6 0'0"S 6 0'0"S 6 0'0"S 5 55'0"S 5 50'0"S 28 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada Maret 2011. Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu yang terletak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. PPN Karangantu merupakan pelabuhan perikanan yang paling dekat dengan Teluk Banten tepatnya berada di sebelah Selatan Teluk Banten. Gambar 6 merupakan kawasan perairan Teluk Banten yang digunakan untuk melakukan penangkapan rajungan beserta lineasi daerah penangkapan rajungan (fishing ground) oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu. 106 5'0"E 106 10'0"E 106 15'0"E km 3 1.5 0 3 6 9 12 Skala 1:250.000 PETA LOKASI PENELITIAN LEGENDA DAERAH PENANGKAPAN SUNGAI JALAN DARAT LAUT SUMBER DATA : - PETA ADMINISTRASI BAKOSURTANAL TAHUN 2006 - SURVEI LAPANG 2010 TAHUN PEMBUATAN : 2011 105 0'0"E 106 0'0"E 107 0'0"E KOTA CILEGON SERANG 106 5'0"E 106 10'0"E 106 15'0"E Gambar 6 Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu 105 0'0"E 106 0'0"E 107 0'0"E 3.2. Variabel dan Parameter Pengukuran Model produksi surplus membutuhkan data hasil tangkapan (C) dalam ton, upaya penangkapan (f) dalam satuan trip/tahun, serta data tangkapan per satuan upaya (CPUE) dalam satuan ton/trip kapal. Data runut waktu tahunan sumberdaya
29 rajungan diperoleh dari statistik perikanan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu. Parameter laju pertumbuhan alami r, daya dukung lingkungan K, dan kemampuan penangkapan q secara sistematis diperoleh melalui perhitungan menggunakan algoritma (Fauzi 2010). 3.3. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode survey lapang untuk mendapatkan gambaran yang dapat mewakili distribusi spasial dan temporal rajungan di perairan Teluk Banten. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan nelayan Pelabuahan Perikanan Nusantara Karangantu. Adapun data sekunder diperoleh dari statistik dan laporan tahunan Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Banten dan Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Serang. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Standarisasi upaya penangkapan Standardisasi terhadap alat tangkap yang lain bertujuan untuk menyeragamkan satuan-satuan upaya yang berbeda sehingga dapat dianggap upaya penangkapan suatu jenis alat tangkap diasumsikan menghasilkan tangkapan yang sama dengan alat tangkap standar. Pada umumnya pemilihan suatu alat tangkap standar didasarkan pada dominan tidaknya alat tangkap tersebut digunakan di suatu daerah serta besarnya upaya penangkapan yang dilakukan. Alat tangkap yang ditetapkan sebagai alat tangkap standar mempunyai faktor daya tangkap atau fishing power indeks (FPI) = 1 (Tampubolon dan Sutedjo 1983 in Tinungki 2005). Adapun nilai fishing power indeks (FPI) jenis alat tangkap lainnya dapat dihitung dengan membagi nilai catch per unit effort (CPUE alat tangkap lain) dengan CPUE alat tangkap standar. Nilai FPI ini kemudian digunakan untuk mencari upaya penangkapan standar alat tersebut
30 dengan CPUE s merupakan hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap standar, CPUE i adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap i, Cs merupakan jumlah tangkapan jenis alat tangkap standar, Ci adalah jumlah tangkapan jenis alat tangkap i, f s adalah jumlah upaya jenis alat tangkap standar, f i adalah jumlah upaya jenis alat tangkap i, FPIs adalah faktor daya tangkap jenis alat tangkap standar, sedangkan FPIi adalah faktor daya tangkap jenis alat tangkap i. 3.4.2. Model produksi surplus Model produksi surplus bertujuan untuk menentukan tingkat upaya optimum yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang. Struktur umum model produksi surplus adalah hubungan yang dinyatakan sebagai berikut: Ketika produksi lebih besar dibandingkan kematian alamiah, maka stok akan bertambah, sedangkan stok akan berkurang bilamana kematian alami meningkat. Model produksi surplus digunakan untuk menyatakan perbedaan antara produksi dan kematian alamiah. Tujuh model yang akan digunakan dan dicobakan dalam penelitian ini adalah model Schaefer, Gulland, Pella & Tomlomson, Fox, Walter & Hilborn, Schnute, serta model Clarke Yoshimoto Pooley. Model produksi surplus yang telah dikenalkan oleh para ahli akan diterapkan ke dalam data runut waktu tahunan tangkapan dan upaya tangkapan rajungan (Portunus pelagicus) yang dilakukan oleh nelayan di perairan Teluk Banten yang kemudian didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Berikut adalah persamaan matematik masing-masing model produksi surplus yang digunakan untuk menduga tangkapan maksimum lestari (MSY) dan upaya optimum penangkapan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel:
31 A. Model Schaefer (1954) B. Model Gulland (1961) C. Model Pella dan Tomlimson (1969) D. Model Fox (1970) E. Model Walter dan Hilborn (1976)
32 F. Model Schnute (1977) G. Model Clarke Yoshimoto Pooley (CYP) (1992) Keterangan: C t : Tangkapan tahun ke-t f t : Upaya penangkapan tahun ke-t CPUE t : Hasil tangkapan per satuan upaya tahun ke-t r : Parameter pertumbuhan K : Daya dukung lingkungan q : Koefisien penangkapan m : Parameter tambahan MSY : Tangkapan Maksimum Lestari (Maximum Sustainable Yield) : Upaya tangkapan optimal f opt