BAB IV HASIL DAN PEMBAI'ASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODA

BAB 3 METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BABm METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

Bab III Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

3 Percobaan dan Hasil

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA KULIT BATANG JABON (Anthocephalus cadamba (ROXB.) MIQ

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA DALAM EKSTRAK n-heksan DARI BUAH TANAMAN KAYU ULES (Helicteres isora L.)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret Juli 2014, bertempat di

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAT A PENGANTAR. Pekanbaru, Desember Penulis. iii

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI ETIL ASETAT PADA KULIT BATANG TUMBUHAN CERIA (Baccaurea hookeri)

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

Isolasi Senyawa Fenolat dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Gandaria

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebanyak 400 gram sampel halus daun jamblang (Syzygium cumini)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder pada Ekstrak Metanol Tumbuhan Suruhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II METODE PENELITIAN

ISOLASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN Nerium oleander

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOL DARI EKSTRAK METANOL BIJI PEPAYA (Carica Papaya Linn)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAI'ASAN 4.L Hasil 4.LL Isolasi daun Sauropus androgynus (L.) Merr Sebanyak 677,8 gram daun Sauropus androgynus (L.) Merr kering yang telah dihaluskan dimaserasi dengan pelarut n-heksana, hingga diperoleh ekstrak total n-heksana sebanyak 32,2 gram (4,75%), ekstrak kental total yang diperoleh berwama hijau tua. Residu hasil maserasi ini dikering-anginkan dan dimaserasi lagi dengan menggunakan pelarut metanol sehingga diperoleh ekstrak kental dari total metanol berwama cokeiat kehitaman sebanyak 43,3 gram (6,39%). Maserasi ini dilakukan secara berulang-ulang sampai maserat tidak berwama lagi. 4.L2. Pengajian ekstrak total dengan plat KLT Masing-masing dari ekstrak total n-heksana dan metanol dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah komponen yang dikandung oleh masing-masing ekstrak. Hasil uji KLT dapat dilihat pada Tabel 1 dan kromatogram pada Lampiran 4. Tabel 1. Hasil uji KLT masing-masing ekstrak total No Eluen 1 n-heksana: etil asetat (5:5) HargaRf Ekstrak n-heksana Metanol 0,20 ; 0,32 ; 0,42 ; 0,52 ; 0,62; 0,70; 0,82 0,22; 0,44; 0,58; 0,62 2 etil asetat: metanol (8 : 2) 0,64; 0,72 0,68; 0,78 4.U. Pemisahan dengan kromatografi vakum cair (VLC) Pemisahan dengan kromatografi vakum cair menggunakan 5 gram ekstrak total n-heksana. Pengelusian dilakukan dengan berbagai eluen yang memiliki kepolaran yang meningkat dari n-heksana 100%, perbandingan n-heksana-etil asetat, sampai perbandingan etil asetat-metanol (1:9). Dari hasil pemisahan 26

dengan kromatografi vacum cair diperoleh 20 fraksi. Pelarut yang ada diuapkan dengan rotary evaporator dan selanjutnya dilakukan uji KLT untuk mengetahui jumlah komponen dari masing-masing fraksi. Tabel 2. Hasil fraksinasi ekstrak n-heksan Fraksi Eluen Jumlah (g) Wama Fl n-heksana 100% 0,071 Minyak putih pucat F2 n-heksana : etil asetat (9:1) 0,827 Minyak Orange F3 n-heksana : etil asetat (8:2) 0,938 Minyak Kuning kecokelatan F4 n-heksana : etil asetat (7:3) 0,539 Minyak Kuning kehijauan F5 n-heksana : etil asetat (6:4) 0,15 Minyak Hijau kehitaman F6 n-heksana : etil asetat (5:5) 0,08 Minyak Cokeiat kehitaman F7 n-heksana : etil asetat (4:6) 0,061 Minyak Kuning kecokelatan F8 n-heksana : etil asetat (3:7) 0,025 Minyak Kuning kecokelatan F9 n-heksana : etil asetat (2:8) 0,011 Minyak Kuning kecokelatan FIO n-heksana : etil asetat (1:9) 0,005 Minyak Kuning kecokelatan Fll etilasetat 100% 0,008 Padatan Hijau kecokelatan F12 etil asetat: metanol (9:1) 0,013 Padatan Hijau kecokelatan F13 etil asetat: metanol (8:2) 0,017 Padatan Hijau kecokelatan F14 etil asetat: metanol (7:3) 0,016 Padatan Hijau kecokelatan F15 etil asetat: metemol (6:4) 0,073 Padatan Hijau F16 etil asetat: metanol (5:5) 0,115 Padatan Hijau F17 etil asetat: metanol (4:6) 0,003 Padatan Hijau F18 etil asetat: metanol (3:7) 0,007 Padatan Hijau kebiruan F19 etil asetat: metanol (2:8) 0,002 Padatan Hijau kebiruan F20 etil asetat: metanol (1:9) 0,003 Padatan Hijau kebiruan 4.L4. Pengujian hasil kromatografi vacum cair dengan KLT Fraksi dari ekstrak n-heksana diuji KLT menggunakan eluen n-heksana: etilasetat (1:1). Hasil uji KLT ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan kromatogramnya pada Lampiran 5. Dari Tabel 3 fiaksi 1 (n-heksan 100%) menunjukkan 1 noda. Fraksi 1 (n-heksan 100%) ini dilakukan uji KLT untuk berbagai eluen. Hasil uji KLT untuk fraksi n-heksan 100% dapat diihat pada Tabel 4 dan kromatogramnya pada Lampiran 6. Dari hasil uji ini diasumsikan senyawa tersebut sudah mumi, dan diberi kode DK 1. 27

Tabel 3. Hasil uji KLT masing-masing fraksi No Ekstrak n-heksana Fraksi Rf dengan eluen n-heksana : etil asetat (1:1) I Fl 0,90 2 F2 0,82 ; 0,88 3 F3 0,64 ; 0,78 4 F4 0,43 ; 0,78 5 F5 0,58 ; 0,66 ; 0,76 6 F6 0,42 ; 0,50 ; 0,62 7 F7 0,24 ; 0,34 ; 0,40 ; 0,50 8 F8 0,12; 0,22 9 F9 0,12; 0,22 10 FIO - 11 Fll - 12 F12-13 F13-14 F14-15 F15-16 F16-17 F17-18 F18-19 F19-20 F20 - Tabel 4. Hasil uji KLT DK 1 Eluen Harga Rf Keterangan n-heksan 100% 0,48 1 noda n-heksan : diklorometan (9:1) 0,64 1 noda 4.1.5. Pengujian hasil kromatografi kolom dengan KLT Sebanyak 0,9 g padatan dari fraksi ke 3 ekstrak n-heksan dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 (0,063-0,200 mesh) dan fase gerak n-heksana, etilasetat, metanol dengan sistem SGP atau ''Step Gradient Polarity" yaitu dengan menggunakan pelarut yang kepolarannya ditingkatkan secara perlahan-lahan sehingga didapatkan pemisahan yang baik. Sebelum sampel dimasukkan ke dalam kolom kromatografi kolom, sampel terlebih dahulu dipreabsorbsi agar silika gel menyerap senyawa yang ada di dalam sampel secara merata sehingga proses pemisahan lebih baik. Hasil pemisahan fraksi ke 3 ekstrak n-heksan dengan kromatografi kolom diperoleh 90 28

vial dan dilakukan uji KLT dengan eluen n-heksan : etil asetat (8:2) dan kromatogramnya pada Lampiran 7. Tabel 5. Hasil uji KLT kromatografi kolom fraksi 3 ekstrak n-heksan No Vial Harga Rf Keterangan 5 0,41 ; 0,56 ; 0,62 ; 0,72 4 noda 10 0,41; 0,56; 0,62; 0,72 4 noda 15 0,40; 052; 0,54; 0,6 4 noda 20 0,30; 0,48 2 noda 25 0,36 1 noda 30 0,36 1 noda 35 - Noda tidak ada 40 - Noda tidak ada 45 - Noda tidak ada 50 - Noda tidak ada 55 - Noda tidak ada 60 - Noda tidak ada 65 - Noda tidak ada 70 - Noda tidak ada 75 - Noda tidak ada 80 - Noda tidak ada 85 - Noda tidak ada 90 - Noda tidak ada Dari hasil KLT tersebut temyata fraksi pada vial 5 sampai 10 menunjukkan noda yang sama, maka dijadikan fi^si gabungan yang diberi kode Gl. Begitu juga untuk fraksi pada vial 25 sampai 30 dijadikan fiaksi gabungan yang diberi kode G2. Hasil uji KLT untuk Gl dan G2 dapat dilihat pada Tabel 6. Uji KLT dilakukan dengan eluen n-heksan : etil asetat (8:2) dan kromatogramnya pada Lampiran 7. Tabel 6. Hasil uji KLT untuk G1, vial 15, vial 20 dan G2 No Vial Harga Rf Keterangan Gl 0,40 ; 0,50 ; 0,60 ; 0,70 4 noda 15 0,32; 0,42; 0,50; 0,60 4 noda 20 0,36; 0,42 2 noda G2 0,32 1 noda Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa vial 25 sampai 30 menunjukkan 1 noda. Vial tersebut dilakukan penggabungan untuk dilakukan KLT. Hasil uji KLT untuk m

gabungan senyawa ini dapat diihat pada Tabel 7 dan kromatogramnya pada Lampiran 8. Dari hasil uji ini diasumsikan senyawa tersebut sudah mumi, dan diberi kode DK 2. Tabel 7. Hasil uji KLT senyawa DK 2 Eluen Harga Rf Keterangan n-heksan : etil asetat (9:1) 0,20 1 noda n-heksan : etil asetat (8 : 2) 0,40 I noda 4.L6. Hasil karakterisasi spektroskopi ultraviolet (UV) Spektroskopi UV ini digunakan untuk melihat ada tidaknya ikatan rangkap yang terkonjugasi yang dikandung oleh sampel. Spektroskopi UV senyawa DK 1 memperlihatkan adanya serapan maksimum pada 237 nm, serapan ini berasai dari pelarut, dapat dilihat pada Gambar 8. Spektroskopi UV senyawa DK 2 memperlihatkan adanya serapan maksimum pada 244 nm, serapan ini berasai dari pelarut, dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Spektrum UV senyawa DK 2

4.1,7. Hasil karakterisasi spektroskopi inframerab (IR) Spektroskopi IR ini digunakan untuk melihat vibrasi ikatan dan gugus fungsi yang dikandung oleh sampel. Spektroskopi IR senyawa DK 1 memperlihatkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 2953 cm"', 2918 cm', 2848 cm'', 1460 cm"', 1377 cm"', dan 721 cm', seperti Gambar 10. Spektroskopi IR DK 2 memperlihatkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 2927 cm"', 2854 cm"', 1712 cm"', seperti Gambar II. h) ikao' Hthtt laxi uiixi tuit ' trtiii'i/.-n Gambar 10. Spektrum IR senyawa DK 1 Gambar 11. Spektrum IR senyawa DK 2 31

4.1.8. Hasii l(aral(terisasi spelctrosliopi NMR Dari speictrum ' H-NMR dan '^C-NMR senyawa DK 1 dan DK 2 dapat diinformasiican adanya rantai alkil alifatik, seperti pada gambar dibawah ini. a- A... i J ill li illi S3i i S Gambar 12. Spektrum 'H-NMR senyawa DK 1 I J j a" "! "a y/%. i IIS I im^ iiiil f Gambar 13. Spektrum 'H-NMR senyawa DK 2 m

=1 si 3^ JL 13B.S I!«. ioa«m.o _ A 70.0 ««.o ao.e ill Gambar 14. Spektrum '^C-NMR senyawa DK 1 TUS mf#ih^m ininiiniiiiiiiy 2204 211.0 200.0 1*0.0 180.0 injt lujt 1S»J» IMJ IMJ) 120J) 110.0 100.0 M.O 70.0 00.0 504 M.O A Gambar 15. Spektrum '^C-NMR senyawa DK 2 33

4.1.9. Hasil analisis GC-MS Analisis GC-MS dilakukan untuk mengetahui berat moiekul dari suatu senyawa. Hasil analisis GC-MS senyawa DK 1 dan DK 2 dapat dilihat pada gambar 16 dan 17. I li.oi8.624 i \ 10.0 20.0 30.0 40.0 60.0 65 0 Gambar 16. Kromatogram GC-MS senyawa DK 1 1.2:3.006 50.0 min Gambar 17. Kromatogram GC-MS senyawa DK 2 Adapun perkiraan senyawa yang diperoleh untuk DK 1 dapat dilihat pada Lampiran 10 s/d Lampiran 15. Sedangkan untuk DK 2 dapat dilihat pada Lampiran 16 s/d Lampiran 21. 34

4.1.10. Uji aktivitas antimikrobial Uji aictivitas antimikroba dilakukan pada fraksi n-heksan F2 F3, F4, F5, F6, F7-F8, senyawa DK I dan DK 2 dengan konsentrasi 100 ^g/nl terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus serta fiingi Candida albicans. Fraksi n-heksan dan isolat yang dihasilkan tidak memiliki kemampuan sebagai antibakteri maupun antifiingi. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya zona bening di sekitar kertas cakram sampel. Sedangkan kontrol positif yang mengandung streptomisin sulfat untuk E. coli memberikan zona bening 20 mm dan S. aureus memberikan zona bening 20 mm dan kontrol positif yang mengandung ketokonazol untuk fungi C. albicans memberikan zona bening 10 mm. 4.2. Pembafaasan 4.2.1. Isolasi senyawa kimia daun katu Isolasi senyawa kimia dari daun katu dimulai dengan menghaluskan daun sampai berbentuk bubuk, ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan sampel agar kontak antara sampel dan pelarut semakin basar sehingga memperbesar kelarutan senyawa kimia yang ada pada sampel. Sebanyak 677,8 g sampel kering daun katu yang telah dihaluskan dimaserasi dengan pelarut n- heksana, karena maserasi merupakan metoda isolasi yang cocok untuk bagian tumbuhan yang lunak seperti daun dan bunga. Maserasi ini dilakukan selama ± 24 jam secara berulang-ulang sampai maseratnya agak jemih, sebelum maserat disaring dilakukan ultrasonikasi selama ± 2 x 30 menit, ini bertujuan untuk memperbesar kelarutan senyawa kimia ke dalam pelarut. Karena gelombang ultrasonik yang dikeluarkan alat ini dapat menggetarkan sampel sehingga senyawa kimia yang ada di dalam sampel akan keluar dan larut dalam pelarut yang digunakan. Maserat yang diperoleh disaring dengan kapas, kemudian digabungkan dan pelarutnya diuapkan dengan alat rotary evaporator. Alat ini bekeija dalam keadaan vakum, tekanan uap pelarut akan menjadi turun dan pelarut akan mendidih pada temperatur lebih rendah dari titik didihnya sehingga dapat mengurangi kerusakan senyawa yang ada dalam sampel. Ekstrak kental n- heksana yang diperoleh berwama hijau tua sebanyak 32,2 gram (4,75%). Residu 35

hasil maserasi dikeringkan di udara terbuka, kemudian dilanjutkan maserasi dengan menggunakan pelarut dan metanol, dengan perlakuan yang sama maka diperoleh ekstrak kental metanol berwama coklat kehitaman sebanyak 43,3 gram (6,39%). Maserasi ini dilakukan berdasarkan perbedaan kelamtannya, senyawa yang nonpolar akan terdistribusi ke dalam pelamt yang nonpolar yaitu n-heksana, sedangkan senyawa yang polar akan terdistribusi ke dalam pelamt polar yaitu metanol. Sebelum dilakukan pemisahan dengan kromatografi vacum cair (VLC) terlebih dahulu dilakukan uji dengan KLT terhadap masing-masing ekstrak, ini bertujuan untuk menentukan eluen yang sesuai pada uji KLT. Pemisahan pertama kali dilakukan dengan menggunakan kromatografi vacum cair (VLC), 5 gram ekstrak n-heksana dipreadsorpsi lalu dimasukkan kedalam kolom VLC untuk dielusi dengan berbagai eluen yang memiliki kepolaran meningkat dari n-heksana 100%, perbandingan n-heksana-etilasetat sampai etilasetat-metanol (1:9). Dari hasil pemisahan dengan kromatografi vacum cair ini masing-masing ekstrak memperoleh 20 fi^i. Sebelum dilakukan pemisahan lebih lanjut dengan kromatografi kolom maka masing-masing fiaksi dilakukan uji KLT. Berdasarkan proses pemisahan dengan uji KLT diperoleh senyawa DK 1 berwama putih pucat. Untuk F3 dilanjutkan dengan kromatografi kolom. Dari proses pemisahan dengem kromatografi kolom dilakukan lagi uji KLT sehingga diperoleh senyawa DK 2 berwama hijau kehitaman. 4.2.2. Karakterisasi spektroskopi UV Analisis spektrum ultraviolet senyawa DK 1 dalam pelamt kloroform memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 237 nm dan untuk senyawa DK 2 dalam pelamt kloroform memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 244 nm, serapan ini mempakan serapan dari pelamt yang digunakan sehingga senyawa DK 1 dan DK 2 tidak memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. 36

4.2.3. Karakterisasi spektroskopi IR Analisis spektrum inframerah pada senyawa DK 1 memberikan informasi bahwa pita serapan pada gelombang 2953 cm'', bilangan gelombang 2918 cm'' dan 2848 cm' menunjukkan vibrasi ulur C-H alkana, bilangan gelombang 1460 cm'' menunjukkan vibrasi tekuk CH dari -CH2-, bilangan gelombang 1377 cm'' menunjukkan vibrasi tekuk CH dari -CH3, dan bilangan gelombang 721 cm', menunjukkan vibrasi tekuk senyawa rantai panjang alifatik (> 4 spesi CH2). Spektrum IR DK 2 memperlihatkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 2927 cm', bilangan gelombang 2854 cm' menunjukkan vibrasi ulur CH alifatik, dan bilangan gelombang 1712 cm' menunjukkan adanya gugus C=0. 4.2.4. Karakterisasi spektroskopi NMR Analisis spektrum 'H-NMR dan '^C-NMR pada senyawa DK 1 memberikan informasi bahwa pada senyawa DK 1 terdapat rantai panjang alkil alifatik pada pergeseran kimia 0,84; 0,86; 0,88; 0,90; 1,26; 1,29; 1,60; 1,68; 1,68; 1,97; 1,99 dan 2,07 dan mempunyai atom karbon sebanyak 21 yaitu pada pergeseran kimia 14,31; 16,19; 16,23; 17,87; 22,89; 25,89; 26,85; 26,96; 28,47; 29,57; 29,90; 30,23; 32,12; 37,29; 39,92; 39,94; 124,46; 124,49; 131,44, 135,09 dan 135,30. Dari data NMR dapat dilihat bahwa senyawa DK 1 termasuk dalam golongan alkana atau alifatik rantai panjang. Analisis spektrum 'H-NMR senyawa DK 2 menunjukkan adanya metoksi pada pergeseran kimia 3,7 ppm dan ' 'C-NMR senyawa DK 2 menunjukkan adanya rantai panjang alkil alifatik pada pergeseran kimia 0,96; 0,97; 0,99; 1,25; 1,32; 2,33; 2,34; 2,36; 2,79 dan 2,80. Dari data NMR dapat diperkiraan bahwa senyawa DK 2 termasuk golongan ester. 4.2.5. Karakterisasi spektroskopi GC-MS Berdasarkan analisis spektroskopi GC-MS ada beberapa asumsi mengenai senyawa DK 1. Asumsi pertama merupakan hasil analisis spektrum MS yang dilakukan berdasarkan puncak kromatogram GC pada waktu retensi 18,73. Dari spektrum MS ini diperkirakan senyawa DK 1 adalah metil dodekanoat (C13H26O2) 37

dengan berat moiekul 214. Senyawa metil dodatanj. i memiliki gugus C==0 dan OMe, sementara dari spektrum UV, IR dan aa senyawa DK I tidak terlihat adanya kedua gugus tersebut sehingga darai c -loulkan bahwa senyawa DK I bukan metil dodekanoat. Asumsi kedua merupakan hasil analisif ixrr::r;m MS yang dilakukan berdasarkan puncak kromatogram GC pada waiiu -er:;: 23,65. Dari spektrum MS ini diperkirakan senyawa DK I adalah ner. iradekanoat (C1SH30O2) memiliki berat moiekul 242. Senyawa metil tgncr-u.oat ini memiliki gugus C=0 dan OMe, sementara dari spektrum UV, IR iar ^ R pada senyawa DK I tidak terlihat adanya kedua gugus tersebut sehngg:.rat disimpulkan bahwa senyawa DK I bukan metil tetradekanoat. Asumsi ketiga merupakan hasil analisis ^3^r:m MS yang dilakukan berdasarkan puncak kromatogram GC pada waoi Tcr.si 28,06. Pada asumsi yang ketiga dinyatakan bahwa senyawa DK mn metil heksadekanoat (C17H34O2) dengan berat moiekul 270. Asuma iir im tidak sesuai dengan karakterisasi UV, IR dan NMR., r v c Asumsi keempat merupakan hasil analisis si7^".r:m MS yang dilakukan berdasarkan puncak kromatogram GC pada waku rer.i:: 42,36. Asumsi kelima merupakan hasil analisis spektrum MS yang.5iaai;;iui berdasarican puncak kromatogram GC pada waktu retensi 47,64. Asam ;enam merupakan hasil analisis spektrum MS yang dilakukan berdasariai pun-\ Kromatogram GC pada waktu retensi 55,30. Asumsi yang keempat, keima ri ^eenam sesuai dengan hasil karakterisasi UV yang menyatakan bahwa ssayess;...i tidak memiliki ikatan rangkap tericonjugasi, hasil karakterisasi IR merjacsia :3ahwa senyawa DK 1 memiliki senyawa rantai panjang alifatik (> 4 spesi CI ada karakterisasi NMR menyatakan bahwa senyawa DK 1 memiliki ser- va alkil alifatik. Pada karakterisasi GC-MS menyatakan bahwa senye*a I (10) adalah senyawa heneikosan (C21H44) dengan berat moiekul 296. (10) 38

Berdasarkan analisis spektroskopi GC-MS ada beberapa asumsi mengenai senyawa DK 2. Asumsi pertama hasil analisis spektrum MS yang dilakukan berdasarkan puncak kromatogram GC dengan waktu retensi 9,20 yang diperkirakan senyawa DK 2 merupakan naftalen (CioHg) dengan berat moiekul 128. Senyawa naftalen ini merupakan suatu senyawa aromatik. Senyawa ini tidak mungkin terjadi untuk senyawa DK 2 karena senyawa naftalen memiliki ikatan rangkap terkonjugasi, hal ini bertentang dengan karakterisasi UV yang menyatakan bahwa senyawa DK 2 tidak memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Senyawa tidak memiliki gugus C=0, hal ini bertentangan dengan karakterisasi IR untuk senyawa DK 2 karena pada IR senyawa DK 2 memiliki gugus C=0 yang terdapat pada bilangan gelombang 1712 cm"'. Pada NMR dinyatakan bahwa senyawa DK 2 memiliki senyawa alkil allifatik yang bertentangan dengan naftalen. Asumsi kedua merupakan hasil analisis spektrum MS yang dilakukan berdasarkan punaik kromatogram GC pada waktu retensi 18,73. Perkiraan kedua menyatakan bahwa senyawa DK 2 adalah metil dodekanoat {C13H26O2) memiliki berat moiekul 214. Asumsi ketiga merupakan hasil analisis spektrum MS yang dilakukan berdasarkan puncak kromatogram GC pada waktu retensi 23,65. Pada asumsi yang ketiga dinyatakan bahwa senyawa DK 2 adalah metil tetradekanoat (C15H30O2) dengan berat moiekul 242. Asumsi ini juga tidak sesuai dengan karakterisasi UV, IR dan NMR. Asumsi keempat merupakan hasil analisis spektrum MS yang dilakukan berdasarkan puncak kromatogram GC pada waktu retensi 27,98. Asumsi kelima merupakan hasil analisis spektrum MS yang dilakukan berdasarkan puncak kromatogram GC pada waktu retensi 28,06. Senyawa yang terdeteksi pada puncak ini adalah metil heksadekanoat. Senyawa ini memiliki gugus OMe dan merupakan senyawa ester. Asumsi yang keenam sesuai dengan hasil karakterisasi UV yang menyatakan bahwa senyawa ini tidak memiliki ikatan rangkap terkonjugasi, hasil karakterisasi IR menyatakan bahwa senyawa DK 2 memiliki senyawa rantai panjang alifatik (> 4 spesi CH2) dan memiliki gugus C=0. Pada karakterisasi NMR menyatakan bahwa senyawa DK 2 memiliki senyawa alkil alifatik dan 39

metoksi. Pada karakterisasi GC-MS menyatakan baliwa senyawa DK 2 (11) adalah senyawa metil heksadekanoat (C-7H34O2) dengan berat moiekul 270. O (11) 4.2.6. Uji aktivitas antimiiu-obial Uji aktivitas antimikrobial terhadap fraksi dan isolat n-heksan dilakukan dengan metode difiisi cakram pada konsentrasi 100 ng/fil. Senyawa tersebut dilarutkan dalam kloroform, sehingga larutan kloroform berfiingsi sebagai kontrol negatif, sedangkan sebagai kontrol positif pada bakteri digunakan antibiotik streptomisin sulfat dan pada jamur digunakan kontrol positif ketokonazol. Untuk mendapatkan sampel sebanyak 100 \ig, sebanyak 1 mg sampel dilarutkan dalam 100 larutan kloroform. Pada prosedur ini, kertas cakram tidak dicelupkan dalam larutan sampel, tetapi diteteskan sedikit demi sedikit lalu ditunggu hingga kering. Kemudian kertas cakram diletakkan pada media agar yang telah memadat. Tujuan pengeringan larutan ini adalah agar pelarut menguap dan sampel akan tinggal di kertas cakram, sehingga sampel tersebut yang diharapkan memiliki aktivitas sebagai antimikrobial bukan pelarut tersebut yang dapat menghambat aktivitas antimikrobial. Uji aktivitas antimikrobial dari senyawa heneikosan, metil heksadekanoat, F2, F3, F4, F5, F6, F7 dan F8 terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dan fiingi C. albicans tersebut menunjukkan hasil negatif Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya zona bening di sekitar cakram yang berarti senyawa uji tidak mengandung gugus aktif antimikrobial. Hasil ini menunjukan bahwa: 1) Senyawa tersebut tidak memiliki gugus aktif yang dapat menghambat sistesis dinding sel, seperti cincin P-laktam yang dapat berikatan dengan enzim transpeptidase sehingga menghambat pembentukan ikatan silang jembatan pentaglisin dan tetrapeptida- D-Alanin 2) Senyawa yang dianalisis tidak memiliki ikatan glikosida seperti yang terdapat pada streptomisin 40

schingp 5cr -a tersebut tidak dapat berikatan dengan subunit 308 ribosom dan tidak -eniiiii-oat proses inisiasi sintesis protein 3) Senyawa uji tidak meng2-.iun. :iipeptida yang dapat berikatan dengan fosfolipid membran sehing :i i^i. lerubah permiabilitas membran plasma 4) Semua senyawa uji tidak rr-iti^ji-p.g gugus aktif makrolida yang dapat menghambat sintesis mrna. 5) Ser;.a^^ : juga tidak mengandung gugus aktif antimetabolit yang menyerjpa: :5A sehingga tidak dapat menghambat reaksi enzim yang terlibat dalam sjaie;; lamin asam folat. Senyawa uji juga tidak menghambat reaksi enzim yint -r-noentuk metabolit penting lainnya. V,r;:;"i Wijono (2003) tanaman ini sering digunakan untuk pengobatan demam. )rok,frambusia,diuretik, dan terutama untuk memperlancar ASI (WijoDCu Zi Berdasarkan data penelitian ini daun katu terbukti tidak dapat menghanto:-- meri S.aureus, E.coli dan fungi C.albicans. 41