BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat.

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM, BALOK DAN PELAT. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB V METODE PELAKSANAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEMBESARAN KOLOM DAN METODE PELAKSANAAN SHEARWALL. terlebih dahulu dan mengacu pada gambar kerja atau shopdrawing.

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR

BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. kebutuhan sarana akomodasi tempat tinggal. Bangunan ini didesain untuk

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS


BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Tahap pelaksanaan pekerjaan adalah tahapan dimana suatu kegiatan yang

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL. Ambassador 2 St.Moritz ini meliputi Peralatan apa saja yang dipakai untuk

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 4 LANTAI JALAN INDRAPURA SEMARANG

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. Dalam setiap pekerjaan proyek konstruksi selalu diperlukan peralatan guna

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN


BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKAN CITTA GRAHA KEDOYA SELATAN


BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

PONDASI RAKIT (RAFT FOUNDATION)

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV TINJAUAN ALAT YANG DIGUNAKAN DAN BAHAN BANGUNAN. organisasi yang bagus tetapi juga harus didukung dengan adanya alat, material,

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. bangunan yang bermutu agar tahap konstruksi dapat berjalan dengan lancar dan

BAB 7 METODE KONSTRUKSI DAN ESTIMASI BIAYA PEMBANGUNAN

Bab V. Metode Pelaksanaan Kerja

BAB VII METODE PELAKSANAAN CORE WALL DAN SHEAR WALL BESERTA TUGAS KHUSUS DI LAPANGAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT. aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR GAMBAR...

Transkripsi:

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahapan yang sangat menentukan keberhasilan suatu proyek.hal ini ditunjang oleh manajerial dan pengawasan kerja yang baik, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan rencana dan ekspektasi yang sudah ada sebelumnya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga kerja, terutama tenaga ahli, perlu dipersiapkan dengan baik dan matang. Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi diperlukan metode pelaksanaan kerja yang tepat, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan yang ada di lapangan. Metode konstruksi proyek adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan dan mendatangkan keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaannya. Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang disesuaikan dengan disain dari konsultan perencana. Hal yang berpengaruh dalam metode pelaksanaan adalah : Kondisi dari lokasi proyek Volume pekerjaan Keadaan sekitar dari lokasi proyek Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 1

Keadaan jalan akses untuk material dan peralatan Ketersediaan alat Tingkat kualitas yang dibutuhkan Jadwal pelaksanaan (schedule) Ketersediaan dari teknologi konstruksi dan sumber daya Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara profesional dengan mengikuti aturan dan spesifikasi yang ditentukan serta menggunakan material dan peralatan sesuai persyaratan akan menghasilkan konstruksi yang berjalan dengan baik dan hasilnya sesuai dengan rencana. Metode pelaksanaan harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan, pekerjaan yang akan berlangsung, waktu yang ada, volume pekerjaan, serta biaya yang tersedia. Perencanaan metode pelaksanaan suatu item pekerjaan akan mengikuti jadwal waktu yang telah direncanakan untuk item pekerjaan tersebut. Dari perencanaan metode ini akan diperoleh data kebutuhan alat yang diperlukan, jenis dan volume bahan yang akan dibutuhkan, teknis dan urutan pelaksanaan pekerjaan serta pola pengendalian mutu yang harus diterapkan. Dokumen awal pelaksanaan seperti berita acara, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan gambar shop drawing akan sangat membantu dalam menentukan metode pelaksanaan pekerjaan yang sesuai. Apabila waktu pelaksanaan yang tersedia tidak mencukupi dalam pelaksanaan gedung tersebut, maka berdasarkan kemampuan sumber daya yang ada pada daerah tertentu dibuat schedule pelaksanaan yang realistis yang telah memperhitungkan segala kemungkinan dalam pelaksanaan gedung sehingga target pekerjaan dapat dicapai ataupun mengurangi keterlambatan yang terjadi dari perencanaan awal. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 2

5.2 Tahapan Konstruksi Dalam Proyek Pembangunan Aloft Hotel T.B. Simatupang, kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan dari tahap awal hingga akhir adalah sebagai berikut: Sesuai pengamatan yang dilakukan selama mengikuti Kerja Praktek pada pihak Kontraktor PT. Andal Rekacipta Pratama, pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung adalah pekerjaan sub structure yang sedang berlangsung hingga saat ini. Pada bab ini Penulis akan membahas mengenai pekerjaan sub structure Basement 3 sesuai dengan pengamatan di lapangan dan pekerjaan persiapan yang dilakukan sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan sub structure. 5.3 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan yang dimaksud di dalam sub bab ini adalah semua pekerjaan yang harus disiapkan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan struktur. Pekerjaan persiapam yang harus dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Site Installation 2. Survey Utilitas 3. Perijinan dan surat-surat yang berkaitan dengan pembangunan proyek 4. Mobilisasi alat-alat berat 5. Pengukuran dan pemetaan lokasi konstruksi 6. Review Design dari Shop Drawing 7. Proses Material Approval Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini agar pekerjaan struktur dapat dilaksanaan dengan baik adalah: 1. Perencanaan urutan pelaksanaan pekerjaan dan zoning area pelaksanaan pekerjaan, dengan berbagai pertimbangan yang ada sehingga diperoleh kerja yang efektif dan tepat. Urutan pengerjaan dan zoning area dilakukan dengan Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 3

menyesuaikan kondisi lapangan dengan jadwal pengecoran yang paling mungkin dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensinya. Pertimbangan dapat dilihat dari volume pengecoran dan disesuaikan dengan schedule pelaksanaan dengan detail perhitungan dapat dilihat pada metode struktur. 2. Penentuan jumlah material per zone (bekisting, pembesian dan beton) berdasarkan metode dan zona kerja yang sudah dibagi. Pihak pelaksana harus mampu mengitung kebutuhan material yang dibutuhkan dengan tepat agar pekerjaan terlaksana dengan baik tanpa hambatan akibat kekurangan material, pembuatan jadwal pengiriman barang dan material juga diperlukan agar tidak out of stock ataupun menumpuk sehingga tidak ada lahan fabrikasi. Laporan pengajuan material yang dibutuhkan di lapangan dapat dikatakan sebagai Material Approval. 3. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk menentukan lokasi elemen struktur dengan bantuan alat theodolite dan waterpass serta penandaan di lapangan menggunakan tinta/cat ataupun disipat untuk mempermudah pembacaan as-as di lapangan. 4. Perkejaan koordinasi dan perijinan tidak dapat ditinggalkan dalam proses pelaksanaan pada tahap persiapan sebab proses ini sangat vital dalam hal legalitas pelaksanaan proyek sehingga dalam pelaksanaan pembangunan proyek tidak terganggu. Komunikasi antara pihak Kontraktor, Pengawas Konstruksi dan Owner merupakan kunci agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pelaksanaan pekerjaan dapat terus berjalan. 5. Area galian atau area pekerjaan harus dibuat railing di sekelilingnya untuk menghindari resiko bahaya terjatuh. Pemasangan rambu-rambu harus dipasang di dalam area proyek sebagai peringatan dan meningkatkan kewaspadaan para pekerja yang ada. Pelaksanaan HSE atau K3 (Kebersihan, Kesehatan dan Keamanan) harus dilaksanakan agar masalah-masalah yang mungkin timbul pada saat pelaksanaan konstruksi dapat dihindari. Setelah semua kegiatan pekerjaan persiapan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada maka pekerjaan sub structure dapat dimulai dan dilaksanakan. Dengan Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 4

menggunakan gambar acuan untuk konstruksi (For Construction), pekerjaan struktur dapat dilaksanakan dilapangan oleh Pelaksana dan Pengawas. Kegiatan yang berjalan saat kegiatan konstruksi adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan bekisting 2. Pekerjaan pembesian 3. Pekerjaan pengecoran 4. Pekerjaan curing 5.4 Pekerjaan Sub Structrure Pekerjaan sub structure yang dilaksanakan pada saat menjalankan kerja praktek di Proyek Pembangunan Aloft Hotel T.B. Simatupang adalah pelaksanaan pekerjaan struktur Basement 3 (B3). Pada pekerjaan Struktur B3 ini metode pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan pekerjaan per area (Pekerjaan yang akan dibahas dalam laporan Kerja Praktek ini meliputi: 1. Pekerjaan pile cap 2. Pekerjaan tie beam dan pelat 3. Pekerjaan retaining wall (Basement 3) 5.4.1 Pekerjaan Pile Cap Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di bagian atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja yang membentuk suatu bidang dengan ketebalan dan lebar tertentu tergantung dari jumlah tiang yang tertanam dan bidang distribusi bebannya. Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus daya dukung yang diijinkan (Y Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 5

ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton). Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Metode pelaksanaan pekerjaan Pile Cap sesuai dengan pengamatan yang di lakukan adalah sebagai berikut: a. Pekerjaan Bekisting 1. Setelah Bored Pile yang telah dibuat sebelumnya digali hingga elevasi yang telah ditentukan, yaitu pada elevasi untuk dimulainya pekerjaan pembuatan pile cap sesuai dengan gambar Forcon yang diterima di lapangan, dimulailah pekerjaan bobokan pile cap hingga mencapai elevasi yang telah ditentukan. Gambar 7. 1 Proses kegiatan pembobokan pancang Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 6

2. Kegiatan pembuatan lantai kerja sebagai dudukan bekisting batu batako dan tulangan pile cap dilakukan selanjutnya. Pembuatan lantai kerja menggunakan pasir urug sebagai dasar dan dilapisi dengan adukan beton secara manual dengan ketebalan ± 7 cm. Gambar 7. 2 Pembuatan lantai kerja 3. Setelah lantai kerja terpasang kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan waterpass untuk mengetahui kerataan lantai kerja dan theodolite untuk menentukan as-as kolom dan balok yang akan terpasang nantinya. Penandaan as-as ini menggunakan alat sipat atau tinta yang tahan lama agar tidak mudah pudar karena pengaruh cuaca dan faktor-faktor eksternal. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 7

Gambar 7. 3 penandaan As-As dengan alat sipat 4. Setelah as-as ditentukan, pekerjaan bekisting batu batako dimulai dengan cara membuat acuan/ patok yang terbuat dari kaso ataupun besi ulir yang kemudian dihubungkan dengan menggunakan benang. Hal ini bertujuan agar pembuatan bekisting batako memiliki permukaan yang rata. Gambar 7. 4 Pembuatan acuan bekisting Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 8

5. Setelah acuan selesai dipasang kemudian dilakukan pemasangan bekisting batako yang direkatkan dengan mold 1 Ps : 4 Pc. Setelah bekisting batako sudah sesuai maka acuan/patok akan dibongkar. Gambar 7. 5 Bekisting batako tie beam 6. Tanah yang ada disekeliling bekisting (yang tidak dicor) kemudian diurug kembali dengan tanah dan dipadatkan. Kemudian setelah dipadatkan dilapisi kembali dengan adukan beton yang sama dengan pembuatan lantai kerja. Gambar 7. 6 Pengurugan tanah kembali Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 9

Gambar 7. 7 Pembuatan lantai kerja 7. Setelah tahapan ini kemudian tanah yang telah dilapisi dengan lantai kerja diberikan zat kimia anti-rayap dengan cara injeksi. Penggunaan anti-rayap merupakan keharusan bagi struktur yang berhubungan langsung dengan tanah yaitu struktur Basement 3. Anti-rayap yang digunakan di dalam Proyek Pembangunan Aloft Hotel T.B. Simatupang ini ditargetkan untuk menghentikan perkembangbiakan rayap sehingga lama-kelamaan akan mati dengan sendirinya. b. Pekerjaan Pembesian 1. Setelah bekisting batako selesai dibuat, kemudian dilakukan pengukuran kembali untuk pengecekan ukuran pile cap. Sebelum pekerjaan pembesian dilaksanakan, area pemasangan tulangan harus dibersihkan dari sampah dan tanah maupun material yang menghalangi. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 10

2. Fabrikasi besi dilakukan sesuai dengan jumlah, ukuran dan dimensi pada gambar acuan yang telah ditentukan berdasarkan perhitungan Konsultan. Gambar 7. 8 Tulangan pile cap yang telah difabrikasi 3. Pemasangan pembesian dimulai dengan pemasangan tulangan besi bagian bawah terlebih dahulu. Penggunaan beton decking pada tahap pemasangan ini sangat diperlukan sebagai dudukan tulangan agar saat beton dituang nantinya tidak terjadi penurunan ataupun pergeseran. Pemasangan besi dilakukan dengan arah sumbu X dan Y ( 2 lapis) dan dipasang sesuai dengan jarak yang telah ditentukan. Gambar 7. 9 Pembesian pile cap bagian bawah Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 11

4. Setelah pemasangan pembesian bagian bawah, kemudian dilakukan pemasangan tulangan peminggang di sekeliling tulangan pile cap yang telah terpasang. Tulangan peminggang kemudian diikat dengan menggunakan kawat bendrat. Gambar 7. 10 Tulangan pile cap bagian bawah dan peminggang 5. Setelah pembesian pile cap bagian bawah dan tulangn ties terpasang, pembesian kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tulangan pile cap bagian atas secara berseling dengan pembesian bagian bawah. Biasanya jarak pemasangan besi bagian atas lebih renggang daripada pemasangan besi pada bagian bawah. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 12

Gambar 7. 11 Penulangan pile cap keseluruhan 6. Sebelum semua tulangan pile cap bagian atas terpasang seluruhnya, pemasangan stek tulangan kolom harus dilaksanakan secepatnya. Pemasangan stek dimulai dengan penentuan dan penandaan as kolom dengan menggunakan alat theodolite, kemudian barulah pembesian stek kolom dapat dipasang sesuai dengan dimensi pada gambar acuan. Pembesian stek kolom kemudian diikat dengan menggunakan kawat bendrat agar tetap tegak dan kaku saat beton dituang. Gambar 7. 12 Stek tulangan kolom di area pile cap Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 13

c. Pekerjaan Pengecoran Metode pelaksanaan pengecoran Pile Cap yang dilaksanakan dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Aloft Hotel T.B. Simatupang ini dilakukan bersamaan dengan pengecoran tie beam dan pelat, sehingga Penulis akan membahas metode pelaksanaan pengecoran di dalam 1 sub bab yang sama. 5.4.2 Pekerjaan Tie Beam dan Pelat Tie Beam adalah bentuk lain dari sloof. Pada pondasi Setempat dari plat beton bertulang (foot plate),antara foot plate yang satu dengan yang lain akan dihubungkan dengan balok beton bertulang, yang fungsinya untuk menjadikan pondasi-pondasi /kolom tersebut menjadi satu kesatuan atau rangkaian sehingga meningkatkan kekakuan gedung. Balok penghubung inilah yang disebut dengan tie beam. Pelat lantai adalah struktur bangunan yang bukan berada di atas tanah secara langsung. Artinya pelat lantai merupakan lantai yang terletak di tingkat dua, tingkat tiga, tingkat empat, dan seterusnya. Dalam pembuatannya, struktur ini dibingkai oleh balok beton yang kemudian ditopang kolom-kolom bangunan. Untuk pekerjaan lantai yang berada di atas tanah, maka ada beberapa tahapan yang berbeda saat melakukan pelaksanaan pekerjaan, seperti penggunaan waterstop pada persiapan pengecorannya. Pekerjaan tie beam dan pelat dilaksanakan berdasarkan gambar yang menjadi acuan pelaksanaan di lapangan dan metode pelaksanaan yang telah disetujui sebelumnya. Metode pelaksanaan pekerjaan tie beam dan pelat lantai pada Basement 3adalah sebagai berikut: a. Pekerjaan bekisting tie beam 1. Pekerjaan tie beam dimulai dari pekerjaan galian yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan galian pile cap. Penggalian tanah Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 14

berbentuk seperti parit untuk tie beam dilakukan hingga dicapai elevasi yang detentukan, yaitu pada elevasi untuk dimulainya pekerjaan pembuatan tie beam,dan harus disesuaikan dengan dimensi dan detail dari gambar Forcon yang diterima untuk dikerjakan di lapangan, kemudian dimulailah pembuatan lantai kerja sebagai dudukan bekisting batu batako dan tulangan tie beam selanjutnya. Pembuatan lantai kerja menggunakan pasir urug sebagai dasar dan dilapisi dengan adukan beton secara manual dengan ketebalan ± 7 cm. 2. Setelah lantai kerja terpasang kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan waterpass untuk mengetahui kerataan lantai kerja dan theodolite untuk menentukan as tie beam yang akan terpasang nantinya. Penandaan as-as ini menggunakan alat sipat atau tinta yang tahan lama agar tidak mudah pudar karena pengaruh cuaca dan faktor-faktor eksternal. 3. Setelah as-as ditentukan, pekerjaan bekisting batu batako dimulai dengan cara membuat acuan/ patok yang terbuat dari kaso ataupun besi ulir yang kemudian dihubungkan dengan menggunakan benang. Hal ini bertujuan agar pembuatan bekisting batako memiliki permukaan yang rata. 4. Setelah acuan selesai dipasang kemudian dilakukan pemasangan bekisting batako yang direkatkan dengan mold 1 Ps : 4 Pc. Setelah bekisting batako sudah sesuai maka acuan/patok akan dibongkar. Gambar 7. 13 Pembuatan lantai kerja dan bekisting tie beam Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 15

5. Tanah yang ada disekeliling bekisting (yang tidak dicor) kemudian diurug kembali dengan tanah dan dipadatkan. Kemudian setelah dipadatkan dilapisi kembali dengan adukan beton yang sama dengan pembuatan lantai kerja. Gambar 7. 14 Pembuatan lantai kerja disekitar pile cap & tie beam 6. Setelah tahapan ini kemudian tanah yang telah dilapisi dengan lantai kerja diberikan zat kimia anti-rayap dengan cara injeksi. Penggunaan anti-rayap merupakan keharusan bagi struktur yang berhubungan langsung dengan tanah yaitu struktur Basement 3. Anti-rayap yang digunakan di dalam Proyek Pembangunan Aloft Hotel T.B. Simatupang ini ditargetkan untuk menghentikan perkembangbiakan rayap sehingga lama-kelamaan akan mati dengan sendirinya. b. Pekerjaan pembesian tie beam 1. Tahap selanjutnya setelah pemasangan bekisting batako selesai dan urugan tanah telah dilapisi dengan lantai kerja dari adukan beton manual adalah pembesian tie beam. Pembesian tie beam harus sesuai dengan denah dan spesifikasi pembesian dari gambar acuan yang diberikan kepada pihak Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 16

Pelaksana di lapangan. Sebelum pekerjaan pembesian dilaksanakan, area pemasangan tulangan harus dibersihkan dari sampah dan tanah maupun material yang menghalangi. 2. Pemasangan besi sebagai tulangan beton dilakukan dengan cara memasang terlebih dahulu tulangan lapisan bawah, kemudian barulah dipasang tulangan lapis atas. Dibawah tulangan besi bagian bawah yang terpasang harus diletakkan beton decking dengan ketebalan 5 cm di area yang mungkin melendut atau mengalami pergeseran. Pemasangan tulangan sengkang dilakukan setelah tulangan lapisan bawah selesai, yaitu bersamaan dengan pemasangan tulangan atas. Gambar 7. 15 Persiapan tulangan tie beam yang akan dipasang 3. Pemasangan tulangan atas dilakukan dengan cara memasang tulangan stek ke dalam pile cap, kemudian tulangan tie beam diikatkan kepada tulangan pile cap dengan menggunakan kawat bendrat agar tidak bergeser. Setelah tulangan atas selesai terpasang dan diikat dengan kawat bendrat, kemudian tulangan sengkang dipasang sesuai dengan jarak pemasangan yang telah ditentukan sesuai dengan ketentuan. 4. Pemasangan tulangan ties dilakukan setelah besi sengkang terpasang dan kemudian diikat dengan kawat bendrat agar tidak bergeser atau lepas dari posisi yang seharusnya. Setelah semua tulangan saling terikat dan Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 17

membentuk satu kesatuan yang kaku kemudian beton decking dipasang pada tulangan vertikal (pada tulangan sengkang). Gambar 7. 16 Hasil pembesian tie beam c. Pekerjaan pembesian pelat 1. Sebelum dimulainya pelaksanaan pembesian pelat, area pembesian (zone yang akan dicor) harus dibebaskan dari peralatan, material, maupun sampah-sampah yang mengganggu berjalannya pelaksanaan pekerjaan pembesian. 2. Pemasangan besi sebagai tulangan beton dilakukan dengan cara memasang terlebih dahulu tulangan lapisan bawah, kemudian barulah dipasang tulangan lapis atas. Dibawah tulangan besi bagian bawah yang terpasang harus diletakkan beton decking dengan ketebalan 5 cm di area yang mungkin melendut atau mengalami pergeseran. Pemasangan tulangan pada pelat lantai terdiri atas 2 lapis untuk tulangan bawah dan 2 lapis untuk tulangan atas (sumbu X dan Y). Pemasangan tulangan ini akan membentuk seperti wire mesh. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 18

Gambar 7. 17 Tulangan pelat lapisan bawah 3. Pemasangan tulangan besi dilakukan sesuai dengan ketentuan dari gambar dan jarak antara 1 tulangan ke tulangan lainnya harus disesuaikan. Tulangan yang sudah terpasang kemudian diikat dengan menggunakan kawat bendrat, yaitu di titik pertemuan tulangan besi arah X dan arah Y. 4. Setelah pemasangan tulangan besi bagian bawah selesai yaitu telah mencapai area pemasangan waterstop (batas zoning pekerjaan cor) dan tulangan yang dipasang telah diberi overstek sepanjang 1/4L (overstek sepanjang 1/4L jika batas zoning pengecoran belum mencapai dinding/ujung pelat lantai yang seharusnya, maka harus diberi tulangan overstek untuk menyambungkan tulangan zone berikutnya), kemudian pada area dinding juga diberikan overstek vertikal di TOC ( Top of Concrete) pelat lantai sepanjang 40D untuk menyambungkan tulangan retaining wall nantinya. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 19

Gambar 7. 18 Pemasangan waterstop untuk area dinding dan over stek tulangan dinding 40 D 5. Pemasangan tulangan atas dilakukan dengan cara yang sama dengan pembesian tulangan bagian bawah. Untuk tulangan pelat lapisan atas yang melewati tulangan balok dan pile cap, pemasangan tulangan besi pelat berada di bagian paling atas. Semua pertemuan antar tulangan harus diikat dengan kawat bendrat agar tidak terjadi penurunan dan pergeseran. Sebelum pemasangan tulangan atas, perlu dipasang besi penumpu tulangan di area yang diperkirakan akan mengalami lendutan. Penumpu tulangan ini dipasang dengan tujuan agar tulangan atas tidak mengalami penurunan/bengkok baik saat dipijak ataupun saat beton dituang dari concrete pump, pemasangan tumpuan ini dilakukan dengan cara di las pada tulangan besi lapisan bawah dan ditopang oleh beton decking. Ukuran tinggi penumpu ini disesuaikan dengan jarak antara tulangan bawah dan atas. Gambar 7. 19 Penumpu tulangan pelat Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 20

Gambar 7. 20 Pemasangan penumpu tulangan pada tulangan pelat Gambar 7. 21 Tulangan pelat lantai yang telah terpasang 6. Pemasangan waterstop dilakukan sebelum tulangan bagian atas terpasang seluruhnya. Pemasangan waterstop dilakukan di sekeliling batas zone pengecoran sebagai tindakan waterproofing. Pemasangan waterstop diarea dinding juga diperlukan agar tidak terjadi kebocoran. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 21

Gambar 7. 22 Pemasangan waterstop di sekeliling area pengecoran 7. Pembuatan relat untuk mengecek kerataan pelat lantai saat pengecoran berlangsung diperlukan agar tidak melakukan pengecekan yang berulangulang. Pengukuran dengan alat juga tidak memungkinkan karena alat tidak bisa didirikan pada saat pengecoran, sehingga pemasangan relat adalah alternative yang terbaik. Relat dibuat dengan menggunakan besi yang dipotong sesuai dengan jarak antara tulangan pelat lapisan dan permukaan lantai, kemudian diberikan kepalaan berbentuk V sebagai dudukan pipa pvc nantinya. Kepalaan dari relat ini dibuat dengan menggunakan potongan baja profil L, sedangkan pemasangan tulangan relat ini disambungkan ke tulangan atas pelat lantai dengan cara dilas. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 22

Gambar 7. 23 Tulangan railate dan pipa PVC Gambar 7. 24 Pemasangan Railate untuk persiapan pengecoran 8. Setelah semua tulangan terpasang, kemudian area pengecoran dibersihkan dari sampah, air, debu, dll. Pembersihan dilakukan secara manual untuk sampah besar dan menggunakan alat air compressor. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 23

Gambar 7. 25 Pembersihan area pengecoran d. Pekerjaan pengecoran 1. Sebelum pekerjaan pengecoran dimulai, semua persiapan harus sudah dilakukan, seperti checklist Quality Assurance hasil pekerjaan yang dilakukan oleh pihak Pelaksana dan pihak Pengawas, persiapan tenaga kerja saat pengecoran, Trialmix beton, penyewaan concrete pump, Pre Order beton kepada sub-con beton ready-mix, dan persiapan persiapan lainnya oleh pihak Kontraktor dan Pengawas. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 24

Gambar 7. 26 Quality Assurance 2. Jika ada ketidaksesuaian antara hasil yang diharapkan dengan hasil pekerjaan di lapangan, maka harus dilakukan pembongkaran atau perbaikan pada area yang tidak memenuhi standard yang sudah ditentukan sebelumnya. Jika ketidaksesuaian bukan berasal dari pelaksaan namun dari kondisi lapangan (seperti kebocoran, penurunan elevasi tanah, dan sebagainya), maka harus dibuat laporan tertulis berupa RFI (Request For Information) untuk meminta informasi detail ataupun keputusan yang harus diambil dari pihak Owner yang sebelumnya diajukan terlebih dahulu ke pihak Pengawas. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 25

batching plan harus berada tepat di belakang concrete pump untuk menuangkan beton dari truck ready-mix ke area pengecoran. 6. Sebelum memulai pengecoran, beton ready-mix harus diuji dengan slump test terlebih dahulu. Tujuan dari melakukan slump test ini adalah untuk mengetahui tingkat viskositas beton, apakah terlalu encer atau terlalu kental, hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap workability beton. Untuk pengecoran tie beam, pile cap, dan pelat lantai, mutu beton yang digunakan adalah fc 30 dengan slump 12 ± 2 cm. Gambar 7. 28 Syarat dari Trial Mix untuk pengecoran 7. Untuk pengecoran area Basement 3 yang strukturnya berhubungan langsung dengan tanah, beton ready-mix dicampurkan dengan aditif Integral Waterproofing. Hal ini bertujuan untuk mencegah air dari tanah masuk ke dalam beton yang mengakibatkan terjadinya rembesan air/ kebocoran.. Integral Waterproofing ini dicampurkan dengan air dan Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 27

kemudian dituangkan ke dalam mixer sebelum beton dituangkan ke dalam concrete pump menuju area pengecoran. 8. Beton yang sudah dituangkan di area pengecoran kemudian digetarkan dengan alat vibrator. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar beton tidak menumpuk di satu tempat saja, serta rongga-rongga yang berada di dalam campuran beton menjadi terisi seluruhnya. Penggunaan vibrator di satu titik penuangan beton tidak boleh lebih dari 5 detik, hal ini dikarenakan agregat kasar yang ada di dalam beton akan turun ke bawah, yang nantinya akan menyebabkan pembagian material pembentuk beton tidak merata dan permukaan beton menjadi bergelombang, yang tentu saja berpengaruh terhadap kekuatan dan mutu beton. Gambar 7. 29 Penggunaan alat vibrator dalam pelaksanaan pengecoran 9. Pembuatan sepatu dinding dari beton dilakukan di area tulangan stek dinding. Pembuatan sepatu dinding ini bertujuan untuk menjadi acuan untuk pemasangan bekisting dinding nantinya agar tidak miring secara horinzontal. Sepatu dinding dibuat dengan membentuk beton setinggi ± 5 cm disepanjang kaki dinding retaining wall. 10. Saat beton sudah setengah kering, yaitu jika beton sudah mulai setting dan air beton mulai naik ke permukaan atas beton, pekerjaan pengaplikasian Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 28

floor hardener harus segera dilakukan. Floor hardener merupakan bahan aditif untuk pekerjaan pengecoran beton yang berbentuk bubuk yang bertujuan untuk membentuk permukaan beton yang keras dan tahan benturan dari luar sehingga memperkecil kemungkinan timbul retak ataupun rusaknya permukaan beton. Pengaplikasian bahan tambah floor hardener ini dilakukan dengan cara menaburkan bubuk floor hardener ke permukaan beton yang masih setengah kering. Untuk 1 m 2 beton digunakan bubuk floor hardener sebanyak 5 kg. setelah floor hardener diaplikasikan kemudian permukaan beton ditekan dan diratakan sesuai dengan kemiringan yang ditentukan sebelumnya dengan menggunakan alat trowel. Gambar 7. 30 Proses meratakan permukaan pelat setelah pengaplikasian floor hardener 11. Saat beton sudah setting, yaitu setelah berumur ± 8 jam, kemudian beton disiram dengan air yang disebut dengan proses curing. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar suhu tinggi yang ada di dalam beton yang permukaannya sudah setting dapat keluar secara perlahan-lahan. Jika curing tidak dilakukan maka beton yang permukaannya sudah setting kemungkinan akan mengalami retak rambut yang disebabkan oleh tekanan suhu tinggi dari dalam beton itu sendiri. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 29

5.4.3 Pekerjaan Retaining Wall Retaining wall adalah sebuah konstruksi berupa dinding yang bermaterialkan beton yang berfungsi sebagai pembatas area bangunan, juga sebagai penahan tanah agar tidak terjadi longsor dan agar air yang berasal dari luar struktur tidak masuk/merembes. Retaining wall yang dibuat dalam Proyek Pembangunan Aloft Hotel T.B. Simatupang ini digunakan sebagai dinding penahan tanah dari Basement 3 hingga Basement 1, yaitu sebagai dinding bagi sub structure. Pelaksanaan retaining wall ini akan dicor hingga permukaan tepi Contigious Bored Pile yang ada disekeliling retaining wall. Metode pelaksanaan yang digunakan dalam pekerjaan pelaksanaan retaining wall Basement 3 di Proyek Pembangunan Aloft Hotel T.B. Simatupang adalah sebagai berikut: a. Pekerjaan Pembesian 1. Pekerjaan pembesian untuk pembuatan retaining wall pada Basement 3 ini dimulai dengan merapikan permukaan sepatu dinding yang tidak merata di area pengecoran dinding yang terbentuk oleh pengeoran pelat lantai sebelumnya maupun oleh karena dinding CBP yang tidak rata. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan drill bore untuk memecah beton yang berlebih dan menggunakan gerinda untuk meratakan permukaan beton yang masih bergelombang ataupun yang tidak sesuai dengan ketentuan sepatu beton yang seharusnya. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 30

Gambar 7. 31 Pekerjaan bobokan CBP di area dinding 2. Pekerjaan pembesian kemudian dilanjutkan dengan menyambung tulangan stek yang sudah ada dengan tulangan dinding yang akan dipasang. Penyambungan tulangan dimulai dari tulangan vertikal dan diikat dengan menggunakan kawat bendrat agar tidak bergeser. 3. Setelah tulangan besi vertikal dinding selesai kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tulangan besi arah horizontal. Tulangan horizontal ini berada di lapisan dalam, sehingga pemasangannya sedikit lebih rumit dari pemasangan tulangan vertikal. Pengaturan jarak antar tulangan harus sesuai dengan yang ada pada detail gambar For Construction. Gambar 7. 32 Hasil pekerjaan bembesian retaining wall Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 31

4. Setelah penulangan sudah terpasang seluruhnya dan telah mencapai elevasi yang telah ditentukan (tinggi dinding yang seharusnya ditambah dengan tambahan untuk stek tulangan dinding yang ada di tingkat berikutnya), kemudian beton decking dikaitkan disepanjang tulangan yang telah terpasang. Pemasangan beton decking dilakukan dengan jarak 1 m di area yang cenderung mengalami lendutan saat beton dituangkan dari bucket cor. Gambar 7. 33 Pemasangan beton decking di sepanjang pembesian dinding 5. Pemasangan stopcor diperlukan dalam pelaksanaan pengecoran dnding beton. Fungsi dari stopcor adalah untuk menghentikan aliran beton dengan cara menahan agregat kasar yang terdapat di dalam beton sehingga aliran air dan agregat halus terhambat dan akhirnya berhenti mengalir. Stopcor dalam kegiatan pengecoran dibuat dengan menggunakan kawat ayam yang dipasang secara vertikal sebanyak beberapa lapis agar menjaga beton tidak mengalir keluar. 6. Sebelum pemasangan bekisting akan dilakukan, kegiatan checklist untuk memenuhi laporan Quality Assurance harus dilakukan agar tidak ada kesalahan yang mengganggu kegiatan pemasangan bekisting dan pengecoran nantinya. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 32

b. Pekerjaan Bekisting 1. Setelah pembesian telah memenuhi standard yang diminta (Quality Assurance), daerah pengecoran dinding kemudian dibersihkan dengan menggunakan air compressor ataupun hanya disemprotkan dengan air untuk membersihkan kotoran yang menempel pada CBP. Gambar 7. 34 Proses pembersihan CBP di are pengecoran dinding 2. Bekisting kemudian difabrikasi sesuai kebutuhan. Material yang digunakan dalam fabrikasi bekisting yaitu plywood 18 mm 1.22 m x 2.44 m, hollow 40/60, waller, kopling, tie rod, dan klem. Bekisting yang dibuat tidak boleh lebih pendek dari elevasi dinding yang seharusnya, namun dapat dibuat lebih panjang dengan tujuan dapat dipakai untuk pengecoran selanjutnya yang mungkin memerlukan bekisting lebih tinggi. Gambar 7. 35 Proses fabrikasi bekisting dinding Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 33

Gambar 7. 36 Keterngan detail bekisting vertikal 3. Bekisting yang sudah jadi kemudian dipasangkan support yang disebut push-pull. Tujuan dari pemasangan support ini adalah sebagai penumpu tegaknya dinding dan sebagai kuda-kuda bagi bekisting agar tidak bergeser ataupun menjadi miring akibat tekanan beton yang dituang dari pipa tremie nantinya. Support harus dipasang dengan benar dan tidak boleh longgar, kaki push-pull juga dikaitkan ke dalam lantai beton dengan menanamkan screw besi yang dipasang dipasangkan ke kaki support. Gambar 7. 37 Bekisting yang dikaitkan pada support Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 34

4. Langkah selanjutnya dalam pekerjaan bekisting adalah menyambungkan bekisting yang sudah berdiri tegak dan di-support dengan benar. Bekisting yang sudah dirapatkan masih memiliki celah yang memiliki ketahanan yang lebih rendah dalam menahan tekan beton yang dituangkan dari pipa tremie, sehingga harus ada penahan tambahan untuk memperkuat bekisting di area sambungannya. Pemasangan kopling untuk menyambung waller dilakukan untuk memperkuat bekisting di area sambungan dan kemudian dikunci dengan memasang pasak di pertemuan antara lubang waller dan lubang kopling. Gambar 7. 38 Bekisting dinding yang sudah di-setting 5. Jika bekisting yang telah disambung sudah tegak berdiri dan kaki support sudah di claim ke lantai beton, kegiatan selanjutnya adalah pengecekan kemiringan bekisting. Pengecekan dilakukan dengan besi yang diikatkan dengan benang dan lot, yang kemudian dipasangkan ke space yang ada di tengah-tengah waller. Kemudian jarak antara plywood bekisting ke benang diukur dengan menggunakan meteran dari pangkal benang yang diikatkan ke besi hingga ke ujung lot, jika jarak antara benang dan bekisting sudah sesuai dengan ketentuan maka kegiatan berikutnya dapat dilanjutkan. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 35

6. Area pengecoran bekisting kemudian dibersihkan dengan menggunakan air compressor dan setelahnya dilakukan kegiatan Checklist oleh pihak Pelaksana dan pihak Pengawas agar pekerjaan pembesian selesai dan ijin pengecoran dapat dikeluarkan. c. Pekerjaan Pengecoran 1. Sebelum pekerjaan pengecoran dimulai, semua persiapan harus sudah dilakukan, seperti checklist Quality Assurance hasil pekerjaan yang dilakukan oleh pihak Pelaksana dan pihak Pengawas, persiapan tenaga kerja saat pengecoran, Trialmix beton, penyewaan concrete pump, Pre Order beton kepada sub-con beton ready-mix, dan persiapan persiapan lainnya oleh pihak Kontraktor dan Pengawas. Gambar 7. 39 Quality Assurance 2. Jika ada ketidaksesuaian antara hasil yang diharapkan dengan hasil pekerjaan di lapangan, maka harus dilakukan pembongkaran atau perbaikan pada area yang tidak memenuhi standart yang sudah ditentukan Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 36

sewaktu-waktu harus ada pemberitahuan sebelumnya, tidak boleh mendadak. 5. Sebelum memulai pengecoran, beton ready-mix harus diuji dengan slump test terlebih dahulu. Tujuan dari melakukan slump test ini adalah untuk mengetahui tingkat viskositas beton, apakah terlalu encer atau terlalu kental, hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap workability beton. Untuk pengecoran retaining wall dan kolom mutu beton yang digunakan adalah fc 35 dengan slump 14 ± 2 cm. Gambar 7. 41 Syarat dari Trial Mix untuk pengecoran 6. Untuk pengecoran dinding pada area Basement 3 yang strukturnya berhubungan langsung dengan tanah, beton ready-mix dicampurkan dengan aditif Integral Waterproofing. Hal ini bertujuan untuk mencegah air dari tanah masuk ke dalam beton yang mengakibatkan terjadinya rembesan air/ kebocoran.. Integral Waterproofing ini dicampurkan dengan air dan kemudian dituangkan ke dalam mixer sebelum beton dituangkan ke dalam concrete bucket menuju area pengecoran. Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 38

7. Pengecoran retaining wall dan kolom dilakukan dengan cara yang sama, yaitu dengan menggunakan concrete bucket/ bucket cor dan pipa tremie. Hal ini adalah syarat pengecoran pekerjaan vertikal. Pengecoran dilakukan dengan jarak ujung pipa tremie harus berada pada elevasi 1.5 m dari permukaan lantai area yang akan dicor. Beton yang dituang dari concrete bucket harus dituangkan secara perlahan-lahan untuk mencegah kemungkin bekisting dinding menjadi miring ataupun lepas karena support tidak mampu menahan tekanan dari beton yang jatuh bebas. Selama pengecoran dinding, ujung pipa tremie harus berada pada permukaan beton. Gambar 7. 42 Pengecoran retaining wall dengan bucket cor 8. Beton yang sudah dituangkan di area pengecoran kemudian digetarkan dengan alat vibrator. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar beton tidak menumpuk di satu tempat saja, serta rongga-rongga yang berada di dalam campuran beton menjadi terisi seluruhnya. Penggunaan vibrator di satu titik penuangan beton tidak boleh lebih dari 5 detik, hal ini dikarenakan agregat kasar yang ada di dalam beton akan turun ke bawah, yang nantinya akan menyebabkan pembagian material pembentuk beton tidak merata dan Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 39

permukaan beton menjadi bergelombang, yang tentu saja berpengaruh terhadap kekuatan dan mutu beton. Gambar 7. 43 Penggunaan vibrator saat beton dituang 9. Saat beton sudah mengeras/setting, yaitu setelah berumur ± 24 jam, kemudian bekisting dinding beton sudah boleh dibongkar. Beton kemudian disiram dengan air yang disebut dengan proses curing. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar suhu tinggi yang ada di dalam beton yang permukaannya sudah setting dapat keluar secara perlahan-lahan. Jika curing tidak dilakukan maka beton yang permukaannya sudah setting kemungkinan akan mengalami retak rambut yang disebabkan oleh tekanan suhu tinggi dari dalam beton itu sendiri. Gambar 7. 44 Pelepasan bekisting setelah beton setting Aloft Hotel T.B. Simatupang V - 40