I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Global warming merupakan isu lingkungan terbesar dalam kurun waktu terakhir. Jumlah polutan di bumi yang terus bertambah merupakan salah satu penyebab utama terjadinya global warming. Polutan tersebut berasal dari berbagai aktivitas manusia seperti gas buang industri, pembakaran hutan, gas buang kendaraan bermotor, pemakaian chloro fluoro carbon (CFC), dan gas metana yang berasal dari sektor pertanian maupun peternakan. Polutan tersebut terakumulasi hingga pada tingkat tertentu memicu pengikisan lapisan ozon bumi. Lapisan ozon yang semakin menipis menyebabkan radiasi matahari ke bumi menjadi semakin kuat. Radiasi yang semakin kuat berdampak pada peningkatan suhu bumi secara perlahan. Peningkatan suhu bumi tersebut kemudian disebut sebagai global warming. Global warming menyebabkan banyak pengaruh negatif terhadap keseimbangan ekosistem di bumi, perubahan iklim merupakan salah satunya. Menurut Friedland (2010), perubahan iklim adalah keadaan iklim global yang berubah karena suhu rata-rata telah naik atau turun secara musiman. Perubahan suhu yang terjadi secara global berpengaruh terhadap meningkatnya suhu bumi yang berimplikasi pada mencairnya wilayah es bumi seperti Greenland, Kutub Utara, dan Kutub Selatan. Es yang mencair pada wilayah tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan permukaan air laut (sea level rises). Mimura and Harasawa (2000) dalam Sihombing dan Sambodho (2012) mengatakan bahwa peningkatan permukaan air laut secara signifikan mulai terjadi sejak tahun 2000 dan diprediksi akan terus meningkat hingga seratus tahun selanjutnya setinggi 15-90 cm dengan rata-rata kenaikan permukaan air laut setinggi 48 cm setiap tahunnya laut. Permukaan air laut yang terus naik menyebabkan tingginya gelombang laut yang sampai ke daratan. Pada kondisi tertentu gelombang laut dapat membanjiri daratan hingga ke wilayah pesisir dan dataran rendah dekat pantai dalam beberapa waktu. Kondisi tersebut umumnya terjadi saat gelombang laut pasang yang kemudian disebut dengan istilah banjir rob. Banjir rob dapat mengganggu bahkan mengancam aktivitas manusia yang ada di wilayah pesisir dan dataran rendah dekat pantai. 1
Pemukiman, lahan tambak, maupun lahan pertanian merupakan tempat aktivitas manusia yang akan terganggu stabilitasnya akibat banjir rob. Lahan pertanian yang berada di wilayah pesisir dan dataran rendah dekat pantai menghadapi ancaman banjir rob yang lebih besar dan tidak menentu sebagai dampak dari global warming (Marfai, 2013 dalam Kasbullah dan Marfai, 2014). Lahan yang terendam banjir rob tidak hanya dapat menggagalkan produksi tanaman tetapi dalam jangka panjang dapat membuat tanah menjadi salin sehingga berpotensi menurunkan produktivitas. Dampak banjir rob menjadi lebih besar apabila lahan pertanian yang terkena banjir rob merupakan sentra produksi pangan. Hal tersebut dapat menyebabkan produksi pangan menjadi menurun dan pada skala besar dapat menyebabkan kelangkaan bahan pangan. Banjir rob tidak hanya menimbulkan kerugian langsung pada sektor pertanian tetapi juga berdampak pada perekonomian dan kesejahteraan. Sektor pertanian merupakan sektor usaha nasional terbesar kedua setelah sektor industri berdasarkan Gross Domestic Product (GDP) dengan kontribusi sebesar 13,52% dengan nominal sekitar Rp 1.560,40 trilyun (BPS, 2016). Sektor pertanian di Indonesia tidak hanya besar dari sisi ekonomi tetapi juga merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja yang sangat banyak, yaitu petani yang sebagian besar tergolong miskin. Terganggunya stabilitas pada sektor pertanian akan mengancam perekonomian negara. Lahan pesisir dan lahan dataran rendah di dekat pantai yang rawan ancaman banjir rob dapat diminimalisir melalui langkah mitigasi. Langkah mitigasi atas ancaman banjir rob harus disesuaikan dengan kondisi perekonomian maupun sumberdaya negara yang terbatas agar biaya yang dikeluarkan tidak melebihi manfaat dari lahan tersebut bagi sektor pertanian. Manfaat dari lahan tersebut dapat dihitung dengan tepat melalui metode yang disebut valuasi ekonomi. Valuasi ekonomi lahan pesisir dan dataran rendah dekat pantai menghitung manfaat yang diberikan lahan tersebut bagi sektor pertanian dengan memperhitungkan nilai kerugian akibat rusaknya fungsi lahan tersebut akibat banjir rob. Dampak kerugian banjir rob merupakan hal penting yang perlu dilakukan dalam valuasi ekonomi untuk mengestimasi manfaat yang hilang dari lahan pesisir dan dataran rendah dekat pantai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk 2
memberi gambaran manfaat lahan pesisir dan dataran rendah dekat pantai dengan menilai dampak kerugian banjir rob yang ditinjau dari sektor pertanian. Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan anggaran langkah mitigasi secara efisien serta kebijakan pertanian yang tepat di tengah kondisi perekonomian yang kurang baik saat ini. B. Rumusan Masalah Kabupaten Indramayu merupakan sentra produksi padi terbesar di Provinsi Jawa Barat dengan kontribusi produksi sebesar 11,46% dari 18 kabupaten dan 9 kota madya di Provinsi Jawa Barat. Luas panen padi sawah di Kabupaten Indramayu pada tahun 2015 mencapai 209.114 ha yang menghasilkan produksi padi sawah sebesar 1.465.741 ton. Meskipun Kabupaten Indramayu menduduki nilai produksi padi tertinggi di Provinsi Jawa Barat, namun angka produktivitas Kabupaten Indramayu, yaitu 7,01 ton/ha jauh lebih kecil daripada angka produktivitas padi di Kota Cimahi yang menduduki angka produktivitas terbaik mencapai 7,48 ton/ha (BPS, 2016). Produktivitas yang rendah di Kabupaten Indramayu diduga disebabkan oleh kondisi geografis lahan yang digunakan. Kondisi geografis Kabupaten Indramayu yang terletak di wilayah pesisir Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura). Kondisi geografis membuat sebagian lahan sawah yang berada dekat dengan Pantura sering mengalami bencana endemik berupa banjir rob yang dapat menurunkan tingkat produktivitas. Lahan sawah yang berada di Kecamatan Kandanghaur, Kecamatan Losarang, dan Kecamatan Lohbener merupakan kecamatan yang terkena banjir rob setiap tahunnya. Banjir rob yang terjadi saat ini cenderung semakin meluas setiap tahunnya. Ancaman banjir rob yang semakin nyata tersebut dipicu oleh perubahan iklim. Kondisi tembok pemecah ombak yang sudah tidak berfungsi menyebabkan banjir rob semakin parah. Kondisi yang demikian membuat ketinggian banjir rob di lahan sawah yang berbatasan langsung dengan bibir pantai dapat mencapai 25-100 cm (Anonim, 2016). Tergenangnya lahan sawah akibat banjir rob dapat mempengaruhi jumlah produksi maupun produktivitas. Penurunan produksi maupun produktivitas dari lahan sawah yang tergenang tidak hanya menyebabkan kehilangan padi yang seharusnya dapat dipanen tetapi berdampak luas, khususnya pada pelaku usahatani. Pelaku usahatani padi mengalami 3
kerugian material, yaitu berkurangnya pendapatan karena produksi yang menurun serta rusaknya aset usahatani. Hal tersebut selanjutnya akan berdampak pada meningkatnya jumlah rumah tangga petani padi yang miskin pada saat terkena banjir rob. Total nilai kerugian yang menimpa sektor pertanian akibat banjir rob setiap tahunnya menunjukkan besarnya jasa lingkungan lahan sawah di wilayah pesisir Pantura. Langkah mitigasi perlu dilakukan dengan efisien untuk menimalkan dampak banjir rob setiap tahunnya. Oleh karena itu dibutuhkan kajian untuk mengestimasi besarnya nilai kerugian akibat banjir rob agar dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan anggaran langkah mitigasi dan kebijakan bidang pertanian dengan tepat. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Berapakah besar kehilangan produksi padi yang dialami petani di Kabupaten Indramayu akibat banjir rob dibanding kondisi normal? 2. Berapakah besar penurunan nilai guna langsung lahan sawah akibat banjir rob di Kabupaten Indramayu? 3. Apakah banjir rob mempengaruhi perbedaan pendapatan usahatani padi di Kabupaten Indramayu pada kondisi normal dengan kondisi saat terkena banjir rob secara signifikan? 4. Apakah banjir rob menyebabkan peningkatan kemiskinan pada rumah tangga petani di Kabupaten Indramayu? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini: 1. Mengetahui besar kehilangan produksi padi yang dialami petani di Kabupaten Indramayu akibat banjir rob dibanding kondisi normal. 2. Mengetahui penurunan nilai guna langsung lahan sawah akibat banjir rob di Kabupaten Indramayu. 3. Mengetahui perbedaan pendapatan usahatani padi di Kabupaten Indramayu pada kondisi normal dengan kondisi saat terkena banjir rob. 4. Mengetahui peningkatan kemiskinan rumah tangga petani di Kabupaten Indramayu akibat banjir rob. 4
D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan serta memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P.) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini berguna untuk memberikan informasi yang jelas mengenai total kerugian ekonomi bagi sektor pertanian sehingga dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk menentukan kebijakan terkait berupa alokasi dana mitigasi untuk mengurangi dampak bencana yang sama di masa yang akan datang. 3. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan dan pembanding serta sumber wacana bagi pembaca yang berminat untuk melakukan penelitian lainnya yang terkait. 5