PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan masyarakat di Indonesia. Sektor pertanian menyediakan pangan, sandang, dan papan bagi manusia serta pakan bagi ternak. Tidak hanya sebagai penyedia kebutuhan hidup sehari-hari, pertanian juga menjadi sektor penyokong bagi sektor-sektor lain. Sektor-sektor lain seperti industri mendapatkan tenaga kerja dan bahan bakunya dari sektor pertanian. Sektor-sektor perdagangan seperti rumah makan juga mendapatkan bahan baku melalui sektor pertanian dan masih banyak lagi contoh peranan pertanian bagi sektor-sektor lainnya. Jika dilihat dalam angka, peranan sektor pertanian dapat digambarkan melalui peranannya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Total di Indonesia dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat melalui grafik di bawah ini. 30% Pertanian 25% Pertambangan 20% 15% Industri Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan 10% 5% 0% 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 TAHUN Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Gambar 1.1. Grafik Persentase Peranan Sektor-sektor Ekonomi Terhadap Produk Domestik Bruto Total (Lapangan Usaha) Berdasar Harga Konstan Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2016 (diolah) Berdasarkan grafik 1.1, dapat dilihat bahwa sektor pertanian memiliki persentase peranan terbesar ketiga terhadap PDB total berdasarkan harga konstan. Sektor industri memiliki persentase peranan terbesar pertama, disusul dengan sektor perdagangan pada 1
posisi kedua. Dengan gambaran tersebut, sektor pertanian memegang peranan yang penting terhadap perekonomian di Indonesia, sehingga julukan negara agraris memang bisa diterima. Pertanian sendiri didefinisikan sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman, juga untuk memelihara ternak maupun ikan. Pertanian secara sempit berarti kegiatan bercocok tanam. Secara luas, pertanian diartikan sebagai kegiatan produksi untuk menghasilkan kebutuhan manusia yang berasal dari tumbuhan maupun hewan disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak, dan mempertimbangkan faktor ekonomisnya (Tohir, 1983). Pertanian tak bisa lepas dari kegiatan usahatani. Menurut Kadarsan dalam Shinta (2011), usahatani merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam lapangan pertanian untuk mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal, dan keterampilan demi menghasilkan suatu produk. Jika ditelaah berdasarkan penjabaran tersebut, dapat diartikan bahwa diperlukan suatu pengelolaan atas faktor-faktor produksi yang ada. Hal ini dilakukan karena sumberdaya atau faktor-faktor produksi yang ada bersifat terbatas. Keterbatasan yang ada harus dikelola sedemikian rupa secara optimal demi tercapainya pendapatan yang maksimal. Demi mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dalam pertanian, perlu dikenali terlebih dahulu sub sektor pada sektor pertanian yang akan diusahakan. Sektor pertanian memiliki beberapa sub sektor di dalamnya, salah satunya adalah sub sektor hortikultura. Penyumbang devisa negara memang masih di pegang oleh sub sektor perkebunan, tetapi sub sektor pangan dan hortikultura tak kalah penting peranannya terutama dalam pemenuhan pangan dalam negeri. Sub sektor hortikultura berperan penting sebagai penyedia sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan juga tanaman obat. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2014), sub sektor hortikultura memiliki potensi yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian. Komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan berpotensi untuk terus dikembangkan apalagi dengan terbukanya potensi pasar akibat MEA. Terdapat setidaknya 323 komoditas hortikultura yang potensial untuk dikembangkan, yang terdiri dari 60 jenis buah-buahan, 80 jenis sayuran, 66 jenis farmaka, dan 117 jenis tanaman hias. Komoditas yang menjadi perhatian intensif di tingkat nasional adalah aneka cabai, bawang merah, dan jeruk. 2
Kecamatan Dukun merupakan sentra penghasil dari komoditas hortikultura khususnya sayuran di Kabupaten Magelang. Kecamatan ini menghasilkan beberapa komoditas sayuran yang hampir keseluruhannya menduduki urutan pertama dalam produksinya (kwintal). Salah satu komoditas hortikultura yang utama dibudidayakan di kecamatan tersebut adalah cabai keriting dan cabai rawit. Selain menanam jenis cabai tersebut, petani di Kecamatan Dukun juga menanam beberapa jenis sayuran untuk ditumpang sarikan dengan tanaman cabai. Adapun sayuran-sayuran yang dihasilkan dapat di lihat pada tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Sayuran di Kecamatan Dukun Tahun 2014 2015 2014 2015 Luas Luas Komoditas Produksi Produktivitas Produksi Produktivitas Panen Panen (kw) (kw/ha) (kw) (kw/ha) (ha) (ha) Bawang Daun 427 46.485 108.8642 386 46.485 120.4275 Kubis 276 47.179 170.9384 253 42.856 169.3913 Sawi 741 132.585 178.9271 661 113.900 172.3147 Wortel 179 21.492 120.0670 155 18.810 121.3548 Kacang Panjang 541 31.280 57.8189 563 32.078 56.9769 Cabai Merah 580 36.362 62.6931 595 36.084 60.6454 Mentimun 528 64.034 121.2765 530 57.884 109.2151 Tomat 437 51.186 117.1304 450 50.254 111.6756 Terung 371 51.908 139.9137 363 43.956 121.0909 Buncis 544 32.938 60.5478 535 34.941 65.3103 Kol 464 57.311 123.5151 474 57.277 120.8376 Cabai Rawit 501 29.219 58.3214 463 26.847 57.9849 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2016 Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terdapat setidaknya 12 komoditas sayuran yang diusahakan oleh petani di Kecamatan Dukun. Dari 12 komoditas yang ada, komoditas sawi, mentimun, kol, tomat, dan terung merupakan lima komoditas teratas dengan produksi terbanyak. Sedangkan komoditas kacang panjang, kubis, cabai merah, kol, dan bawang daun merupakan lima komoditas dengan luas panen terbesar. Usahatani komoditas sayuran di atas tentu tak lepas dari suatu keterbatasan sumberdaya. Maka perlu dilakukan analisis optimasi sumberdaya demi tercapainya pendapatan yang maksimal. B. Rumusan Masalah Sub sektor hortikultura merupakan salah satu sub sektor yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan terdapat beranekaragam komoditas pada sub sektor 3
hortikultura. Selain itu, penandatanganan Indonesia dalam kesepakatan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), turut andil dalam menyediakan pasar yang potensial bagi produk-produk hortikultura dalam negeri. Masih ditambah lagi dengan pemerintah yang memberikan perhatian lebih terhadap komoditas hortikultura, khususnya pada komoditas aneka cabai, bawang merah dan jeruk. Kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh para petani khususnya para petani yang menggeluti bidang sub-sektor hortikultura. Dengan memanfaatkan kesempatan yang ada, para petani dapat meningkatkan pendapatan mereka bahkan memaksimalkan pendapatan mereka. Akan tetapi, dalam usahatani tidak lepas dari berbagai kendala. Salah satunya adalah kendala pada faktor produksi. Keterbatasan lahan, modal, tenaga kerja, dan berbagai faktor produksi harus disiasati dengan baik demi tercapainya tujuan awal, yaitu memaksimalkan keuntungan. Cara menyiasati keterbatasan yang ada salah satunya ialah dengan optimasi pola tanam, sehingga seluruh sumberdaya yang ada dapat digunakan secara optimal pula. Salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang yang menjadi sentra penghasil produk hortikultura khususnya sayuran adalah Kecamatan Dukun. Kecamatan Dukun menghasilkan 12 komoditas sayuran. Diantara ke-duabelas komoditas yang ada, hampir seluruh komoditas menduduki urutan pertama dalam produksinya. Hal tersebut akan sangat berpotensi untuk meningkatkan pendapatan petani di kecamatan tersebut jika mampu mengelola keterbatasan yang ada dengan baik. Dari uraian di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimanakah pola tanam dalam usahatani tumpangsari sayuran yang optimal dengan keterbatasan sumberdaya yang ada di Kecamatan Dukun? 2. Bagaimanakah status sumberdaya pada pola tanam usahatani tumpangsari sayuran yang optimal di Kecamatan Dukun? C. Tujuan 1. Mengetahui pola tanam usahatani tumpangsari sayuran di Kecamatan Dukun yang optimal. 2. Mengetahui status sumberdaya pada pola tanam usahatani tumpangsari sayuran yang optimal di Kecamatan Dukun. 4
D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi pemerintah atau pihak-pihak terkait, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan guna pembuatan kebijakan yang berhubungan dengan usahatani tumpangsari sayuran. 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat menjadi suatu sumber referensi pemikiran dan informasi. 5