UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI GAYA MENGAJAR LATIHAN Rinaldi Aditya Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar menggiring bola dengan menggunakan penerapan gaya mengajar Latihan pada siswa kelas VII SMP Swasta Mulia Medan tahun ajaran 2014/2015. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I setelah tes hasil belajar I dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan teknik menggiring bola masih rendah. Dari 30 orang siswa terdapat 10 orang (33%) yang tidak mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 20 orang (66%) telah mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 60,97. Sedangkan pada siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam melakukan tes hasil belajar secara klasikal sudah meningkat. Dari 30 orang siswa terdapat 26 orang (87%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 4 orang (13%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 80,16. Berdasarkan hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran melalui Penerapan Gaya mengajar Latihan dapat meningkatkan hasil belajar menggiring bola pada siswa kelas VII SMP Swata Mulia Medan tahun ajaran 2014/2015. PENDAHULUAN Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk menghantarkan peserta didik mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Sekolah juga dipercaya sebagai satu-satunya cara agar manusia pada zaman sekarang dapat hidup lebih baik dimasa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada proses belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk membawa peserta didik pada perubahan tingkah laku yang diinginkan. Pengertian ini kelihatan cukup simpel dan sederhana, akan tetapi bila pengertian ini ditelaah lebih dalam, maka akan terlihat lebih rumit dan begitu kompleksnya proses yang dituntut dalam mengelola pelajaran itu sendiri. Hal ini bisa dipahami karena membawa peserta didik ke arah perubahan yang diinginkan. Dalam proses pembelajaran di sekolah terdapat
banyak unsur yang saling berkaitan dan menentukan dalam proses belajar mengajar. Unsur-unsur tersebut adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum pengajaran, tes dan lingkungan. Siswa sebagai subjek dalam proses pembelajaran tersebut juga sangat berperan dalam keberhasilan belajar mengajar. Data yang diperoleh dari hasil observasi ke SMP Mulia Medan bahwa dari 30 siswa yang ada di kelas VII ada 10 siswa (34%) yang memperoleh Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 20 siswa (66%) yang belum memperoleh Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa yang belum memperoleh KKM adalah siswa yang belum memahami cara Menggiring Bola dalam sepak bola yang benar dari sikap awal dan akhir siswa dalam melakukan menggiring bola sesuai dengan peraturan yang ada. Membahas masalah pembinaan olahraga tidak pernah akan terlepas dari unsur-unsur pendukung seperti sistem yang terdiri atas pengorganisasian, pengadaan alat, fasilitas sarana dan prasarana penunjang, pendanaan serta faktor-faktor lain yang mendukung perkembangan dibidang olahraga pada umumnya seperti kondisi sosial ekonomi anak dilatih, juga aspek kejiwaan sebagai dasar pengetahuan psikologi. Aspek psikologis ini harus mendapat perhatian yang serius dari para pelatih dan pembina olahraga. Pendidikan jasmani jasmani merupakan proses pendidikan Menurut Rusli Lutan (2000:1). Karena itu pula tujuannya pun bersifat mendidik. Dalam pelaksanaannya, aktivitas jasmani dipakai sebagai wahana atu pengalaman belajar, dan melalui pengalaman itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai pendidikan. Dengan kata lain pendidikan jasmani adalah proses ajar melalui aktivitas jasmani dan sekaligus sebagai proses ajar untuk menguasai keterampilan jasmani. Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Dengan Pendidikan Jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia. Menurut Rusli Lutan (2000:1) Pendidikan Jasmani itu adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan Menurut Jesse Feiring Williams (1999; dalam Freeman, 2001), pendidikan alat Untuk membina anak muda agar kelak mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat. Jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai,
kadangkala menggunakan kepala dan dada. Khusus untuk penjaga gawang diperbolehkan untuk menggunakan tangan dan lengannya didaerah kotak enam belas meter/area penalti. Permainan sepak bola dapat dilakukan dilapangan terbuka dan lapangan tertutup yang dimainkan oleh semua kalangan usia. Menurut Mukholid (2007:2) bahwa Dalam permainan sepak bola terdapat beberapa teknik dasar yang antara satu dengan yang lain sangat erat kaitanya dalam permainan sepak bola. Adapun teknik dasar sepak bola diantaranya: 1. Teknik menendang bola (Shooting), dapat dilakukan dengan menggunakan: - Kaki bagian dalam - Kaki bagian luar - Punggung kaki - Punggung kaki bagian dalam. 2. Teknik mengoper bola (Passing), dapat dilakukan dengan menggunakan: - Kaki bagian dalam - Kaki bagian luar - Punggung kaki 3. Teknik menggiring bola (Drible), dapat dilakukan dengan menggunakan: - Kaki bagian dalam - Kaki bagian luar - Punggung kaki. 4. Teknik mengontrol bola (Dropping). 5. Teknik merebut bola (Tackling) 6. Teknik menyundul bola (Heading). Sarana dan fasilitas juga harus memadai agar proses latihan dapat berjalan dengan baik, diantaranya seperti lapangan sepakbola, bola, gawang, dan sebagainya Gambar 1. Lapangan sepakbola (Peraturan Sepakbola, PSSI 2005) Pada umumnya menggiring bola dengan kaki bagian dalam digunakan untuk melewati atau mengecoh lawan. Teknik dasar untuk melakukan menggiring dengan menggunakan sisi kaki bagian dalam dengan cara-cara sebagai berikut: - Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi menendang bola; - Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak ditarik kebelakang hanya diayunkan ke depan; - Di upayakan setiap melangkah, seccara teratur bola disentuh/didorong bergulir ke depan; Bola bergulir harus selalu dekat dengan kaki dengan demikian bola tetap Gambar 2: Menggiring bola dengan sisi kaki bagian dalam Gaya mengajar latihan (practice stlye) merupakan salah satu model pengajaran memiliki ke unggulan sebagai berikut: (1) guru akan mempunyai peluang
untuk mengajar dalam jumlah mahasiswa yang banyak sekaligus, (2) siswa belajar untuk bisa bekerja secara mandiri, (3) siswa mempelajari atas keputusan yang sesuai dengan ketentuan yang ada, (4)siswa belajar mengenai keterbatasan waktu, (5) siswa bisa belajar mengenai sasaran yang harus dicapai dengan melaksanakan tugas-tugas tertentu, (6)siswa memiliki untuk meningkatkan interaksi individual dengan setiap siswa. Ciri utama dari gaya latihan adalah selama pertemuan berlangsung ada beberapa keputusan yang dipindahkan dari dosen kepada siswa. Pemindahan tersebut memberi peranan dan perangkat tanggung jawab baru kepada siswa. Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk menentukan ketentuan yang ada mengenai: (1) sikap (postur), (2) tempat, (3) urutan pelaksanaan tugas, (4) waktu untuk memulai tugas, (5) kecepatan dan irama, (6) waktu berhenti, (7) waktu sela diantara tugas-tugas, (8) memprakarsai pertanyaan-pertanyaan. Pengajaran dengan gaya latihan di desain untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dengan cara menugaskan siswa untuk melakukan banyak latihan berulangulang. Dengan pengulangan kegiatan tersebut diharapkan adanya peningkatan kekuatan fisik serta keterampilan siswa terlibat. Selain pengulangan gerakan, tidak kalah pentingnya adalah pemberian umpan balik yang tepat mengenai penampilan telah dilakukan oleh siswa Gaya mengajar latihan adalah pedoman mengajar dipergunakan oleh guru untuk menyajikan materi pelajaran dalam bentuk latihan bagian demi bagian secara berurutan. Di dalam gaya mengajar latihan unsur-unsur penting adalah guru memberikan peragaan dalam mengajarkan setiap bagian materi pelajaran secara berurutan dan siswa diberi waktu cukup untuk melakukan latihan secara berulangulang. Maka peragaan dan ulangan merupakan unsur menentukan keberhasilan siswa dalam belajar dengan gaya mengajar latihan. James Tangkudung berpendapat metode latihan merupakan suatu pelajaran untuk mengembangkan latihan, dimana kata metode itu digunakan untuk kondisi materi kegiatan. PEMBAHASAN 1. Data Awal A. Tes awal menghentikan bola Hasil tes awal yang di peroleh dari data sebelumnya bahwa, siswa yang katagori kurang sekali dengan nilai 58.3-69.7 dengan presentase 66% dan berjumlah 20 siswa yang tidak tuntas, sementara dengan nilai 70-80 dengan presentase 34% siswa yang tuntas dan berjumlah 10 siswa. Dengan demikian sesuai data diatas dapat direfleksikan bahwa, hasil belajar menggiring Bola belum mencapai nilai KKM yang diharapkan, hal ini disebabkan karena gaya mengajar pada pembelajaran yang diterapkan masih bersifat satu arah, kurangnya pendekatan antara guru dengan siswa dan metode pembelajaran yang diterapkan guru pada setiap pertemuan adalah menjelaskan materi, pemanasan, perenggangan dan jarang diberikan game atau permainan yang mendukung materi pelajaran kemudian memberikan contoh dan terkadang kurang memberikan kontrol dan evaluasi yang cukup dengan alasan alokasi waktu kurang mencukupi, belum dipotong waktu ganti pakaian olahraga sehingga
pembelajaran akan mengalami kejenuhan dan kurangnya respon siswa dalam melaksanakan pembelajaran khususnya materi menggiring bola pada permainan sepak bola. 2. Siklus I Hasil pemantauan tindakan pada siklus I diperoleh dari: Hasil tes awal yang diperoleh siswa yang memiliki nilai 60-66,7 dengan presentase 34% siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa yang tidak tuntas dan siswa yang memperoleh nilai 70-80 dengan presentase 66% dan sebanyak 20 siswa yang tuntas. Dengan demikian sesuai data yang diperoleh diatas dapat direfleksikan bahwa hasil belajar menggiring bola belum mengalami perubahan yang signifikan sesuai dengan KKM yang ditentukan karena dari keseluruhan siswa hanya 66% yang tuntas sementara yang harus dicapai siswa adalah sebesar 85% dari keseluruhan siswa. Hal ini dikarenakan karena pembelajaran yang kurang bervariasi, siswa yang kurang aktif siap dalam pelaksanaan pada saat menghentikan bola, posisi badan yang kurang condong sehingga siswa sehingga siswa tidak dapat menghentikan dan mengontrol datangnya bola, dalam hal ini guru juga kurang memberikan apresiasi kepada kelompok siswa yang berhasil dalam melakukan bentuk permaian yang diberikan. 3.Siklus II Hasil pemantauan tindakan pada siklus II diperoleh dari: Hasil data siklus II dapat diketahui bahwa, siswa yang memiliki nilai 60-66,7 ada dengan presentase 2% sebanya 4 orang siswa yang tidak tuntas. Sementara siswa yang memberoleh nilai 70-86,7 dengan presentase 87% sebanyak 26 siswa. Dengan demikian dari data yang diperoleh dapat direfleksikan bahwa pada siklus II siswa telah mencapai target nilai KKM yang ditentukan yaitu secara keseluruhan 80% ketuntasan dan pada siklus II ini siswa telah mendapat 87% melebihi target yang dicapai PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, secara umum dapat disimpulkan bahwa: Adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui gaya mengajar Latihan pembelajaran pendidikan jasmani menggiring bola pada siswa kelas VII SMP Swasta Mulia Medan. Pada siklus I siswa cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran menggiring bola Sesuai dengan refleksi, dengan nilai rata-rata kelas pembelajaran menggiring bola adalah 70 dengan persentase ketuntasan 66% siswa yang lulus dan hasil belajar siswa pada siklus kedua adalah 80 dengan persentase ketuntasan 87% dapat disimpulkan adanya peningkatan yang signifikan hasil belajar pada siklus II. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung : Yrama Widya Arikunto, Suharsimin. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
FIFA. (2005). Rules Of The Game ( Peraturan Permainan ) / PSSI. MEDAN. Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hasibuan, J.J dan Nodjiono. (1986). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Husdarta, Y. M. Saputra, (2000). Belajar Dan Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Muhajir (1996). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta, Erlangga Mukholid.(2007). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Surakarta,Yudistira Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta Roestiyah, 1994. Pengajaran Untuk Dapat belajar. Jakarta.Erlangga. Roji, 2009. Pendidikan Jasmani kelas VII,.Jakarta :Erlangga Rusli Lutan. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect. Sabri, Ahmad (2010). Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Padang: Quantum Teaching. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Slavin, (2005). Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusamedia Soeitoe, 1990. Belajar Dalam Pengajaran Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Sucipto,dkk. 2000. Sepak Bola. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Supandi, 1992. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Tim Penyusun, 2015. Panduan Skripsi Stok Binaguna Medan.