BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah negara kesatuan RI yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan nasional sebagai upaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan pembiayaan yang besarnya sesuai dengan beban kewenangan

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Negara Indonesia telah sejak lama mencanangkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu membangun prasarana yang sangat dibutuhkan di wilayahnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah membuat Pemerintah menggantungkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian mengalami dua kali revisi yaitu

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum bagi yang dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32/2004 dan terakhir diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sedang berjuang dengan giat untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di setiap provinsi yang ada di Indonesia yang tujuannya dimaksudkan untuk mensejahterakan seluruh penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan melakukan pemerataan pembangunan. Pembangunan ini diharapkan dapat menyentuh dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat, tingkat daerah, kabupaten dan bahkan sampai ke pelosok- pelosok desa. Pembangunan nasional yang sedang digalakan saat ini dimaksudkan untuk mensejahterakan Bangsa Indonesia, di mana hasil-hasil pembangunan dapat menyentuh dan dirasakan manfaatnya keseluruh lapisan masyarakat, baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah bahkan sampai ke pelosok desa. Hal tersebut sesuai dengan arah kebijaksanaan pembangunan yang telah ditetapkan oleh Tap. MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis -Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004 (GBHN Bab I (Pendahuluan)) yaitu : Pembangunan merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan global. Demikian pula sesuai dengan tujuan pembangunan nasional yang tercantum dalam GBHN 1999 yaitu : 1

2 -Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan republik Indonesia. -Masyarakat Indonesia yang demikian itu harus didukung oleh manusia Indonesia yang mandiri, beriman, bertakwa, berahlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tingi serta berdisiplin. Otonomi daerah ialah kewenangan daerah otonom atau masing masing provinsi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat (Pasal 1 Ayat 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Untuk bisa mewujudkan cita cita tersebut, beberapa provinsi di Indonesia menerapkan otonomi daerah yang pada dasarnya adalah upaya melakukan koreksi terhadap berbagai kekurangan terhadap kebijakan yang sebelumnya bersifat terpusat. Desentralisasi dan otonomi daerah pada dasarnya sejalan dengan prinsip demokrasi yang menghargai keberagaman daerah berdasarkan tingkat kemajuan ekonomi secara makro, kekayaan sumber daya alam, dan kualitas sumber daya manusia pada masing masing Provinsi. Sebelum adanya otonomi daerah, tiap provinsi dan kabupaten hanya mengandalkan anggaran dari pemerintah pusat untuk menunjang aktivitas kegiatan daerah selain mengandalkan dari sektor pertanian atau industri yang bergerak di masing masing provinsi. Setelah adanya otonomi daerah, provinsi dan kabupaten diberi kewenangan untuk menjalankan kegiatan ekonominya secara mandiri dengan pantauan Pemerintah Pusat. Dengan adanya otonomi daerah, tiap provinsi dapat mengurangi ketergantungan antara

3 pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta untuk meningkatkan kemandirian daerah dalam mengelola pembangunan sesuai dengan prioritas kebutuhan dan kemampuan daerah masing - masing. Agar tercipta kesejahteraan dan kemakmuran untuk mencapai tujuan tersebut sehingga tercapai pembangunan daerah yang optimal, kegiatan pembangunan juga harus diarahkan kepada pembangunan daerah terutama bagi daerah yang relatif tertinggal. Pembangunan daerah harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat. Untuk mewujudkan pembangunan daerah yang optimal tidaklah semudah yang diperkirakan, karena memerlukan suatu perencanaanperencanaan yang matang dan tentu saja dibutuhkan perjuangan yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilaksanakan oleh para pembuat kebijakan dan pelaku pembangunan, termasuk didalamnya para penyelenggara negara agar pembangunan nasional berjalan dengan berkelanjutan dan berkesinambungan. Maka dari itu, Bangsa Indonesia saat ini mulai mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut dengan memulai pembangunan di daerah yang diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggungjawab.

4 Dalam menyelenggarakan pembangunan daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, maka strategi pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan secara berencana, bertahap dan berkesinambungan menuntut adanya bobot, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu dibutuhkan adanya Keuangan Daerah, khususnya penerimaan yang dihimpun dari sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdapat pada setiap daerah, yaitu yang berupa hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan lain-lain hasil usaha daerah yang sah. PAD sebagai salah satu sumber dana pembangunan daerah juga merupakan suatu konsekuensi yang tidak dapat di hindari bilamana volume pembangunan daerah yang diinginkan terus -menerus mengalami peningkatan. Secara umum kemampuan keuangan dipandang sebagai tolok ukur atau kriteria kemampuan suatu daerah menyelenggarakan tugas tugas pembangunannya. Namun penghimpunan PAD itu sendiri tentu saja tidak datang begitu saja dengan mudah dan cepat didapat. Dibutuhkan suatu penggalian-penggalian potensi dari daerah yang dapat mempertinggi jumlah dana keuangan daerah khususnya PAD. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan adanya prakarsa, kreativitas dan kemauan dari masyarakat dan sudah tentu aparat pemerintah sebagai motor penggerak. Bagaimanapun juga terkadang suatu usaha yang keras belum tentu dapat membuahkan hasil yang memuaskan, sebagaimana jika kita lihat selama berjalannya pembangunan daerah, penerimaan yang didapat dari PAD masih belum sepenuhnya dapat mencukupi pembangunan yang sedang dijalankan.

5 Hal ini belum sesuai dengan apa yang diharapkan bahwa kemampuan daerah untuk melaksanakan otonomi secara nyata dan bertanggungjawab masih belum berjalan dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan banyak urusan rumah tangga atau isi otonomi yang mampu atau yang sanggup dilaksanakan secara nyata masih tetap membutuhkan bantuan sebagaimana Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) selama ini, yang berarti pemerintah mempunyai kewajiban dalam membina daerah. Hal ini dapat juga berarti bahwa adanya indikator ketergantungan dari pemerintah daerah terhadap pemberian DAU dan DAK serta bantuan pemerintah pusat. Adanya pemberian dana alokasi dari pemerintah pusat atau sering disebut sebagai Dana Alokasi Umum ( DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) juga dimaksudkan untuk membantu membiayai rumah tangga daerah di dalam melaksanakan pembangunan, juga untuk membiayai hal-hal yang khusus. Dalam hal ini juga diharapkan bahwa di masa yang akan datang tidak lagi bergantung pada bantuan dari pemerintah pusat. Di masa datang daerah harus mandiri dalam menggali PAD termasuk mengatur manajemennya. Dapat digaris bawahi bahwa PAD, DAU dan DAK merupakan suatu komponen dari keuangan daerah yang akan membiayai segala operasional pembangunan yang ada di suatu daerah. Tentu saja pembiayan tersebut akan menghasilkan suatu hasil pembangunan, kita akan mendapatkan suatu output atau dapat di sebut sebagai Pertumbuhan Ekonomi ( PDRB ).

6 Tingkat tinggi rendahnya PAD, DAU dan DAK tentu saja secara otomatis akan mempengaruhi tingkat tinggi-rendahnya PDRB dalam suatu daerah atau suatu wilayah tertentu pada suatu waktu tertentu pula, umumnya dalam jangka waktu satu tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Indikator tersebut tidak hanya menunjukan bagaimana hasil-hasil pembangunan tersebut di distribusikan dan siapa saja yang sesungguhnya menikmati pertumbuhan ekonomi tetapi seberapa jauh pembangunan telah berhasil mensejahterakan masyarakatnya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Pengangguran, dan Pengeluaran Konsumsi. Bagi daerah yang mempunyai banyak potensi, seperti potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia, tentu saja akan menghasilkan PAD dengan jumlah yang sangat tinggi apalagi jika ditambahkan dengan DAU dan DAK yang diberikan oleh pemerintah pusat. Maka tentu saja secara otomatis tingkat Pertumbuhan Ekonomi daerah tersebut akan tinggi, yang menandakan bahwa pembangunan di daerah tersebut berjalan dengan baik karena biaya pembangunan yang tercukupi. Sedangkan bagi daerah yang potensi sumber dayanya kurang, tentu saja jumlah PAD yang dimiliki kurang memuaskan atau dapat dikatakan rendah walaupun sudah ditambahkan dengan DAU dan DAK yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dalam kasus ini tentu saja tingkat Pertumbuhan

7 Ekonominya cenderung rendah atau dapat juga dikatakan bahwa pembangunan yang sedang berlangsung di daerah ini tidak berjalan dengan baik. Maka, daerah dalam kondisi seperti inilah yang harus dapat menggali potensi lain yang ada di wilayahnya untuk dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Begitu banyak potensi yang dimiliki oleh provinsi DI Yogyakarta yang tentu saja mempengaruhi jumlah Pendapatan Asli daerah (PAD) yang diterima oleh provinsi D.I Yogyakarta, sehingga apabila digunakan secara tepat sasaran dan bijaksana pastilah akan terus mendorong laju pertumbuhan perekonomian provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Maryati dan Endrawati (2010) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi : Studi Kasus Sumatera Barat. Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan objek studi penelitian pada kabupaten dan kota di provinsi D.I. Yogyakarta periode 2006-2013 untuk membedakan dengan penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Oleh karena itu, penulis mengambil judul: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

8 (STUDI KASUS : PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERIODE 2006-2013). B. Perumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan oleh penulis berdasarkan latar belakang adalah : 1. Apakah ada pengaruh Pendapatan Asli daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Provinsi D.I. Yogyakarta selama tahun 2006-2013? 2. Apakah ada pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Provinsi D.I. Yogyakarta selama tahun 2006-2013? 3. Apakah ada pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Provinsi D.I. Yogyakarta selama tahun 2006-2013? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan jawaban atas perumusan masalah yaitu : 1. Menganalisis pengaruh Pendapatan Asli daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Provinsi D.I. Yogyakarta selama tahun 2006-2013. 2. Menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Provinsi D.I. Yogyakarta selama tahun 2006-2013.

9 3. Menganalisis pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Provinsi D.I. Yogyakarta selama tahun 2006-2013. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah, skripsi ini diharapkan dapat dijadikan kajian di dalam mewujudkan cita-cita pemerintah mengenai pemerataan pembangunan yang ada di seluruh wilayah Indonesia serta dapat menjadi dasar perhitungan pemerintah untuk meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi khususnya D.I. Yogyakarta. 2. Bagi tiap-tiap provinsi, penulisan skripsi ini dapat digunakan sebagai analisis dari besarnya pengaruh atau kontribusi riil yang diberikan oleh Realisasi PAD ( Pendapatan Asli Daerah), Dana Alokasi Umum ( DAK) dan Dana Alokasi Khusus ( DAK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebuah provinsi khususnya provinsi D.I. Yogyakarta. 3. Bagi masyarakat, penulisan skripsi ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang sumber-sumber penerimaan Pemerintah Daerah serta sejauh mana faktor-faktor lain dapat mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. 4. Dan bagi penulis, penulisan skripsi ini adalah upaya untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana di bidang Ilmu Ekonomi tempat saya menuntut ilmu perkuliahan.

10 E. Sistematika Penulisan Agar diperoleh gambaran yang cukup jelas mengenai apa yang dibahas dalam skripsi ini, maka disusun sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini pendahuluan akan diuraikan pandanganpandangan yang bersifat umum mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan sistematika Penulisan. Latar belakang memberikan uraian mengenai hal yang melatarbelakangi permasalahan yang perlu diteliti. Perumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, untuk meneliti hubungan antara faktor-faktor yang diduga mempengaruhi fakta yang ada. Tujuan penelitian untuk menjelaskan secara singkat penulisan bagi pembaca dan penulis sendiri. Sistematika penulisan untuk memudahkan dalam penulisan dengan membagi-bagi bab dari skripsi. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis akan memberikan suatu analisa berdasarkan penelitian terdahulu, landasan teori yang ada mengenai Keuangan Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), Kerangka Pikir Penelitian, dan perumusan hipotesis.

11 BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini penulis akan membahas tentang Definisi Operasional Variabel, Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel, Metode Pengumpulan Data, Analisis Data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini hasil penelitian yang mencakup gambaran umum tentang obyek penelitian, serta hasil pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah yang di bahas. Penulis juga melakukan analisis data untuk mencapai tujuan penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan dan penulis mencoba memberikan saran yang mungkin berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.