I. PENDAHULUAN. Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bermunculan bermacam-macam bank umum di

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

I. PENDAHULUAN. kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. operasionalnya pada bulan Mei Pendirian bank dimaksud, diprakarsai oleh

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun melanda hampir

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor perbankan. Selama bertahun-tahun ekonomi dunia didominasi oleh

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi di Indonesia khususnya di bidang lembaga keuangan,

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

PEMBIAYAAN SYARIAH DALAM SISTEM PERBANKAN INDONESIA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK. A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB II GAMBARAN UMUM PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG BANGKINANG. Bank Muamalat Kantor Cabang Pembantu Jalan Sudirman Bangkinang.

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK. A. Pengaturan dan Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya mewujudkan masyarakat

BAB I PEDAHULUAN. sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No.21 Tahun 2008, Bank Syariah adalah bank yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Konsideran Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Paket Kebijakan Pakto (27 Oktober 1988) memberikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

1. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi untuk mencapai peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setelah adanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tika Indah Kawuryan, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Perbankan Syariah di Indonesia. Muamalat Indonesia, yang berdiri pada ttahun Berdirinya bank ini

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. 1. Perbankan sekarang ini bukanlah sesuatu yang asing bahkan, pada masa

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penanganan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bermasalah yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Bab I PENDAHULUAN. suatu negara bahkan antar negara (Guidara, 2013). Pada awalnya, bank merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank yang mencerminkan pada Bank-bank Timur Tengah, bank yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. konvensional dan bank syari ah. Bank syari ah adalah bank yang aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pinjaman kepada orang-orang yang membutuhkan dana. Bank

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. akhibat krisis moneter yang melanda pada pertengahan Penyebab dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang didirikan berdasarkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Bank pada tahun 1819, dengan Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1950 berubah

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (UUD RI 1945) diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk perbankan. Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Ketentuan ini jelas bahwa lembaga perbankan mempunyai peran penting dan strategis tidak saja dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, tetapi juga diarahkan agar mampu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Artinya lembaga perbankan haruslah mampu berperan sebagai agent of development dalam upaya mencapai tujuan nasional sehingga tidak menjadi beban dan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Peran penting dan strategis dari lembaga perbankan merupakan bukti bahwa lembaga perbankan adalah salah satu pilar utama bagi pembangunan ekonomi dan sebagai agen pembangunan dalam menunjang

2 pelaksanaan pembangunan nasional. Perannya jelaslah bahwa lembaga perbankan nasional dituntut dan berkewajiban untuk mewujudkan tujuan perbankan nasional. 1 Lembaga perbankan merupakan inti dari setiap negara dalam membangun dan mengembangkan perekonomian nasional. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. 2 Kegiatan tersebut diserahkan oleh pemerintah kepada beberapa lembaga salah satunya yaitu pada bank. 3 Bank merupakan financial intermediary (lembaga perantara keuangan), dengan demikian bank memiliki fungsi utama menghimpun dana dari masyarakat (funding) dan menyalurkan dana kepada masyarakat (landing). Namun dalam perkembangannya, bank memberikan pula jasa-jasa lain kepada masyarakat. Demikian halnya dengan bank syariah. Kegiatan usaha bank tidak sama antara bank yang satu dengan bank yang lainnya. Hal ini dilihat dari pengawasan yang dilakukan oleh lembaga OJK di sektor perbankan. Bank konvensional hanya diawasi oleh OJK, sedangkan bank syariah selain OJK yang mengawasi terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS), Dewan Pengawas Nasional (DPN), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai tim kepengurusan dari bank syariah yang ikut serta membantu 1 Hermansyah, Edisi Revisi Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Gorup, 2011), hlm. 40. 2 Ibid., hlm. 7. 3 Ratna Syamsiar, Hukum Perbankan, (Lampung: Justice Publisher, 2014), hlm. 7.

3 perkembangan perbankan syariah. Produk yang digunakan pada perbankan syariah yaitu produk Mudarabah, Musyarakah, Murabahah, dan Ijarah. Kegiatan perbankan untuk melancarkan sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Sehingga dibutuhkan suatu sistem pengaturan dan pengawasan bank yang semula berada pada Bank Indonesia (BI) beralih kepada lembaga yang independen yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dikarenakan Indonesia terkena krisis moneter. Rencana dibentuknya lembaga OJK oleh pemerintah pada tahun 2010 untuk dapat meringankan beban BI, sejak lahirnya lembaga OJK pada 1 Januari 2014 maka wewenang BI sebagai lembaga pengawas bank beralih kepada lembaga OJK. Adanya lembaga OJK maka keseluruhan kegiatan dalam sektor pengawasan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, yang diwujudkan melalui adanya sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan yang aman dan stabil. 4 Secara historis, ide pembentukan OJK sebenarnya adalah hasil kompromi untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang BI, oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang BI yang memberikan independensi kepada bank sentral tersebut. RUU ini disamping memberikan independensi tetapi juga mengeluarkan fungsi pengawasan perbankan dari BI. Ide 4 Ratna Syamsiar, Op.Cit., hlm. 165.

4 pemisahan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari Helmut Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (Bank Sentral Jerman) yang pada waktu penyusunan RUU kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bertindak sebagai konsultan. Mengambil pola Bank Sentral Jerman yang tidak mengawasi bank. 5 Latar belakang pembentukan OJK dikarenakan perlunya suatu lembaga pengawasan yang mampu berfungsi sebagai pengawas yang mempunyai otoritas terhadap seluruh lembaga keuangan, dimana lembaga pengawas tersebut bertanggung jawab terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank maupun lembaga keuangan non bank, sehingga tidak ada lagi lempar tanggung jawab terhadap pengawasannya. Kegiatan usaha yang dilakukan berakibat semakin besarnya pengaturan dan pengawasan. Sehingga perlu adanya alternatif untuk menjadikan pengaturan dan pengawasan maupun lembaga keuangan lainnya dalam satu atap. 6 Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk memaksimalkan fungsi perbankan Indonesia khususnya perbankan syariah sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana, pelaksana kebijakan moneter, dan lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan. 7 5 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), hlm. 55. 6 Hermansyah, Op.Cit., hlm. 175. 7 Desi Handayani, Jurnal Maksimalisasi Wewenang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Manajemen Operasional Perbankan Dalam Mengatasi Prilaku Bank Tidak Sehat, Juli 2015, hlm. 13.

5 Industri perbankan yang pertama menggunakan sistem syariah yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI), yang didirikan pada tanggal 1 November 1991 dan memulai kegiatan operasionalnya pada bulan Mei 1992. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp. 106.126.382.000,00 (Seratus enam miliar seratus dua puluh enam juta tiga ratus delapan puluh dua ribu rupiah) sampai bulan September 1999, BMI telah memiliki lebih dari 45 outlet yang terbesar diseluruh wilayah Indonesia. 8 Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya berselang dua tahun setelah didirikannya BMI berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan Terbatas sebagai Bank Syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus dikembangkan. 9 Setelah berdirinya BMI yang diikuti oleh berdirinya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) lainnya dan terbukti perbankan syariah tidak ikut terkena imbas dari krisis moneter sampai pada awal tahun 1998 maka diikuti oleh berdirinya perbankanperbankan umum membangun perbankan syariah. 10 Pendirian bank yang menggunakan sistem syariah tersebut, diprakarsai oleh MUI. Pemerintah Indonesia, serta mendapat dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim se-indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Selain itu, pendirian Bank Muamalat juga mendapat dukungan dari warga masyarakat yang dibuktikan dengan komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp. 8 Usman Rahmadi, Aspek Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 71. 9 Ali Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 10. 10 Usman Rahmadi, Op.Cit., hlm. 71.

6 84.000.000.000,00 (Delapan puluh empat miliar rupiah) pada saat penandatanganan akta pendirian bank tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari warga masyarakat Jawa Barat yang turut menanamkan modal senilai Rp. 106.000.000.000,00 (Seratus enam miliar rupiah). 11 Indonesia dilanda oleh krisis moneter yang mempengaruhi perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional dilanda oleh kredit macet disegmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis di akhir tahun 1998, rasio pembiayaan macet atau Non Performing Loan (NPL) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp. 105.000.000.000,00 (Seratus lima miliar rupiah). Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39.300.000.000,00 (Tiga puluh sembilan miliar tiga ratus juta rupiah), kurang dari sepertiga modal awal yang disetor. 12 Tujuan dari pengaturan dan pengawasan perbankan di dalam UU OJK adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, yang memenuhi tiga aspek, yaitu perbankan yang dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar, dalam arti disatu pihak memperhatikan faktor risiko seperti kemampuan, baik dari sistem finansial maupun sumber daya manusia. Berkaitan dengan itu, bahwa dunia perbankan memiliki hubungan yang sangat erat dengan maju mundurnya perekonomian suatu negara. Jika sistem perbankan suatu negara sehat, 11 Ali Zainuddin, Op.Cit., hlm. 11. 12 Ibid.

7 maka ia akan menunjang pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, terwujudnya suatu sistem perbankan yang sehat perlu terus dilakukan secara berkesinambungan. 13 Alasan peneliti mengambil judul ini, karena di sektor perbankan terdapat pengaturan dan pengawasan oleh suatu lembaga independen yaitu OJK, ketentuan mengenai pengaturan terdapat pada Pasal 8 UU OJK yang mengatur sektor keuangan secara umum baik pada sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lain-lain. peneliti pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan yaitu pada bank syariah yang dalam pelaksanaan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga (Riba), spekulasi (Maisir), ketidakjelasan atau ketidakpastian (Gharar). Sedangkan dalam pengawasan di bank syariah tidak hanya diawasi oleh OJK dan BI sebagaimana pada bank konvensional, tetapi Dewan Pengawas Syariah (DPS), Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut serta sebagai tim pengawasan bank syariah di bank syariah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tugas atau wewenang OJK dalam pengaturan dan pengawasan terhadap bank syariah. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Pengaturan dan Pengawasan terhadap Bank Syariah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 13 Hermansyah, Op.Cit., hlm. 176.

8 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas dan dikaitkan dengan judul skripsi, maka penulis mengangkat permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam pengaturan terhadap bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan? b. Bagaimana wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam pengawasan terhadap manajemen operasional bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan? 2. Ruang Lingkup Lingkup penelitian ini meliputi lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu. Lingkup pembahasan adalah wewenang OJK dalam pengaturan terhadap bank syariah dan wewenang OJK dalam pengawasan terhadap manajemen operasional bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK. Sedangkan lingkup bidang ilmu adalah hukum keperdataan (ekonomi syariah), khususnya hukum perbankan syariah. Pengaturan dan pengawasan OJK terhadap bank mempunyai ruang lingkup yang cukup luas sehingga penelitian ini perlu dibatasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank, kesehatan bank, aspek kehati-hatian bank, dan pemeriksaan bank. Kemudian bila dikaitkan dengan

9 pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank oleh OJK terhadap bank yang juga cukup luas sehingga dalam penelitian ini perlu dibatasi bahwa yang akan diteliti oleh penulis mengenai wewenang pengaturan dan pengawasan pada tingkat kesehatan bank oleh OJK terhadap Bank Syariah, khususnya Bank Syariah Mandiri Cabang Bandar Lampung yang merupakan salah satu bank syariah yang beroperasi di Bandar Lampung. C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk memperoleh deskripsi mengenai wewenang OJK dalam pengaturan terhadap bank syariah. b. Untuk memperoleh deskripsi mengenai wewenang OJK dalam pengawasan terhadap manajemen operasional bank syariah. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu sebagai berikut: a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pemikiran dalam upaya pengembangan keilmuan dengan disiplin ilmu di bidang hukum keperdataan ekonomi khususnya dalam lingkup hukum perbankan syariah.

10 b. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis secara langsung dapat bermanfaat sebagai: 1. Upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi peneliti khususnya mengenai wewenang OJK dalam pengaturan dan pengawasan terhadap bank syariah. 2. Bahan informasi maupun literatur bagi pihak yang membutuhkan, khususnya mahasiswa bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 3. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.