BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan baik, kesehatan ibu harus baik dan tidak mengalami kelainan (Hartati et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

KESEHATAN GIGI MASYARAKAT: Pelbagai Survei FKG UGM. Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG-UGM

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penyebab terhambatnya proses penyembuhan. Selain itu posisi yang jauh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

PEMBERDAYAAN KADER PKK DAN KADER POSYANDU SEBAGAI KADER KESEHATAN GIGI DAN MULUT

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

Ninda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui utilization rate pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat dan belum menjadi prioritas utama dalam program program penyelesaian masalah kesehatan. Akibatnya, penyakit gigi dan mulut menjadi gerbang bermunculannya penyakit lain yang lebih berbahaya. (1) Penyakit karies dan penyakit periodontal merupakan dua penyakit gigi dan mulut yang merupakan masalah utama bagi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Penyakit periodontal mengenai jaringan pendukung gigi, yang dapat menyebabkan gigi goyang bahkan tanggal. Menyikat gigi yang salah, kebiasaan buruk merokok, faktor kehamilan serta gangguan sistemik diabetes melitus, antara lain merupakan faktor risiko terhadap terjadinya penyakit periodontal. (2) Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi nasional masalah gigi dan mulut dijumpai sebesar 25,9 %. Prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur di Indonesia yaitu 96,58%. Dari data Riskesdas ini, terdapat 31,1 % yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis), sementara 68,9 % lainnya tidak dilakukan perawatan. EMD atau Effective Medical Demand merupakan kemampuan atau keterjangkauan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi. Secara keseluruhan kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 8,1 % (EMD). (3) Provinsi Sumatera Barat mempunyai masalah gigi dan mulut sebesar 22,2 %. Diantaranya sebesar 35,3 % yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi

dan secara keseluruhan kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 7,8 % (EMD). Menurut Riskesdas Sumatera Barat tahun 2013 menyatakan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Kabupaten Padang Pariaman merupakan permasalahan ketiga tertinggi di Sumatera Barat yaitu sebesar 24,7% (3, 4) Penyakit gigi dan mulut terutama penyakit periodontal berawal dari penumpukan plak dan kalkulus/ karang gigi. Kalkulus merupakan suatu faktor iritasi yang terus menerus terhadap gusi sehingga dapat menyebabkan keradangan pada gusi (gingivitis). Bila tidak dihilangkan atau dibersihkan maka akan berlanjut pada kerusakan jaringan penyangga gigi dan lama kelamaan mengakibatkan gigi menjadi goyang serta lepas dengan sendirinya. (5) Kalkulus merupakan plak yang terkalsifikasi dan mengalami pengendapan kalsium pada plak basa kemudian terjadi pengapuran dan mengeras maka terbentuklah kalkulus. Kalkulus gigi berupa jaringan keras yang melekat erat pada gigi yang terdiri dari bahan-bahan mineral seperti Ca, Fe, Cu, Zn, dan Ni. (5) Tahap pertama dari penyakit periodontal di sebut gingivitis. Gingivitis dipicu oleh pembentukan plak pada gigi. Plak akan mempengaruhi gusi, membuat gusi tampak bengkak dan merah. Jika tidak diobati, radang gusi dapat berkembang menjadi periodontitis, yang menyebabkan tulang dan jaringan yang mendukung gigi memburuk. Penyebab lain yang menunjang terjadinya gingivitis yaitu overhanging, debris makanan, susunan gigi kurang baik, traumatik oklusi, dan kebiasaan buruk. (5-7) Untuk menghilangkan dental plak dan kalkulus perlu dilakukan skaling yang merupakan terapi periodontal konvensional atau non-surgikal. Prosedur skaling menghilangkan plak, kalkulus, dan noda dari permukaan gigi maupun akarnya. Skaling menggunakan beberapa instrument untuk melepaskan dan membuang deposit dari gigi (skaling) dengan peralatan khusus

seperti ultrasonic scaler, periodontal scaler dan kuret. Pelayanan skaling dilakukan satu kali dalam 6 bulan. Pelayanan skaling ini bisa dilakukan di rumah sakit, praktek dokter gigi dan puskesmas. Pelayanan skaling biasanya dilakukan oleh dokter gigi yang dibantu perawat gigi. (8, 9) Demand merupakan permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu jasa. Dalam ekonomi kesehatan jika dilihat dari sudut pandang demand, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya, sehingga mereka memerlukan pelayanan sebagai salah satu cara untuk mencapai status kesehatan yang lebih baik. Artinya jika demand masyarakat akan pelayanan kesehatan (termasuk pelayanan kesehatan gigi) tinggi maka akan berpengaruh terhadap membaiknya status kesehatan masyarakat tersebut. (10, 11) Rendahnya demand pelayanan skaling dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu kekhawatiran terhadap pelayanan skaling, kurangnya kesadaran diri, pengetahuan, pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pelayanan skaling dan dukungan keluarga. Menurut Anderson ada tiga karakteristik yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu Predisposing, Enabling dan kebutuhan (need). Karakteristik Prodisposing dibagi dalam tiga kelompok yaitu demografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan. Karakteristik Enabling terdiri dari pendapatan, cakupan asuransi kesehatan, jarak fasilitas, biaya pelayanan kesehatan dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Sedangkan karakteristik kebutuhan (need) meliputi kebutuhan yang dirasakan atau keluhan sakit dan evaluasi. (12) Mengetahui persepsi individu mengenai kebutuhan perawatan gigi sangat bermanfaat dalam memahami mengapa seseorang mencari atau tidak mencari pelayanan di fasilitas kesehatan yang ada. Persepsi mengenai kebutuhan perawatan gigi dapat memengaruhi minat masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. Pada sisi lain, ada kemungkinan

bahwa individu tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Orang tersebut mungkin saja tidak paham mengenai status kesehatannya, baik yang terjadi saat ini maupun yang akan datang, sejauh mana keefektifan suatu pelayanan kesehatan, dan sebagainya. (11, 13) Penelitian yang dilakukan Faisal (2013) yang dilakukan di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan tentang analisis demand pelayanan skaling dan penambalan gigi di poli gigi Puskesmas Glugur Darat Kota Medan menunjukkan bahwa variabel persepsi (ρ=0,017), sarana dan prasarana (ρ=0,043) memiliki hubungan yang signifikan dengan demand pelayanan skaling. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Yenny (2005) yang dilakukan di Puskesmas Titi Papan, diketahui bahwa variabel persepsi (ρ=0,000), sarana dan prasarana (ρ=0,000) memiliki hubungan yang signifikan dengan demand pelayanan kesehatan gigi. Penelitian Yenny (2005) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas Titi Papan juga menunjukkan bahwa variabel akses/jarak pelayanan kesehatan (ρ=0,000) memiliki hubungan yang signifikan dengan demand pelayanan kesehatan gigi. (14, 15) Profil Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016, Program Pelayanan kesehatan gigi dilaksanakan berupa pelayanan klinik di Puskesmas, upaya kesehatan gigi di Masyarakat dan Usaha Kesehatan gigi Sekolah melalui kegiatan UKS. Menurut laporan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Enam Lingkung, tahun 2015 penyakit gigi dan mulut ada 986 kasus yang meningkat pada tahun 2016 menjadi 1.122 kasus dari berbagai jenis penyakit dan kelainan gigi. Jumlah kunjungan pada tahun 2015 sebanyak 1.328 kunjungan dan menurun pada tahun 2016 menjadi 1.025 kunjungan. Adapun jenis keluhan yang ditangani antara lain karies gigi, pulpitis, abces, persistensi, gingivitis, dan lain-lain. (16) Jumlah pasien yang ditangani pada pelayanan medik dasar gigi Puskesmas Enam Lingkung tahun 2015 dan 2016 diantaranya yaitu: jumlah pelayanan tambalan/ tumpatan gigi

meningkat dari 28,16% menjadi 33,17%, pencabutan gigi meningkat dari 49,33% menjadi 52,49%, pembersihan karang gigi (skaling) menurun dari 9,41% menjadi 2,93%, dan pelayanan lainnya menurun dari 13,10% menjadi 11,41%. Jumlah tindakan pembersihan karang gigi (skaling) apabila dibandingkan dengan tindakan medik dasar gigi lainnya tergolong rendah dan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. (16) Survey awal tanggal 29 Maret 2017 yang dilakukan peneliti pada 10 pasien Rawat Jalan Poli Gigi Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. Hasil wawancara didapatkan 2 pasien yang pernah melakukan pelayanan skaling dan 8 pasien lainnya tidak. Berdasarkan analisis dari hasil wawancara, menunjukkan 80% pasien tidak memiliki pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya pelayanan skaling untuk dilakukan, 60% memiliki pendidikan rendah, 50% menyatakan bahwa jarak rumah dengan puskesmas jauh dan membutuhkan waktu lama, 90% menyatakan bahwa transportasi umum sulit didapat untuk menuju puskesmas, 50% menyatakan bahwa sarana prasarana di Poli Gigi Puskesmas tidak lengkap, 70% tidak merasa butuh untuk melakukan pelayanan skaling, dan 80% memiliki persepsi tidak baik salah satunya mengatakan adanya rasa ngilu hingga sensasi gigi goyah setelah pembersihan karang gigi sehingga ada perasaan takut untuk melakukan skaling. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan demand pasien terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah apa saja faktor yang berhubungan dengan demand pasien terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan demand pasien terhadap pelayanan skaling di di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan pasien terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 2. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan pasien terhadap pelayanan skaling wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 3. Diketahuinya distribusi frekuensi persepsi pasien terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 4. Diketahuinya distribusi frekuensi akses terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 5. Diketahuinya distribusi frekuensi sarana prasarana pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 6. Diketahuinya distribusi frekuensi kebutuhan yang dirasakan terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 7. Diketahuinya hubungan pendidikan pasien dengan demand terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 8. Diketahuinya hubungan pengetahuan pasien dengan demand terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 9. Diketahuinya hubungan persepsi pasien dengan demand terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017.

10. Diketahuinya hubungan akses pelayanan dengan demand terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 11. Diketahuinya hubungan sarana prasarana pelayanan dengan demand terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 12. Diketahuinya hubungan kebutuhan yang dirasakan pasien dengan demand terhadap pelayanan skaling di wilayah kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam menyusun program kesehatan terkait permintaan pelayanan skaling di Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. 2. Bagi Puskesmas Dapat menjadi masukan untuk Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman dalam menyediakan pelayanan kesehatan gigi yang baik dan berkualitas, serta sesuai dengan need dan demand masyarakat di wilayah kerjanya. 3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Dapat menjadi pembendaharaan Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya bidang Administrasi Kebijakan Kesehatan, dapat menjadi pedoman sekaligus bahan acuan bagi peneliti selanjutnya mengenai analisis permintaan (demand analysis) pelayanan skaling di Puskesmas. 4. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan serta sebagai proses belajar bagi penulis dalam rangka melakukan penelitian. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman untuk melihat faktor yang berhubungan dengan demand terhadap pelayanan skaling berupa pendidikan, pengetahuan, persepsi, akses, sarana dan prasarana, serta kebutuhan yang dirasakan. Sehingga diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan demand pelayanan skaling di Wilayah Kerja Puskesmas Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman tahun 2017.