Idhul Ade Rikit Fitra* Sahidin** Abdul Karim***

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang keilmuan mikrobiologi, imunologi, farmakologi, dan pengobatan tradisional.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. imunologi, farmakologi dan pengobatan tradisional. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 HALAMAN PENGESAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sentral bagian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. EFEK INHIBISI EKSTRAK ETANOL BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella Typhi SECARA In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran. Dian Kusumaningrum 3, Winarto 4

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Gambar 6. Desain Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB 4 METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai pada masyarakat dengan prevalensi mencapai 50% (Wahyukundari,

Transkripsi:

Efek Pemberian Ekstrak Etanol Akar Rumput Belulang (Eleusine indica l. Gaertn) Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri pada Mencit (Mus musculus) yang Diinokulasi Salmonella typhi Idhul Ade Rikit Fitra* Sahidin** Abdul Karim*** *Program Pendidikan Dokter UHO ** Bagian Kimia Bahan Alam Prodi Farmasi F. MIPA UHO *** Bagian Patologi Klinik FK UHO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek dari pemberian ekstrak etanol akar rumput belulang (E. indica L. Gaertn) terhadap penurunan jumlah bakteri pada hepar mencit (Mus musculus) yang diinokulasi S. typhi.penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan the post-test only control group design. Dua puluh ekor mencit dibagi menjadi 4 kelompok, satu kelompok kontrol dan tiga kelompok uji. Kelompok I tidak diberi ekstrak etanol akar rumput belulang sebagai K. Kelompok II diberi ekstrak etanol akar rumput belulang dengan dosis 10 mg/ekor sebagai Uji I. Kelompok III diberi ekstrak etanol akar rumput belulang dengan dosis 20 mg/ekor sebagai Uji II. Kelompok IV diberi ekstrak etanol akar rumput belulang dengan dosis 40 mg/ekor sebagai Uji III. Semua kelompok diberi pakan standar pada hari ke-1 sampai hari ke-7. Pada hari ke-8 mencit diinokulasi S. typhi 1 x 10 6, setelah 2 jam mencit diberi ekstrak etanol akar rumput belulang pada kelompok uji dan Aquadest pada kelompok kontrol. Setelah 24 jam mencit didekapitasi dan diambil heparnya untuk menghitung jumlah koloni bakteri pada jaringan hepar. Rerata jumlah bakteri pada pengenceran ke-2 didapatkan kelompok K = 26.78, kelompok Uji I = 28.28, kelompok Uji II = 24.74, dan kelompok Uji III = 7.98. Uji Mann-Whitney U didapatkan perbedaan signifikan antara kelompok K dengan Uji III p=0.008, Uji I dengan Uji III p=0.007, dan Uji II dengan Uji III p=0.009(p=<0,05).ekstrak etanol akar rumput belulang dapat menurunkan jumlah koloni bakteri pada mencit yang diinokulasi S. typhi pada tiap-tiap dosis. Kata Kunci : Akar rumput belulang, Koloni bakteri, Hepar, Salmonella typhi PENDAHULUAN Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar kebersihan pada industri pengolahan makanan yang masih rendah (Cleary TG, 2000). Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun dan 70% kematian terjadi di Asia. Prevalensi di Asia jauh lebih banyak sekitar 900/1000 penduduk pertahun. Indonesia merupakan negara endemik tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan insiden yang tidak berbeda jauh antar daerah (Widoyono, 2011). Hasil penelitian melaporkan bahwa telah terjadinya multidrug resistance pada S. typhi di beberapa negara tropis. Pemakaian antibiotik yang tidak rasional dan adanya 1

perubahan intrinsik di dalam mikroba merupakan penyebab multidrug resistance ini. Golongan antibiotik tersebut adalah kloramfenikol, ampisilin, amoksilin, dan kotrimoksazol (Hadinegoro,1999). Indonesia sejak dulu hingga sekarang memiliki banyak sumber daya alam yang dimanfaat sebagai obat tradisional salah satunya adalah akar rumput yang digunakan sebagai obat demam, diare, rambut rontok dan sebagai antibiotik (Habibah, 2010). Rumput belulang suku Graminae, tumbuh liar sebagai gulma dan digunakan sebagai obat. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa akar rumput belulang mengandung senyawa golongan saponin, tanin, alkaloida dan golongan sterol atau terpen (Smecda, 2007). Dari Uji daya antibakteri dilakukan menggunakan ekstrak etanol yang diperoleh dengan cara perkolasi dan ekstrak air yang diperoleh dengan cara infundasi. Ternyata ekstrak etanol dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. typhi dengan MIC (Minimum Inhibitory Concentration) pada konsentrasi 37,5% dan Sarcina lutea dengan MIC pada konsentrasi 12,5% (Widyiawaruyanti, 1987). Karena laporan penelitian tentang uji klinis secara invivo ekstrak etanol akar rumput belulang terhadap hewan ataupun manusia belum ditemukan, maka peneliti tertarik untuk mempelajari bagaimana efek pemberian ekstrak etanol akar rumput belulang terhadap penurunan jumlah bakteri pada mencit yang diinokulasi S. thypi. METODE Sampel pada penelitian adalah mencit jantan umur 8-12 minggu dengan berat badan 20-40 gr dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif. Total jumlah sampel yang gunakan adalah 20 ekor. Ekstrak diperoleh melalui metode maserasi. Sebanyak 800 mg ekstrak akar rumput ditimbang dan selanjutnya dilarutkan dalam 10 ml aquades, yaitu 800 mg dalam 10 ml = 80 mg dalam 1 ml, sehingga apabila diambil 0,5 ml (volume maksimum penyuntikan pada mencit secara intraperitonial) larutan ekstrak di dalamnya terkandung 40 mg ekstrak akar rumput untuk dosis uji III (40 mg/0,5 ml/ ekor). Selanjutnya, ditimbang 400 mg dilarutkan dalam 10 ml, 400 mg dalam 10 ml = 40 mg dalam 1 ml, sehingga apabila diambil 0,5 ml larutan ekstrak di dalamnya terkandung 20 mg ekstrak untuk dosis uji II (20 mg/0,5 ml/ekor). Kemudian, ditimbang 200 mg ekstrak dilarutkan dalam 10 ml, 200 mg dalam 10 ml = 20 mg dalam 1 ml, sehingga apabila di ambil 0,5 ml larutan ekstrak di dalamnya terkandung 10 mg ekstrak untuk dosis uji I (20 mg/0,5 ml/ekor). untuk memperoleh suspensi McFarland 0,5, Sebanyak 0,5 ml larutan barium klorida 0,048 M (BaCl2 2H2O 1,175 %) dicampurkan dengan 9,5 ml larutan asam sulfat 0,18 M (H2SO4 1%) dalam labu takar dan dihomogenkan. Suspensi ini digunakan sebagai larutan standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji. Bakteri yang akan diuji disuspensikan dengan cara menumbuhkan bakteri dalam media cair yaitu NaCl fisiologis 0,9%. Kekeruhan bakteri diukur hingga sesuai dengan standar McFarland 0,5 menggunakan spektronik 20D pada λ 625 nm sehingga didapatkan jumlah bakteri sebanyak 150 x 10 6 /ml. Untuk mendapatkan jumlah bakteri 1 x 10 6 dalam 0,5 ml (volume maksimum penyuntikan pada mencit secara intraperitonial), pipet sebanyak 2 ml suspensi bakteri yang telah dibuat sesuai standar McFarland kemudian masukkan dalam labu takar. Selanjutnya tambahkan NaCl 0,9% 2

Tabel 1. Hasil uji statistik perbandingan antara Kelompok Kontrol, Uji I, Uji II dan Uji III Kelompok Pengenceran Pengenceran pengenceran I II III mean±sd P mean±sd P mean±sd P Kontrol 2.70 x 10 2 ±6.71 x 10 1 26.78±6.60 2.05±0.87 Uji I 2.88 x 10 2 ±2.64 x 10 1 28.28±3.85 2.30±0.41 0.850 0.004 Uji II 3.00 x 10 2 ±0.00 24.74±5.30 1.44±0.28 Uji III 3.71x 10 2 ±2.55 x 10 2 7.98±4.45 2.04±1.37 (Sumber: Data primer penelitian tahun 2013) Tabel 2. Hasil uji statistik Mann-Whitney U P Kontrol Uji I Uji II Uji III Kontrol - 0.521 0.245 0.008 Uji I 0.521-0.067 0.007 Uji II 0.245 0.067-0.009 Uji III 0.008 0.007 0.009 - (Sumber: Data primer penelitian tahun 2013) 0.381 sebanyak 98 ml sampai batas tera. Sehingga setiap pengambilan 0,5 ml larutan bakteri didalamnya terkandung 1 x 10 6. Mencit jantan diadaptasikan dengan cara dikandangkan, diberi pakan standar dan minum selama tujuh hari. Pada Hari ke delapan dilakukan pengujian. Mula-mula mencit di injeksikan S. typhi sebanyak 10 5 sel per ml per ekor secara intraperitoneal untuk kelompok Kontrol, Uji I, Uji II dan Uji III (Besung, 2011), pada penelitian ini suspensi S.thypi dibuat sebanyak 10 6 sesuai standar Mc Farland 0,5. Setelah dua jam mencit diberi ekstrak dengan menggunakan disposibel 1 ml pada rongga intraperitonial dengan dosis bertingkat dan dibiarkan selama 24 jam untuk kelompok kontrol Uji I, Uji II dan Uji III. Dalam waktu 24 jam diamati suhu tubuh dan tanda-tanda lain yang ditunjukkan oleh mencit. Setelah 24 jam, mencit dimatikan dengan menggunakan eter atau klorofom untuk pengambilan hepar melalui pembedahan dengan scalpel Hepar mencit selanjutnya dihaluskan menggunakan mortar, kemudian dikultur pada Nutrient Agar (NA) dan pertumbuhan koloni S. thypi diamati. Jika terdapat mencit yang mati sewaktu penelitian, maka dilakukan uji Negatif dimana sampel yang hilang diganti yang baru dan mendapat perlakuan yang sama. Jumlah S. typhi per gram jaringan pada masing-masing media dihitung dengan rumus sebagai berikut (Murtini, 2006) dan data yang diperoleh dianalisis dengan program komputer SPSS16.00 for Windows. Cfu/ gr = Jumlah Cfu x Pengenceran x 10 (diinokulasikan hanya 0,1 ml per plate) Berat jaringan HASIL DAN PEMBAHASAN Normalitas data diuji dengan Shapiro-Wilk dan didapatkan data terdistribusi tidak normal (p<0,05) sehingga dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis, dan dilanjutkan uji Mann whitney U untuk membandingkan jumlah S.typhi antar kelompok. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis (Tabel 1) hanya pada pengenceran II (tabung III) yang memiliki nilai 0,004 (P=<0,05) yang terbukti signifikan memiliki perbedaan jumlah bakteri tiap kelompok. Sehingga hanya pengenceran II (tabung III) yang dilanjutkan ke uji 3

post hoc yaitu Mann Whitney U yang disajikan pada tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney dari keempat kelompok didapatkan hasil yang bermakna. Kelompok kontrol dan kelompok uji III (0.008); kelompok uji I dan kelompok uji III (0.007); kelompok uji II dan kelompok uji III (0.009). Sedangkan hasil yang tidak bermakna didapatkan pada kelompok kontrol dan uji I (0.521); kelompok kontrol dan uji II (0.245); kelompok uji I dan uji II (0.067). Jadi ekstrak etanol akar rumput belulang dengan dosis 40 mg pada uji III dapat menurunkan jumlah S.typhi secara bermakna dibandingkan ekstrak etanol akar rumput belulang dengan dosis 10 mg pada uji I dan ekstrak etanol akar rumput belulang dengan dosis 20 mg pada uji II. Gambar 1. Grafik box plot hitung jumlah koloni bakteri Pada box plot (Gambar 1) nampakperubahan jumlah bakteri yang signifikan hanya pada pengenceran ke II (tabung III). Rata-rata jumlah S. typhi yang tertinggi pada kelompok mencit uji I dan pada kelompok kontrol, diikuti kelompok uji II, sedangkan pada kelompok uji III mengalami penurunan jumlah dibandingkan dengan kelompok yang lain. Hasil penelitian diperoleh jumlah rata-rata S. typhi pada pengenceran II (tabung III), kelompok kontrol = 26.78, kelompok uji I = 28.28, kelompok uji II = 24.74, dan kelompok uji III = 7.98. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak dengan dosis bertingkat dapat menurunkan jumlah S. typhi pada hepar mencit. Namun, jumlah rata-rata S. typhi pada kelompok uji I lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, ini dikarenakan jumlah dosis uji I tidak dapat menurunkan jumlah bakteri S. typhi. Menurut Widyiawaruyanti (1978) ekstrak etanol akar rumput belulang sensitif terhadap S. typhi pada dosis 11,4 mg, sehingga dosis pada uji I (10 mg) tidak dapat menurunkan jumlah S. typhi. Hasil uji statistik diperoleh perbedaan bermakna jumlah S. typhi per jaringan organ pada pengenceran II (tabung III) tiap kelompok mencit, kelompok kontrol, uji I dan uji II lebih tinggi jumlah bakteri dibandingkan dengan kelompok uji III. Hal ini disebabkan oleh kandungan senyawa akar rumput belulang yaitu saponin, tannin, alkaloid, polifenol, sterol dan terpen yang memiliki daya antibakteri. Ekstrak etanol akar rumput belulang mengandung senyawa saponin, alkaloid, sterol dan terpenoid yang fungsinya dapat menghambat pertumbuhan S. typhi dengan cara merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit yang menginaktifkan sistem enzim S. typhi. Menurut Jaya (2010) Kerusakan pada membran sitoplasma dapat mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang diperlukan bakteri untuk menghasilkan energi akibatnya bakteri akan mengalami hambatan pertumbuhan dan bahkan kematian. Ekstrak etanol akar rumput belulang juga mengandung senyawa tanin yang mempunyai daya antibakteri tinggi. Tanin dapat 4

menghambat sintesis protein dari S. typhi, menghambat sintesis dinding sel S. typhi, menghambat metabolisme sel S. typhi, dan menghambat sintesis asam nukleat dari S. typhi. Kandungan lain ekstrak etanol akar rumput belulang adalah polifenol yang fungsinya sebagai antioksidan yang dapat memperbaiki sel yang rusak akibat infeksi dari S. typhi. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak etanol akar rumput belulang dapat menurunkan jumlah bakteri pada hepar mencit (M. musculus) yang di inokulasi S. typhi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol akar rumput belulang memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap S. typhi. Pada penanganan demam tifoid salah satu pilihan antibiotik yang digunakan adalah kloramfenikol dosis 500 mg. Jika antibiotik ini dikonversi dari dosis manusia ke mencit, maka didapatkan dosis yang dibutuhan untuk menghilangkan S. typhi pada jaringan hepar adalah 65 mg. Sehingga, dosis ekstrak etanol akar rumput belulang masih dapat ditingkatkan dibanding dosis pada penilitian penelitian ini, sehingga didapatkan dosis yang baik untuk menghilangkan jumlah S. typhi pada jaringan hepar mencit. Namun demikian, secara statistik pada pengenceran I (tabung II) dan Pengenceran III (tabung IV) tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam penurunan jumlah bakteri antara kelompok kontrol dan kelompok uji yang diberi ekstrak etanol akar rumput belulang dosis bertingkat. Hal ini mungkin karena adanya faktor lain seperti kontaminasi saat kultur di tambah lagi adanya jumlah koloni yang tidak terdistribusi secara normal sehingga hasil statistik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Faktor lain berupa kontaminan yang mungkin terjadi pada saat menggunakan pipet ke tiap-tiap tabung saat pengenceran. Selain itu, jumlah S. typhi yang seharusnya diinjeksikan adalah 1 x 10 5 (Isselbacher,1999). tetapi suspensi yang tersedia adalah 1 x 10 6. Adapula faktor lain, yaitu daya tahan tubuh alamiah masing-masing mencit terhadap infeksi S. thypi serta adanya dosis ektrak etanol akar rumput belulang yang digunakan belum cukup kuat untuk dapat menurunkan atau menghilangkan jumlah koloni bakteri pada hepar mencit yang diinokulasi S. thypi. SIMPULAN Dari penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak etanol akar rumput belulang dapat memberi pengaruh terhadap penurunan jumlah koloni bakteri mencit yang diinokulasi S. typhi. Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal penurunan jumlah koloni S. typhi antara kelompok pada pengenceran II (tabung III) yang diberi ekstrak etanol akar rumput belulang dosis bertingkat 10 mg, 20 mg dan 40 mg dengan kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak. Dalam penelitian ini, dosis ekstrak etanol akar rumput belulang yang dapat menurunkan jumlah S. thypi pada mencit yang diinokulasi S.typhi adalah dosis 20 mg dan 40 mg. Namun, dosis yang paling bermakna menurunkan jumlah bakteri adalah dosis 40 mg pada kelompok uji III. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol akar rumput belulang sebagai antibakteri dengan dosis yang lebih tinggi, sehingga dapat menentukan dosis optimum dalam menurunkan dan menghilangkan jumlah bakteri pada hepar mencit yang diinfeksi S. typhi. Selain itu, Perlu pula membandingkan ekstrak etanol akar rumput belulang dengan antibiotik standar untuk mengetahui mana yang paling efektif dalam menurunkan jumlah S. typhi. 5

DAFTAR PUSTAKA Cleary, T. G. 2003.Salmonella species in longess, Pickerling LK, Praber CG. Principles and Practice of Pediatric Infectious Disease Churchill Livingstone, edisi 1. New York. Habibah, 2010. Tanaman Obat. Tugas Individu. Makalah.Universitas Hasanuddin. Makassar. Hadinegoro., Rezeki, S. 1999. Cermin Dunia Kedokteran, Masalah Multi Drug Resistance pada Demam Tifoid Anak. Pt. Kalbe Farma. Jakarta. Isselbacher,K.J., Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. 1999. Jaya, a.m. 2010. Isolasi Dan Uji Efektivitas Antibakteri Senyawa Saponin Dari Akar Putri Malu (Mimosa Pudica). Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Murtini, s. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Dosis 540 mg Terhadap Hitung Jumlah Koloni Kuman Salmonella typhimurium pada Hepar Mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium. Karya Tulis Ilmiah FK Universitas Diponegoro Semarang. Smecda. 2007. Eleusine Indica (l.) Gaertn. Diambil dari: <http://www.smecda.com/ttg_pa ngan_kesehatan2/artikel/ttg_tana man_obat/depkes/buku4/4-034.pdf>. Diakses pada 12 juni, 2012. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis, Epidemologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya, Edisi II Erlangga, Jakarta Widyiawaruyanti, a. 1987. Uji Antibakteri Ekstrak Akar Rumput Belulang (Eleusine indica gaertn). Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 6