BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adakalanya turun, bahkan suatu ketika dapat pula mengering. Rawa terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

Ir. H. Djuanda di bagian hilir DAS (luas permukaan air ha) selesai dibangun tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

Ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix) sebagai pengendali pertumbuhan plankton yang berlebihan di Waduk Cirata

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

Pengelompokkan zooplankton berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi beberapa kelompok menurut Arinardi et al. (1997), yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

n, TINJAUAN PUSTAKA Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju penyimpanan

LAPORAN TAHUN TERAKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

BAB I PENDAHULUAN. di danau dan lautan, air sungai yang bermuara di lautan akan mengalami

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

LAPORAN AKHIR PENELITIAN SUMBER DANA BLU FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

banyaknya zat anorganik di perairan. Kecepatan pertumbuhan populasi enceng gondok dan ganggang hijau ini dapat mengganggu biota perairan yang lain

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kita dapat membedakan air tawar, air laut dan air payau seperti yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berdampak buruk bagi lingkungan budidaya. Hal ini erat kaitannya dengan

Abstract. Keywords: Koto Panjang reservoir, phosphate, lacustrine and transition

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan tawar. Cahyono (2000) dalam Hermanto (2014, hlm.1) mengatakan, Sumberdaya perairan tawar di Indonesia meliputi perairan umum (sungai, waduk dan rawa) dengan luas 141.690 hektar. Perairan tawar (Freshwater) di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tinggi. Organisme yang hidup di perairan tawar sangat beranekaragam diantaranya tumbuhan air, ikan, serta organisme mikroskopis yang dikenal dengan plankton. Menurut Sachlan (1980) dalam Poejirahajoe (2011, hlm.7) menyebutkan bahwa, Plankton adalah jasad-jasad renik yang hidup melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan pergerakannya dipengaruhi oleh arus. Sumich (1992) dalam Poejirahajoe (2011, hlm.7) Plankton dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu Fitoplankton (plankton nabati) dan Zooplankton (plankton hewani). Nontji (2008, hlm.11) mengatakan bahwa, Fitoplankton disebut juga plankton nabati yaitu organisme yang hidupnya mengapung atau melayang dalam air. Ukurannya sangat kecil sehingga tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang paling umum berkisar antara 2 200 µm (1 µm = 0,001 mm). Bentuk sel fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi ada juga yang membentuk rantai. Fitoplankton disebut juga plankton nabati karena mengandung klorofil dan mempunyai kemampuan berfotosintesis yaitu menyadap energi surya untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Pada umumnya, keberadaan fitoplankton di perairan tidak disadari oleh manusia. Hal tersebut dapat terjadi karena ukuran fitoplankton yang sangat kecil dan tak terlihat oleh kasat mata. Namun, perlu diketahui bahwa sebenarnya keberadaan fitoplankton sangat berarti bagi ekosistem perairan. Sachlan (1982, hlm.8) mengatakan, Fitoplankton memiliki peran sebagai produsen primer di 1

2 perairan, sehingga organisme ini mampu membuat bahan organik dalam perairan melalui fotosintesis. Bahan organik seperti oksigen nantinya akan dimanfaatkan oleh organisme lainnya dalam ekosistem perairan. Selain itu, fitoplankton juga dapat menjadi biota indikator dalam mengukur tingkat kesuburan suatu perairan. Raymont (1984) dalam Wulandari (2014, hlm.156) mengatakan bahwa Perairan yang memiliki produktivitas primer yang tinggi umumnya ditandai dengan tingginya keanekaragaman fitoplankton. Jika disadari oleh setiap manusia, keberadaan fitoplankton di suatu perairan sebenarnya mampu memberikan informasi mengenai kondisi perairan ditinjau dari keanekaragaman jenis fitoplankton yang hidup di perairan tersebut. Arinardi (1995, hlm.118) mengatakan, Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan perairan serta penyumbang oksigen terbesar di perairan. Penelitian mengenai fitoplankton di perairan Indonesia sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Taufik Hidayah dkk pada tahun 2014 melakukan penelitian tentang struktur komunitas fitoplankton di Waduk Kedungombo Jawa Tengah. Permasalahan yang terjadi di perairan Waduk Kedungombo adalah pengkayaan unsur hara oleh limbah organik yang berasal dari budidaya ikan di keramba jaring apung, pertanian dan rumah tangga. Data terakhir didapatkan bahwa, Budidaya ikan dengan Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Kedungombo pada akhir tahun 2012 tercatat sekitar 1.241 unit dengan ukuran rata-rata (7 x 7 x 4) m, dengan luasan yang digunakan untuk budidaya mencapai 6,08 Ha. (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen, 2012 dalam Hidayah (2014) ). Berdasarkan kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Taufik Hidayah diketahui bahwa semakin berkembangnya aktivitas budidaya perikanan di waduk, maka semakin banyak pakan dan kotoran ikan yang lolos ke perairan waduk. Hal tersebut akan membuat pakan dan kotoran ikan akan terurai di dalam air sehingga menyebabkan eutrofikasi (pengkayaan unsur hara) seperti N dan P. Eutrofikasi dapat menyebabkan blooming algae dan menurunkan kualitas perairan waduk. Kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang akan mempengaruhi tingkatan trofik

3 perairan tersebut. Kondisi Waduk Kedungombo sangat subur diduga karena banyaknya unsur hara, cahaya yang cukup dan suhu yang memadai untuk tumbuh kembang fitoplankton. Permasalahan eutrofikasi yang terjadi di Waduk Kedungombo juga terjadi di Waduk Cirata. Wahyuni (2014, hlm.76) mengatakan bahwa, Waduk Cirata merupakan salah satu waduk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Waduk Cirata terletak diantara Waduk Saguling di bagian hulu dan Waduk Jatiluhur di bagian hilir Waduk Cirata dibangun pada tahun 1987 dengan luas 6.200 ha. Berdasarkan pemanfaatannya, Waduk Cirata termasuk dalam kategori waduk serbaguna. Waduk ini dimanfaatkan sebagai sumberdaya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), kegiatan perikanan, Keramba Jaring Apung (KJA), dan pariwisata sebagai upaya memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat di sekitar waduk. Namun demikian, Kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung (KJA) terlihat lebih menonjol dibanding kegiatan lainnya. Kegiatan perikanan ini sangat pesat perkembangannya, hal tersebut ditunjukkan oleh pertambahan jumlah KJA yang tersebar di perairan waduk. Menurut Badan Pengelola Waduk Cirata, pesatnya pertumbuhan KJA di Waduk Cirata sudah terjadi sejak awal tahun 2000. Pada bulan Desember tahun 2016, tercatat sekitar 31.000 KJA dari 1.900 pemilik. Aturan mengenai pembuatan KJA tercantum dalam Perda No 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Perikanan dalam Hidayah (2014). Aturan itu menyebutkan bahwa, Luas petak Keramba Jaring Apung (KJA) yakni 7x7 meter persegi dengan kedalaman 4 meter. Setiap pemilik maksimal bisa membangun sampai 20 petak. Kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung (KJA) yang berkembang di Waduk Cirata, diduga telah mendorong peningkatan kesuburan perairan yang ditandai oleh peningkatan unsur hara (eutrofikasi) seperti N dan P yang sangat signifikan. Perubahan tersebut tentu akan menurunkan kondisi perairan, sehingga dapat mengganggu kehidupan biota bahkan selanjutnya akan menurunkan diversitas biota seperti ikan dan organisme lainnya seperti fitoplankton yang hidup di waduk tersebut. Wahyuni (2014, hlm. 75) mengatakan, Perubahan topografi dan hidrologi alami akibat pembangunan waduk, serta interaksi dengan spesies asing akan berpengaruh pada keanekaragaman biota di Waduk Cirata. Perairan

4 Waduk Cirata dapat kehilangan fungsi ekologisnya jika suatu ketika mengalami tekanan lingkungan yang berat akibat aktifitas manusia sehingga menyebabkan terjadinya penurunan keanekaragaman biota. Mengingat pentingnya peranan fitoplankton dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan khususnya ekosistem tawar di perairan Waduk Cirata, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat serta masih kurangnya informasi mengenai bagaimana keanekaragaman fitoplankton di daerah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan harapan penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu informasi tentang kualitas perairan ditinjau dari keanekaragaman fitoplankton. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Waduk Cirata dengan judul Analisis Keanekaragaman Fitoplankton di Perairan Waduk Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat sebagai akibat dari adanya fenomena eutrofikasi di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Belum adanya informasi mengenai keanekaragaman fitoplankton di Waduk Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. 2. Belum adanya data penelitian mengenai keanekaragaman fitoplankton di Waduk Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. 3. Perlu adanya informasi mengenai keadaan perairan Waduk Cirata. 4. Pentingnya peranan fitoplankton dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan khususnya ekosistem danau di Waduk Cirata. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah keanekaragaman fitoplankton di perairan Waduk Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat?. Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini, diantaranya :

5 1. Bagaimanakah keanekaragaman fitoplankton di perairan Waduk Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat? 2. Bagaimanakah kondisi perairan Waduk Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton? 3. Bagaimanakah peranan fitoplankton di perairan Waduk Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat? D. Batasan Masalah Batasan masalah diperlukan agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah pada pokok permasalahan, maka masalah yang akan diteliti perlu dibatasi. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini: 1. Penelitian dilakukan di Waduk Cirata, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 2. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei tahun 2017. 3. Objek penelitian yaitu spesies fitoplankton yang tercuplik di lokasi penelitian. 4. Analisis data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk deskriptif, tabel hasil penelitian serta grafik hasil penelitian. 5. Data penunjang berupa faktor fisik-kimiawi perairan yang essensial bagi kelangsungan hidup fitoplankton terdiri dari suhu, ph, dan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen). 6. Metode penelitian merupakan penelitian deskriptif. 7. Desain penelitian menggunakan metode Belt Transect. 8. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Plankton Net. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan keanekaragaman fitoplankton di perairan Waduk Cirata, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 2. Mengetahui kondisi perairan di Waduk Cirata, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton.

3. Mengetahui peranan fitoplankton di perairan Waduk Cirata, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 6 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Penelitian ini memberikan pengalaman bagi peneliti tentang data keanekaragaman fitoplankton di Waduk Cirata, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 2. Penelitian ini mampu menjadi bahan kajian sumber referensi bagi peneliti tentang data keanekaragaman fitoplankton di Waduk Cirata, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 3. Penelitian ini mampu menjadi sumber referensi bagi peneliti tentang data keanekaragaman fitoplankton di Waduk Cirata, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 4. Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi mahasiswa program studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan. 5. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah Kabupaten Purwakarta. 6. Penelitian ini dapat menjadi bahan ajar bagi dunia pendidikan, khususnya mata pelajaran Biologi SMA kelas X materi Protista. G. Definisi Operasional Adapun definisi operasional dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Analisis keanekaragaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis keanekaragaman jenis fitoplankton yang diperoleh di lokasi penelitian yang tercuplik di perairan Waduk Cirata Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. 2. Fitoplankton yang dimaksud dalam penelitian ini adalah organisme yang berukuran kecil berkisar antara 2 200 µm. Fitoplankton biasa ditemukan di seluruh massa air mulai dari permukaan perairan sampai pada kedalaman

dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotosintetis (Sachlan, 1982). 7 H. Sistematika Skripsi 1. BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan bagian awal dari penulisan skripsi yang melatarbelakangi penelitian tentang analisis keanekaragaman fitoplankton di Waduk Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Selain latar belakang masalah, adapun identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, serta sistematika skripsi. 2. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Bab II berisi kajian teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Bab II kajian teori ini terdiri dari keanekaragaman, indeks keanekaragaman, plankton, penggolongan plankton, fitoplankton, klasifikasi fitoplankton, ekosistem perairan tawar, waduk dan Waduk Cirata. Selain kajian teori terdapat kerangka pemikiran yang berkaitan dengan penelitian tentang analisis keanekaragaman fitoplankton di Waduk Cirata Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. 3. BAB III METODE PENELITIAN Pada Bab III Metode Penelitian ini terdapat desain penelitian, subjek dan objek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik analisis data dan prosedur penelitian. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini peneliti mengemukakan suatu hasil penelitian yang didapatkan meliputi temuan penelitian yang berisi pengolahan data yang disajikan dalam bentuk tabel hasil penelitian dan grafik hasil penelitian. Kemudian data dianalisis serta dibahas dalam bagian pembahasan. 5. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab V berisi simpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan serta saran bagi penulis selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentang fitoplankton. Saran tersebut sebagai bentuk pemaknaan terhadap hasil analisis penelitian.