BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB 1 PENDAHULUAN. polusi udara baik dalam maupun luar ruangan, serta polusi di tempat kerja. 1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevalensipenyakit paru obstruktif kronikdisingkat dengan PPOKterus

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di seluruh dunia (Halbert et al., 2006). PPOK terjadi karena adanya kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

PENINGKATAN FORCED EXPIRATORY VOLUME MELALUI LATIHAN BREATHING RETRAINING PADA PASIEN PPOK

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

PENGARUH INTERVENSI EDUKASI TENTANG SELF MANAGEMENT LATIHAN PURSED LIPS BREATHING TERHADAP EFIKASI DIRI DAN PEAK EXPIRATORY FLOW RATE PASIEN PPOK

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK EKSASERBASI AKUT PADA LAKI-LAKI LANSIA. Damayanti A. 1)

BAB I PENDAHULUAN. dari penyebab kasus mortalitas dan morbiditas di negara-negara dengan. pendapatan tinggi dan pendapatan rendah.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

PENGARUH PURSED LIPS BREATHING

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang, penyakit ini disebabkan oleh kuman. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, dari 20 negara di

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan, sehingga diperlukan suatu kajian yang lebih menyeluruh mengenai determinan yang berpengaruh terhadap kesehatan. Sehat menurut kesehatan dunia World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan social yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian utama kecacatan dan kematian dunia. Laporan WHO tahun 2002 menunjukkan bahwa kematian, kesakitan dan kecacatan yang tinggi diakibatkan oleh penyakit tidak menular, empat penyakit tidak menular utama yang menonjol adalah penyakit kardovaskuler, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dan diabetes. Saluran pernapasan merupakan organ yang mudah terserang penyakit, hal ini disebakan karena saluran pernapasan termasuk ke dalam saluran terbuka. Artinya saluran pernafasan berhubungan langsung dengan lingkungan luar (Aspinall V, O'Reilly M. 2004). Salah satu permasalahan kesehatan paru-paru adalah PPOK. PPOK merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 1998 PPOK menjadi penyebab kematian kelima dan semakin meluas di berbagai Negara. Pada tahun 2004, PPOK menduduki peringkat ke-4 dengan Proportional Mortality Ratio (PMR ) 9,7% dari 10 penyebab kematian utama. 1

2 Menurut the Latin American project for the investigation of Obstructive Lung Disease (PLATINO) prevelensi PPOK stadium I dan yang lebih parah pada umur > 60 tahun antara 18,4%-32,1%. Di 12 negara Asia Pasifik prevelensi PPOK stadium sedang-berat pada umur 30 tahun 6,3%. Global initiatiative for chronic Obstruktive Lung Disease (GOLD) memperkirakan PPOK sebagai penyebab kematian ke 6 pada tahun 1990 dan akan meningkat menjadi penyebab ke 3 pada tahun 2020 di seluruh dunia (Departement Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo, 2010). Di Indonesia PPOK sudah mulai menjadi masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian, dimana jumlah penderita PPOK di Indonesia meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1995, di Indonesia PPOK bersama asma bronchial menduduki peringkat kelima. Dalam South East Asia Medical Center (SEAMIC) Health Stastic yang ditertibkan maret 2001 tampak bahwa, emfisema dan asma merupakan penyebab kematian ke-7 di Negara kita(3,6%). Penyakit PPOK di Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai penyakit yang menyebabkan kematian. Hasil survei penyakit tidak menular oleh direktorat jendral Pengendalian Penyakit Menular (PPM) dan Pengendalian Infeksi (PI) di 5 rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronchial (33%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2008).

3 Data WHO menyebutkan, pada tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan ke-4 sebagai penyebab kematian. Pada dekade mandatang akan meningkat ke peringkat ketiga dan menyerang sekitar 10% penduduk usia 40 tahun ke atas. Tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK ini makin meningkat. Pengobatan berupa suportif paliatif dapat untuk memperbaiki kualitas hidup (Suradi,2007). Untuk dapat menghindari terjadinya kekambuhan PPOK, maka pemahaman tentang penyakit dan cara mencegah kekambuhan PPOK menjadi dasar yang sangat penting bagi seseorang. Kekambuhan dapat terukur dengan meliputi skala sesak berdasarkan skala MRC (Medical Research Counci), frekuensi kunjungan yang kurang dari 2 minggu, kapasitas fungsional dan frekuensi napas. Penyakit ini hanya dapat kita cegah dengan berhenti merokok, dan apabila sudah mengalami kekambuhan penyakit ini hanya dapat dicegah agar serangan kekambuhan tidak begitu sering. Penderita PPOK selain mengalami penurunan faal paru, juga mengalami gangguan ekstrapulmonal. Salah satu gangguan ekstrapulmonal adalah gangguan otot tulang rangka. Gangguan otot tulang rangka merupakan hal utama yang berperan dalam keterbatasan aktifitas penderita PPOK. Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan utama penderita PPOK yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah menghilangkan gejala, mencegah progresivitas penyakit dan mencegah kekambuhan, meningkatkan toleransi aktivitas fisik dan meningkatkan status kesehatan, mencegah dan mengobati komplikasi dan meminimalisir efek

4 samping obat. Salah satu strategi penatalaksanaan PPOK adalah dengan rehabilitasi paru. Rehabilitasi paru merupakan program penatalaksanaan pasien PPOK.Komponen dari rehabilitasi paru adalah edukasi, terapi fisik (latihan pernapasan, fisoterapi dada, postural drainase). Latihan rekondisi (jalan kaki, bersepeda, lari) dan bantuan psikososial. Terdapat bukti dari randomised controlled trials (RCTS) terhadap manfaat rehabilitasi paru yang menunjukkan perbaikan sesak napas, kapasiti latihan dan kualiti hidup. National Institute for Health and Clinical Excellence telah merekomendasikan bahwa rehabilitasi paru harus diberikan pada seluruh penderita PPOK yang mengalami gangguan fungsi paru. Salah satu komponen rehabilitasi paru adalah latihan napas dalam. Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2002). Tujuan latihan napas pada pasien PPOK adalah untuk mengatur frekuensi dan pola pernapasan sehingga mengurangi air trapping, memperbaiki fungsi diafragma, fungsi ventilasi alveoli untuk pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja pernapasan, memperbaiki mobilitas sangkar thorax, mengatur dan mengkoordinasi kecepatan pernapasan sehingga bernapas lebih efektif dan mengurangi kerja pernapasan sehingga sesak napas berkurang dan mengakibatkan kualitas hidup meningkat (Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2011). Teknik latihan pernapasan pada rehabilitasi PPOK terdiri dari teknik pernapasan diafragma dan pursed-lips breathing. Pursed-lips

5 breathing sering dilakukan oleh pasien secara spontan, selama pursed-lips breathing diaktifkan otot perut selama ekspirasi ternyata dapat memperbaiki pertukaran gas yang dapat dilihat dengan membaiknya saturasi oksigen arteri. Pursed-lips breathing juga memperbaiki pola napas, meningkatkan volume tidal dan mengurangi sesak nafas. Raymond dkk (2009) melakukan latihan pernafasan dengan pursed-lips breathing selama 3 minggu pada 12 pasien PPOK dapat mengurangi sesak nafas dan kapasitas fungsional penderita PPOK. Juniartha(2012) telah melakukan penelitian tentang latihan pernapaan diafragma selama 3 x 15 menit sehari selama 2 minggu pada 20 orang pasien PPOK. Dari hasil penelitian diporoleh data bahwa pada hari ke 5 terdapat penurunan nilai prekuensi napas. Nishimura dkk. (2009) meneliti efek eksaserbasi pada status kesehatan pasien PPOK. Eksaserbasi akut akan menurunkan status kesehatan pasien PPOK. Untuk memperkecil timbulnya gangguan status kesehatan maka pasien PPOK harus mencegah eksaserbasi ulangan dan mengurangi frekuensi eksaserbasi. Peran perawat sebagai pemberi layanan kesehatan harus mampu memberikan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan cara-cara mencegah kekambuhan PPOK. Perawat dapat memberikan informasi dengan berbagai cara, melalui media penyuluhan, membagikan leaflet maupun brosur tentang cara-cara pencegahan terjadinya PPOK. Pada saat ini peran dan fungsi perawat tersebut belum dijalankan diruang rawat jalan pada pasien PPOK di Poliklinik Paru RSUD Cengkareng yaitu rehabilitasi pungsi paru terutama melatih teknik napas dalam yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien belum dilakukan.

6 Pasien PPOK yang datang ke Poliklinik Paru hanya diberikan medikasi medis yaitu resep obat yang berfungsi bronkodilator dan bronkodilatasi, hal ini disebabkan karena Pengobatan tersebut hanya menolong sementara tetapi tidak memperbaiki fungsi faal paru sehingga tidak dapat mencegah kekambuhan. Berdasarkan dari data Rekam Medis (MR) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng pada tahun 2013 didapatkan dengan jumlah kasus pada bulan Oktober - Desember 2013 sebanyak 58 orang, rata-rata perbulan adalah 45 orang dan pada 10 penyakit terbanyak di poli Paru RSUD Cengkareng PPOK menempati urutan ke-4 pada tahun 2011 menjadi urutan ke-3 tahun 2012 setelah TBC dan Bronithis. Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan kasus PPOK setiap tahunnya Hasil wawancara langsung kepada 3 pasien PPOK yang datang ke Poliklinik Paru RSUD Cengkareng pada tanggal 3 Desember 2013 rata rata pasien datang ke poliklinik 3 5 kali per bulan baik sedang kambuh ataupun tidak dan mereka menyampaikan juga bahwa dampak PPOK yang diderita makin lama semakin berat sesak yang diderita. Satu orang mengatakan sampai berhenti kerja karena berat bila melakukan pekerjaannya, 2 orang mengatakan jika terasa sesak pasien tidak bisa berjalan jauh dan selalu banyak berhenti ketika berjalan jauh dan juga ketika sesak timbul sangat menggangu aktifitas sehari hari seperti membersihkan rumah.

7 B. Masalah Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian apakah ada pengaruh penkes latihan napas pursed-lips breathing terhadap tingkat kekambuhan pasien PPOK di Poliklinik Paru RSUD Cengkareng. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penkes latihan napas pursed-lips breathing terhadap tingkat kekambuhan pasien PPOK di Poliklinik Paru RSUD Cengkareng. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik usia, pekerjaan, jenis kelamin, lama menderita PPOK, status merokok dan pendidikan pasien PPOK di poliklinik Paru RSUD Cengkareng pada kelompok intervensi dan Kontrol b. Mengidentifikasi tingkat kekambuhan pada hari ke 14 pasien Kontrol dan intervensi pasien PPOK di poliklinik paru RSUD Cengkareng. c. Menganalisis faktor confounding yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan statutes merokok dan lama sakit PPOK terhadap tingkat kekambuhan pasien PPOK dipoliklinik Paru RSUD Cengkareng. d. Menganalisis pengaruh penkes latihan napas pursed-lip breathing terhadap tingkat kekambuhan pasien PPOK dipoliklinik Paru RSUD Cengkareng.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Keperawatan dan Masyarakat Memberi masukan agar latihan pernafasan pursed-lips breathing dapat digunakan sebagai program latihan dan pelaksanaan rehabilitasi paru pasien PPOK stabil yang berobat jalan ke poli paru RSUD Cengkareng yang menjadi bagian Standar Operasienal Prosedur (SOP) pelayanan Keperawatan baik di rawat jalan dan rawat inap. 2. Bagi Pendidikan dan Perkembangan Keperawatan Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan PPOK dalam meningkatkan kualitas hidup pasien yaitu dengan memberi latihan pursed-lips breathing pada pasien PPOK di poliklinik paru RSUD Cengkareng 3.Bagi Masyarakat/ Pasien Memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya latihan pernapasan pursed-lips breathing pada pasien PPOK dapat mengurangi tingkat kekambuhan pasien