tingkat gerakan untuk berpartisipasi pun dimotori oleh seorang leader, dalam hal teknis di motori oleh pembimbing asrama sedangkan dalam hal arah pilihan dimotori oleh kyai atau pengasuh pondok pesantren. Partisipasi mobilisasi tersebut dalam bentuk yaitu (1)Mobilisasi dalam kampanye, seperti mobilisasi dalam acara maulid akbar dan doa bersama untuk Indonesia pada masa kampanye, dari acara-acara tersebut, terlihat partisipasi berupa mobilisasi dari pesantren terhadap para pemuda dalam Pemilu 2014. (2) Mobilisasi ideologi dalam memilih, mobilisasi dalam bentuk ideologi faham 116

keislaman sangat ditekankan di pon-pes ini, terbukti dari beberapa variabel partisipasi politik, baik situasi tempat tinggal asal dan situasi di pon-pes, afiliasi politik, keikutsertaan dan latar belakang organisasi. Bahwa peran dari pesantren sangat besar dalam menggiring para pemuda untuk tidak memilih di luar doktrin ajaran yang diajarkan. Bisa dikatakan, doktrin NU untuk pemuda di pon-pes ini sangat kuat. Tetapi pihak pon-pes tidak pernah menganjurkan untuk memilih partai tertentu atau calon tertentu, jadi membebaskan untuk memilih baik partai nasionalis atau religius. Anjurannya hanya berbentuk larangan memilih partai atau calon yang beda haluan dengan Pondok Pesantren Ali Maksum. Mobilisasi dalam memilih ini, bisa dikatakan tidak mutlak, karena tidak harus memilih partai A atau B, calon A atau calon B. Para pemuda masih diberikan kebebasan dalam memilih partai atau calon yang dikehendaki, dan dianjurkan untuk memilih yang tidak melenceng jauh dari haluan Pondok Pesantren Ali Maksum. Karakteristik tipologi pemilih dalam pemilu 2014, pemuda di Pondok Pesantren Ali Maksum ini, pemuda di pon-pes ini lebih kepada tipologi kharismatik tidak mutlak, yaitu memilih pilihan yang tidak jauh berbeda dari pilihan pimpinan pon-pes, bisa arah pilihannya sama persis dengan pilihan pimpinan dari segi partai/capres/capres ataupun hanya sama satu frekuensi ideologi meskipun tidak sama dalam hal partai atau caleg dan capres. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa ciri yaitu (1) Loyalitas terhadap Kyai dan Pengasuh, bahwa pemuda di pon-pes ini sangat menjunjung tinggi pengasuh. Tugas santri di pesantren adalah mempelajari materi yang diajarkan oleh kyai, 117

baik yang berupa teks tertulis maupun secara lisan yang dianggap lebih penting karena penyampaiannya langsung dari kyai itu sendiri. Selain dari pemberian materi, salah satu yang paling ditanamkan pada setiap santri yaitu sikap hormat, ta dzim dan kepatuhan terhadap kyai. Kyai serta pengasuh menjadi acuan dalam perpolitikan, terlebih kyai di pondok ini merupakan kyai yang aktif dalam perpolitikan. Hasil penelitian terkait partisipasi pemuda dalam pemilu 2014 ini, bahwa pemuda di pon-pes ini sangat menjunjung tinggi pengasuh. Terbukti saat masa kampanye, santri-santri banyak yang berbondong-bondong untuk ikut dalam acara yang diadakan pondok pesantren terkait dengan acara kampanye. Seperti sholawat dan doa bersama dengan tema pemilu, forum kyai se-diy yang bekerjasama dengan PKB. Para pemuda ikut karena sangat menghormati KH. Atabik Ali yang juga ikut dalam acara tersebut. (2) Loyalitas terhadap ideologi Pondok Pesantren Ali Maksum, ideologi pondok yang berhaluan Islam Ahlussunnah Wal Jama ah sangat ditekankan kepada para pemuda di pondok ini, karena sikap pilihan para pemuda dipengaruhi kuat oleh doktrin ideologi. Jika dilihat dari beberapa variabel partisipasi politik, seperti organisasi yang diikuti, pemuda di Pon-Pes Ali Maksum hampir semuanya adalah anggota IPNU/IPPNU yang merupakan organisasi yang berhaluan dibawah naungan NU. Akibat loyalitas tehadap faham ideologi NU dan pemuda mengikuti apa yang dianut oleh Kyai di pon-pes ini, maka kualitas partisipasi pemuda di Pondok Pesantren Ali Maksum masuk dalam tipologi karismatik. 118

Kedua, Hasil implikasi ketahanan politik wilayah pondok pesantren dapat dihasilkan, bahwa partisipasi pemuda di Pondok Pesantren Ali Maksum berimplikasi positif (baik) terhadap ketahanan politik wilayah pondok pesantren. Bentuk implikasi ini berupa keuletan dan ketangguhan pemuda dalam menanggapi pemilu 2014, karena tidak berdampak pada apatisme dalam berkontribusi dalam pemilu 2014. Secara jelasnya dapat dibagi dalam tiga aspek ketahanan politik: 1. Ketahanan terhadap Kesadaran Sosial Politik Pemuda di Pondok Pesantren Ali Maksum Kesadaran sosial politik di Pondok Pesantren Ali Maksum dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal dari partisipasi pemuda dalam pemilu 2014 aktif. Faktor internalnya adalah kontribusi terhadap pemilu lewat keikutsertaan dalam kampanye dan pemungutan suara. Secara keseluruhan pemuda di Pondok Pesantren Ali Maksum terdaftar dalam DPT dan menggunakan hak pilihnya. Keikutsertaan dalam kampanye dalam bentuk mobilisasi terstruktur, yaitu acaraacara yang diadakan oleh pihak pon-pes. Sedangkan hak pilihnya diberikan kebebasan dalam memilih. Faktor eksternalnya adalah adanya partai yang masuk di wilayah pondok pesantren untuk meminta dukungan, seperti Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa. Dengan adanya partai-partai yang masuk, membuat ketahanan terhadap kesadaran sosial politik pemuda di Pon-Pes Ali Maksum lebih melek akan politik. 119

Tetapi ada juga tingkat kepercayaan pemuda kurang begitu baik akibat banyak kasus politik. Kemudian tingkat respect para pemuda dengan sosok yang dipercayainya sangatlah tinggi. Terbukti dengan loyalitas terhadap Anas Urbaningrum yang merupakan salah satu pengasuh dan pendiri SMP Ali Maksum. Wujud ini terbentuk akibat peran pondok pesantren dalam menghormati seorang pengasuh. Secara garis besar, pemuda berkontribusi dalam pemilu 2014 lewat keikutsertaan dalam pemilu dan pemungutan suara. Pemuda di Pondok Pesantren Ali Maksum terdaftar dalam DPT dan menggunakan hak pilihnya. Kemudian keikutsertaan dalam kampanye pemuda bersifat mobilisasi terstruktur, seperti keikutssertaan kampanye dalam acara-acara yang diadakan oleh pihak pon-pes. Sedangkan hak pilihnya diberikan kebebasan dalam memilih. Faktor internal dan eksternal dari ketahanan terhadap kesadaran sosial politik merupakan implikasi dari partisipasi pemuda dalam pemilu 2014 yang tergolong aktif dan berkontribusi. Dari partisipasi pemuda dalam pemilu tersebut berdampak pada ketahanan sosial politik yang cukup baik, karena mendukung ketahanan kesadaran sosial politik wilayah di pondok pesantren sebagai salah satu wilayah di Indonesia. Sehingga berimplikasi juga dengan ketahanan sosial politik di ranah nasional. 2. Ketahanan terhadap Disiplin Wilayah Pondok Pesantren Ali Maksum Terkait dengan ketahanan disiplin wilayah bahwa para pemuda bertempat tinggal di pesantren dengan model campuran yaitu menggabungkan modernitas 120

dengan model pendidikan tradisional. Sehingga cara pandang terhadap pemilu pun lebih baik dari pada pondok pesantren dengan model pendidikan masih murni tradisional. Sehingga tingkat ketahanan terhadap disiplin wilayah Pondok Pesantren Ali Maksum tergolong baik. Pondok Pesantren Ali Maksum adalah lembaga pendidikan dan sosial, bukan lembaga politik, tetapi dalam perkembangannya afiliasi politik di wilayah pesantren ini semakin menguat, akibat peran pesantren terhadap politik yang dipelopori oleh pengasuh dan kyai. Hal ini menjadikan ranah disiplin wilayah pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan agak terganggu. Sehingga berdampak pada kualitas partisipasi pemuda di pondok pesantren ini. Keadaan wilayah Pondok Pesantren Ali Maksum sehari-harinya merupakan kawasan pendidikan Islam. Pondok Pesantren Ali Maksum adalah pengembangan dari Pon-Pes Ali Maksum. Kajian keislaman di kawasan ini sudah tidak diragukan lagi, karena merupakan kawasan pesantren. Wilayah pondok pesantren ini berada pada kawasan batas Kota Yogyakarta, sehingga suasananya pun campuran antara perkotaan dan pedesaan. Tugas santri di pesantren adalah mempelajari materi yang diajarkan oleh kyai, baik yang berupa teks tertulis maupun secara lisan yang dianggap lebih penting karena penyampaiannya langsung dari kyai itu sendiri. Selain dari pemberian materi, salah satu yang paling ditanamkan pada setiap santri yaitu sikap hormat, takzim dan kepatuhan mutlak terhadap kyai. Kepatuhan itu diperluas lagi terhadap ulama sebelumnya dan ulama yang mengarang kitab-kitab yang dipelajarinya. 121

Kemudian dalam hal disiplin terkait dengan penempatan dafar pemilih tetap (DPT) yang tidak singkron dengan wilayahnya. Seharusnya untuk asrama putri mengikuti daftar pemilih Kabupaten Bantul tetapi dimasukkan di Kota Yogyakarta. 3. Ketahanan terhadap Dinamika Sosial dalam Pemilu di Pondok Pesantren Ali Maksum Ketahanan terhadap dinamika sosial dalam pemilu lebih menekankan pada aktor-aktor yang mendorong. Sehingga partisipasi pemuda berimplikasi terhadap peran seorang leader yang menggerakkan anggotanya untuk turut serta dalam berkontribusi di dalam suatu kegiatan hal ini merupakan dinamika sosial yang terjadi akibat dari partisipasi seorang pembimbing di Pondok Pesantren Ali Maksum. Sehingga ketahanan terhadap dinamika sosial dalam pemilu 2014 tergolong cukup baik akibat partisipasi pembimbing yang mayoritas adalah usia muda. Aktor pemuda yang mendorong dalam kaitannya dengan partisipasi dalam pemilu 2014 adalah pembimbing asrama, pembimbing yang notabene masih muda tersebut mempunyai peran yang signifikan dalam mendorong partisipasi pemilu. Pembibing mengkoordinir segala kegiatan baik saat acara seperti kampanye dalam bentuk doa bersama dan lain-lain serta mendata santri untuk mendapatkan DPT. Faktor yang mendorong partisipasi adalah pengasuh/kyai, terutama KH. Atabik Ali, karena memang KH. Atabik Ali merupakan Kyai sepuh yang ada memimpin Pondok Pesantren Ali Maksum ini, yang merupakan anak pertama dari almarhum KH. Ali Maksum yang pernah menjabat sebagai rois amm NU. 122

Sehingga dengan kondisi pesantren yang menggunakan model pendidikan campuran antara modern dan tradisional dengan santri yang masih usia muda (Usia SMP-SMA), menghasilkan partisipasi aktif dalam pemilu dengan kategori partisipasi mobilisasi tidak mutlak dan untuk jenis tipologinya masuk ke dalam tipologi kharismatik tidak mutlak. 7.2 Rekomendasi 7.2.1 Partisipasi politik Pemuda di Pondok Pesantren Ali Maksum dalam hal memilih calon anggota legistatif ataupun calon presiden seharusnya diimbangi dengan kesadaran diri sendiri (partisipasi otonom), sehingga dominasi kualitas partisipasi akan menjadi lebih baik dan tercipta stabilitas partisipasi politik yang stabil. Hal tersebut dapat terpenuhi dengan akses pengetahuan tentang kampanye dan pemilu selain di lingkungan Pondok Pesantren. 7.2.2 Dalam hal disiplin wilayah terkait daftar pemilih tetap, harus ada pendaftaran yang jelas, sehingga setiap pemuda memiliki hak nya untuk memilih. Perlu adanya penanganan dari pihak pejabat kelurahan dan petugas untuk memastikan DPT nya. Apakah di tempat asal atau di wilayah Pondok Pesantren. 7.2.3 Perlu adanya simulasi dari panitia pemilu terhadap kesadaran memilih serta simulasi pemilihan umum di Pesantren-pesantren. Karena selama ini kurang adanya sosialisasi pemilu di wilayah pondok pesantren. 123