BAB 2 DATA DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
GERINGSING Tenun dan Mitos Bali Aga (Tenganan, Bali) oleh: Morinta Rosandini, S.Ds. Pengenalan Proses Menenun dan Mitos Tenun Gringsing

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perancangan Buku Visual Tenun Bali sebagai Upaya Pelestarian Tenun

BAB I PENDAHULUAN. ini. Dapat dilihat dari pagelaran-pagelaran fashion yang kini mulai ramai. memahami bahasa atau istilah yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

Yusmaini Eriawati, M.Hum. Dra. Vita Lutfi Yondri, M.Hum. Sugeng Riyanto, M.Hum. Muhammad Chawari, M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

Bab 2 DATA DAN ANALISIS. Data dan sumber informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. Sebagamana yang kita ketahui Fashion merupakan gaya berpakaian yang populer

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. Gambar 12. Konsep Logo

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB I. 2. Lokasi Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KAIN ENDEK BALI SEBAGAI INDUSTRI PARIWISATA KREATIF (STUDI KASUS DENPASAR)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tertentu ( diakses pada tanggal 12 Maret 2014).

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN BIOGRAFI VISUAL RAMINTEN. Anisa Bella

DAFTAR ISI. RIWAYAT HIDUP... i. KATA PENGANTAR... ii. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi yang digunakan untuk menunjang proyek Tugas Akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

FILM DOKUMENTER PEMBUATAN SONGKET SILUNGKANG JURNAL

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Malabar (diluar negeri dikenal dengan Java Preanger) ini berjeniskan arabika dan

BAB 1 PENDAHULUAN. xix

BAB I PENDAHULUAN. sungguh sangat sayang untuk dilewatkan. Mulai dari wilayah pegunungan sampai

Sinopsis : Buku Batik Design berisikan pembahasan

BAB 2. Data dan Analisa. Proyek desain yang akan dibuat adalah merancang kembali identitas. Sumber data yang diperoleh adalah berdasarkan :

DESKRIPSI KOMODIFIKASI KAIN GRINGSING TENGANAN DALAM DESAIN FASHION SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI BUDAYA. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Metode Penelitian Dalam proses pembuatan makalah ini dibutuhkan beberapa metode, antara lain. 1. Kajian pustaka Berupa data yang didapat dari buku-buku referensi mengenai tenun Indonesia, tenun Bali, dan tenun gringsing,karya tulis, serta artikel di internet. 2. Hasil pengamatan kualitatif berupa survei di lapangan, interaksi dan wawancara dengan narasumber. 2.1.1. Referensi Buku Tenun : Handwoven Textiles of Indonesia Buku ini membahas mengenai tenun Indonesia secara menyeluruh, seperti teknik, desain, sejarah, hingga asal usul tenun khas dari beberapa daerah di Indonesia. Buku yang diterbitkan oleh organisasi Cita Tenun Indonesia ini menjadi upaya untuk memperkenalkan tenun Indonesia ke mancanegara. Melalui buku ini, Penulis mendapatkan informasi mengenai tenun asal Bali walaupun belum mencapai titik terdalamnya. Dalam buku ini juga terdapat beberapa visual tenun Bali yang kaya akan warna dan ragam hiasnya. 2.1.2. Referensi Buku Balinese Textiles Buku terbitan Periplus Hong Kong ini sulit didapat di Indonesia. Bahasan mengenai tenunnya sangat lengkap dan detail. Makna di balik simbol dan motif, kaitan tenun dengan ritual keagamaan dan adat, serta dokumentasi fotografi merupakan beberapa bagian dari buku ini. 3

4 Penulis mendapatkan banyak informasi dalam buku ini walaupun hanya dalam format digital dan berisikan data-data berdasarkan peristiwa yang diliput pada tahun 1990an. 2.1.3. Referensi Buku Dewa dalam Tenunan Ritus Sambah Buku yang membahas mengenai ritus Sambah di desa Tenganan Pegringsingan ini mengulas sedikit mengenai tenun gringsing yang menjadi identitas dari desa Tenganan Pegringsingan. Foto-foto yang dimuat di buku ini juga cukup lengkap dan menarik hingga dapat membuat pembaca merasakan situasi serta kondisi masyarakat desa Tenganan Pegringsingan. Penulis mendapat informasi dengan bahasa yang sederhana lewat buku ini. Penjelasan singkat namun lengkap tersebut membantu Penulis dalam penambahan data mengenai tenun gringsing. 2.1.4. Referensi Buku Kriyamika Berbeda dengan buku lainnya, buku karya Ambarwati Kurnianingsih ini membahas tenun geringsing secara singkat namun padat. Buku ini mengulas makna geringsing tempo dulu dan sekarang juga interdependensinya. 2.1.5. Karya Tulis Ilmiah Desa Tenganan Tulisan ini merupakan hasil karya Pak Mangku Widia yang memuat data-data lengkap mengenai letak geografis, ritus keagamaan, kesenian, hingga struktur kemasyarakatan Desa Tenganan Pegringsingan. Penulis cukup mendapatkan informasi yang tidak ditemukan dari sumber lain dan dapat menambah isi konten dari Tugas Akhir ini.

5 2.1.6. Survey Lapangan Penulis menyadari bahwa pengalaman langsung melihat suasana lokasi dan proses pembuatan tenun geringsing ini sangat penting dalam proses pendalaman tema dan materi Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, Penulis melakukan survei lapangan dalam bentuk pengamatan langsung dan dokumentasi. Penulis melakukan kunjungan ke Desa Tenganan Pegringsingan dan menemui salah satu pemuka agama yang bernama Mangku Widia. Pak Mangku Widia dengan senang hati menemani mengunjungi beberapa art shop milik penduduk dan menjelaskan proses pembuatan kain geringsing ini. Pak Mangku juga berkenan mengantarkan Penulis berkeliling desa yang berada di lembah bukit tersebut. Gambar 2.1 Gambar 2.2

6 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5

7 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8

8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 2.1.7. Wawancara 1. I Mangku Widia Beliau merupakan pemuka agama di desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem. Beliau memiliki andil besar dalam pelestarian adat dan budaya di desa Tenganan Pegringsingan ini. Beliau memaparkan filosofi atau makna dari kain geringsing serta memperlihatkan proses pembuatan tenun geringsing di beberapa pengrajin tenun geringsing Desa Tenganan Pegringsingan. 2. I Wayan Karya Salah satu pengrajin Desa Seraya ini telah bekerja sama dengan organisasi Cita Tenun Indonesia dan Garuda Indonesia dalam

9 pelestarian tekstil tradisional Indonesia. Beliau menunjukkan proses pembuatan warna-warna secara alami tanpa bahan kimia sedikit pun. Dimulai dengan pengambilan sari warna dari bagian pohon/tanaman, pembuatan pasta warna, pewarnaan benang, hingga proses menenun kain jenis kain bebali motif rang-rang. 3. Ratna Panggabean, S.Sn. Dosen tekstil FSRD ITB ini banyak memberikan informasi mengenai tenun Indonesia, tenun Bali, tenun geringsing, dan kaitannya dalam kehidupan masyarakat secara wellcommunicated. Beliau juga memberikan ide-ide menarik dalam konsep materi maupun visual Tugas Akhir Penulis. Beliau juga mengatakan bahwa jika mengangkat tema geringsing, pembahasannya memang hanya bisa seputar Desa Tenganan Pegringsingan, proses pembuatan (benang, warna, dan kain tenun), dan pemakaiannya di masyarakat. Ini dikarenakan kain geringsing sudah memiliki pakem yang tidak dapat diubah dan sulit untuk dikembangkan. Meskipun ada motif baru yang diciptakan, tetapi tetap tidak dapat bersanding dengan motif-motif yang sudah ada. 4. Pengrajin Tenun Desa Tenganan Pegringsingan Sebagian besar penduduk di Desa Tenganan Pegringsingan memiliki art shop yang menjual produksi tenun hasil sendiri maupun dari beberapa daerah di antaranya tenun asal Lombok, Sumba, Flores, dan beberapa daerah Bali lainnya. 5. Pengrajin Tenun Desa Seraya Kain yang dihasilkan di desa ini adalah kain tenun jenis Bebali yang biasa digunakan sebagai sarana persembahyangan. Pengrajin tenun di desa ini sebagian besar remaja putri yang bekerja seusai bersekolah. Pewarna yang digunakan masih alami dan diproduksi sendiri.

10 2.2. Tenun Bali Seniman di Bali sangat mengagumi seni bergaya realisme sehingga setiap pengerjaan seni dilakukan secara detail, begitu juga pada kain. Kain Bali memiliki keanekaragaman jenis dan motif. Umumnya, kain Bali dominan motif sulur yang indah dan sangat detail di setiap ukirannya. Masing-masing daerah di Bali memiliki ciri khas kainnya sendiri. Namun, kain yang paling dikenal oleh pasar domestik maupun mancanegara adalah kain tenun jenis endek dan songket. Kain endek dan songket kini mulai digunakan tak hanya di saat ritus keagamaan tetapi juga di saat acara-acara tertentu, seperti pernikahan. Bahkan, para desainer lokal hingga mancanegara, seperti Gucci, menggebrak dunia fashion dengan busana yang menggunakan tenun Bali sebagai tekstil utamanya. 2.3. Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali Masyarakat Tenganan Pegringsingan percaya bahwa Dewa Indra adalah dewa yang telah memberikan kehidupan bagi masyarakat, sebagaimana yang disebutkan dalam legenda asal-usul desa di ujung timur Pulau Bali ini. Secara geografis, Desa Adat Tenganan Pegringsingan berada di lembah perbukitan yang mengelilinginya. Desa Tenganan memiliki empat buah pintu yang terletak di utara, timur, barat, dan selatan. Pintu-pintu ini dikisahkan sebagai pintu benteng (desa) yang dijaga oleh kalajengking. Desa Tenganan Pegringsingan memiliki aturan yang mengatur segala aspek kehidupan mereka. Semua telah tertata dalam aturan yang bernama awigawig (undang-undang adat). Desa yang merupakan salah satu dari Bali Aga (Bali Asli) ini mempertahankan nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh nenek moyang mereka sehingga menjadikan desa dan masyarakat berbeda, unik, dan menarik dari berbagai sisi aspek kehidupan.

11 2.4. Tenun Geringsing Kain geringsing diketahui sebagai ciri khas Desa Tenganan yang berbentuk kain tenun ikat. Tidak diketahui secara pasti kapan kain geringsing mulai muncul di Tenganan Pegringsingan. Namun menurut beberapa sumber, kain tenun dengan teknik dobel ikat ini dibawa oleh pedagang India. Faktanya, ada beberapa motif kain geringsing yang dipengaruhi oleh Patola, India. Kain geringsing mengandung makna semacam penolak bala. Ini dapat dilihat dari arti kata geringsing itu sendiri, gering yang berarti sakit atau wabah dan sing yang berarti tidak. Dengan begitu, geringsing berarti terhindar dari sakit. Kain geringsing dapat dikatakan sebagai warisan budaya yang unik dan langka keberadaannya. Ini terbukti dari teknik dobel ikat yang hanya dapat ditemukan di tiga tempat di dunia, yaitu India, Jepang, dan Tenganan. Namun hanya Tenganan yang secara berkala tetap aktif memproduksi geringsing yang menggunakan teknik dobel ikat ini. Geringsing memiliki nilai seni dan ekonomi yang sangat tinggi. Proses pembuatannya yang memakan waktu panjang dan menggunakan bahan-bahan alam membuat harga jualnya melambung. Untuk pembuatan satu buah geringsing, dibutuhkan minimal satu hingga sepuluh tahun. Waktu terlama dihabiskan untuk proses pewarnaan yang pemeramannya bisa bertahun-tahun demi mendapat warna yang matang. Warna putih/kuning kain geringsing didapat dari minyak kemiri. Untuk warna merah bisa didapatkan dari akar pohon mengkudu yang dicampur dengan kapur sirih. Sedangkan warna hitam didapat dari perendaman warna biru dari tanaman Indigo tinctoria dan dilanjutkan dengan perendaman warna merah. Menenun geringsing hanya dapat dilakukan oleh orang-orang dengan keahlian khusus. Dibutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam membuatnya. Geringsing dikenal sebagai tenun ikat ganda yang berarti, baik benang pakan maupun benang lungsi diberi motif melalui teknik pengikatan. Motif

12 geringsing yang membentuk tanda tambah digambarkan sebagai swastika, simbol agama Hindu yang memiliki makna keseimbangan. Warna merah, hitam, putih pun diibaratkan sebagai api, air, dan udara yang menyeimbangkan alam. Kain geringsing biasa digunakan saat ritus-ritus keagamaan dilaksanakan. Masyarakat Bali Aga (Bali Asli) maupun di luar Tenganan percaya bahwa geringsing memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi pemakainya dari sakit dan pengaruh roh jahat. 2.5. Spesifikasi Buku Naskah : Anin Patrajuangga Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia Kerangka : 1. Cover 2. Halaman judul dalam 3. Pembuka 4. Daftar isi 5. Pengantar 6. Peta lokasi Desa Adat Tenganan Pegringsingan 7. Isi 1) Sekilas mengenai tenun Indonesia dan tenun Bali 2) Pembahasan mengenai Desa Adat Tenganan Pegringsingan 3) Pembahasan mengenai kain tenun geringsing 4) Proses pembuatan geringsing 5) Geringsing dan masyarakat 8. Daftar pustaka 2.6. Data Target 2.6.1. Consumer Behaviour Pemerhati seni dan budaya tradisional Indonesia, khususnya di bidang tekstil (tenun) dan juga mengoleksi kain tradisional berikut informasi yang terkandung di dalamnya.

13 2.6.2. Psikografi Tertarik pada seni dan budaya Mengapresiasi seni kerajinan tangan Menyukai kegiatan wisata/travelling Memiliki kecintaan pada warisan budaya Indonesia Berjiwa tenang dan hangat Berwawasan luas 2.6.3. Demografi Jenis Kelamin Usia Kewarganegaraan SES : Pria dan wanita : 40 50 tahun : Indonesia : A B 2.6.4. Geografi Geografis Domisili : Kota-kota besar di Indonesia. Psikologis Memiliki hobi membaca, mengamati perkembangan tekstil dan busana yang menggunakan tekstil asli Indonesia, mempelajari seni tekstil, menghargai value produk-produk Indonesia terutama produk handmade. 2.7. Data Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia merupakan penerbit yang memiliki tradisi memadukan bisnis dan kegiatan sosial. Seperti namanya, pustaka tersenut hendaklah populer: serius dan nikmat. Serius, berarti sanggup memberi

14 pembaca pemahaman yang jernih atas satu perkara dan menggairahkan pembaca untuk memikirkan atau merenungkan suatu perkara lebih jauh lagi. Nikmat, maka bahasanya harus mengalir jelas dan bila perlu disajikan dengan ilustrasi maupun foto-foto menarik agar perkara rumit lebih mudah dipahami. KPG telah banyak menerbitkan buku-buku sosial, biografi, 2.8. Analisa SWOT Strengths : Menyajikan informasi mengenai tenun geringsing dan daerah asalnya, Desa Tenganan Pegringsingan, yang berpotensi untuk lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai destinasi wisata budaya. Weakness : Isi konten tidak dapat berkembang dikarenakan kain geringsing memiliki pakem yang tidak dapat diubah. Opportunities : Belum ada publikasi buku lokal yang secara khusus membahas tenun geringsing yang berpotensi sebagai buku referensi dan dapat dijadikan sumber informasi bagi masyarakat umum hingga profesional. Sebagai wujud nyata pelestarian seni tekstil Indonesia yang mulai terancam punah. Threats : Kurangnya perhatian masyarakat umum terhadap pentingnya keberadaan dan kelestarian tenun geringsing sebagai salah satu warisan budaya dunia yang dimiliki Indonesia.