BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB 1 PENDAHULUAN. penguasaan IPTEK oleh masyarakat Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. undang-undang No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang sisdiknas dikatakan bahwa. lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak aspek yang harus diperbaiki secara terus-menerus. Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan selalu dilaksanakan oleh pemerintah. Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Yolanda Dian Nur Megawati & Annisa Ratna Sari Halaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), motivasi belajar, dan hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara maka semakin besar peluang kemajuan yang akan dicapai. Seiring

BAB VI PENUTUP. 1. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Barisan dan Deret dengan. penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB 1 PENDAHULUAN. depan suatu bangsa karena kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa. Pendidikan itu sendiri adalah usaha sadar dan terencana

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya yang tercantum pada Undang-undang No. 20 Tahun Sejalan dengan pernyataan di atas, Munib (Daryanto, 2004: 34)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pembimbing Penelitian, P.Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kepribadian seseorang akan dibangun. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun pengertian pendidikan dinyatakan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM harus dimiliki. Kesadaran tentang arti pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakekatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Pada hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Pendidikan memegang peran yang sangat penting bagi manusia karena pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. 2 Pendidikan diperlukan manusia demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Bab I pasal 1 dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 3 1 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Teras, 2009), hal. 1 2 Ibid, hal. 28 3 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2003), hal. 5 1

2 Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan strategi dalam meningkatkan sumber daya manusia. 4 Penyelenggaraan pendidikan tersebut tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai, karena tercapai tidaknya tujuan pendidikan merupakan tolak ukur keberhasilan dari suatu penyelenggaraan pendidikan. Menurut Bruner menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membebaskan masyarakat dan membantu para peserta didik dalam mengembangkan potensi mereka secara penuh. 5 Tujuan dari setiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah diterapkan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu : Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6 Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang dialami peserta didik. Peserta didik yang belajar akan mengalami adanya perubahan yang diharapkan setelah mengalami proses pendidikan, baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun 4 Nana Sudjana. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), hal. 2 5 Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hal. 196 6 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2003), hal. 6

3 kehidupan masyarakat dari alam sekitarnya dimana individu itu hidup. 7 Keberhasilan peserta didik dalam pendidikan dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan pelajaran dan hasil belajar peserta didik tersebut. Dalam pelaksanaan pendidikan tersebut terdapat mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh para peserta didik mulai dari pendidikan Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, yaitu mata pelajaran matematika. Matematika memegang peranan strategis dalam pengembangan ilmu pendidikan sains dan teknologi. Matematika mempunyai sifat universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan konsep-konsep dalam matematika dapat digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi intelektual yang ada dalam dirinya serta memudahkan mempelajari bidang-bidang ilmu lain, meskipun pada batas penguasaannya yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu peserta didik. Sehingga dengan belajar matematika diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuanya dalam melakukan aktivitas berhitung, mengukur, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan seharihari. Matematika memiliki sifat abstrak yang menyebabkan banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga tidak heran matematika masih dijadikan sebagai momok yang menakutkan bagi peserta didik. 8 Selain itu peserta didik masih memiliki anggapan bahwa belajar matematika cenderung membosankan, karena matematika hanya berisi angka- 7 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan..., hal. 29 8 Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan, 1986), hal. 2

4 angka. Karena anggapan ini banyak peserta didik yang kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Minat tersebut dapat diwujudkan melalui aktivitas belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Kurangnya minat terhadap pelajaran matematika mengakibatkan peserta didik enggan untuk belajar, sehingga dapat berdampak terhadap antusias, peran aktif, perhatian dan hasil belajar peserta didik terhadap pelajaran matematika. Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Diantaranya adalah: pertama model pembelajaran, metode dan pendekatan yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, lingkungan, sarana dan prasarana yang mendukung. Penyampaian pelajaran oleh guru mengikuti pola pendahuluan, yang berisi penyampaian tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi dan menggali pengetahuan prasyarat. Kemudian kegiatan inti yaitu menyampaikan pelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, menugaskan peserta didik untuk mengerjakan latihan dan ditutup dengan membuat rangkuman dan memberi PR. Begitulah yang terjadi secara terus menerus. Pembelajaran yang seperti itu jelas didominasi oleh guru dengan menekankan kepada aspek ingatan dan mengenyampingkan aspek pemahaman, penalaran, komunikasi dan pemecahan masalah. Yang aktif adalah guru, sementara peserta didik pasif. Peserta didik hanya menunggu dari guru tanpa ada usaha untuk menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan. Faktor kedua yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika adalah persepsi peserta didik terhadap matematika itu sendiri. Peserta didik menganggap

5 matematika itu adalah pelajaran yang sulit, dan membosankan karena penuh dengan angka-angka, simbol-simbol, lambang-lambang. Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil belajar matematika adalah faktor yang datang dari dalam diri pribadi peserta didik sendiri yang disebut motivasi. Dalam hal ini yang dimaksud motivasi adalah dorongan atau keinginan yang kuat yang timbul pada diri peserta didik, yang menyebabkan peserta didik melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. 9 Selain peserta didik komponen utama dalam pendidikan adalah guru. Hal ini disebabkan karena ketika proses pembelajaran terjadi interaksi langsung antara guru dan peserta didik, pada saat proses belajar mengajar peserta didik adalah subjek dan objek dalam kegiatan pembelajaran, dan guru sebagai ujung tombak pelaksana pembelajaran matematika di sekolah. Guru tidak hanya seseorang yang bertugas mengajar, tetapi juga bertanggung jawab terhadap perkembangan karakter peserta didik. 10 Sehingga seorang guru harus mampu melakukan inovasi pembelajaran dan memotivasi para peserta didik untuk belajar lebih aktif, kreatif, dan sistematis dalam menemukan pengetahuan matematika secara mandiri guna mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu seorang guru harus mampu mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didik, dan mampu melaksanakan pekerjaannya menjadi seorang guru yang profesional. Tugas pendidik dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan 9 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), hal. 115 10 M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Yogyakarta : Ar- Ruzz Media, 2012), hal. 91

6 dirinya sebagai orang tua kedua. Pelajaran apa pun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar. 11 Hal ini sesuai dengan prinsip profesionalitas guru dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pada Bab III pasal 7 yaitu: Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip, yaitu: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meingkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 12 Oleh karena itu guru harus mengetahui bagaimana situasi dan kondisi materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswanya, saran apa saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan belajar, bagaimana cara atau pendekatan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran, hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut, dan 11 Moch.Uzer Usman, Menjadi Pendidik Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 7 12 Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hal. 7

7 seberapa jauh tingkat efektifitas, efesiennya serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik bagi siswa. Jadi disamping penguasaan materi, cara menyajikan atau menyampaikan materi matematika merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai seorang guru matematika untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika serta dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Minat belajar yang tinggi yang ada pada diri siswa akan membuat siswa selalu berusaha secara aktif dan kreatif untuk mendapatkan pemahaman yang tinggi pada materi pelajaran matematika. Oleh karena itu guru harus senantiasa berusaha untuk membangkitkan dan merangsang minat belajar siswa. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pengalaman yang diperoleh siswa secara langsung akan membuat pengetahuan itu akan bertahan dalam jangka waktu yang lama di memorinya. Untuk itu, guru perlu mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran dengan membuat model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan materi yang akan diterapkan kepada siswa mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Kooperatif yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi belajar yang optimal (Aunurrahman,2009: 140). 13 13 Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Teras, 2012), hal. 21

8 Model pembelajaran kooperatif adalah salah suatu strategi pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil, untuk mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan berbagai macam aktivitas belajar guna meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif (A. Gojwan, 2002). 14 Salah satu model pembelajaran kooperatif yang diupayakan untuk mengatasi masalah yang ada adalah berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Model pembelajaran Team Assisted Individualization merupakan model pembelajaran kooperatif yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individu untuk memenuhi kebutuhan kelas yang berbeda. 15 Perlunya individualisasi dikarenakan adanya keragaman, pengetahuan, kemampuan serta motivasi. Strategi ini memungkinkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya secara mandiri. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. 16 Sesama anggota kelompok saling membantu satu sama lain, saling mengoreksi, dan saling memberi semangat untuk bekerja secara cepat dan tepat dalam menyelesaikan 14 Mashudi, dkk, Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstruktivisme, (Tulungagung : STAIN Tulungagung Press), hal. 57 15 Robert, E. Slavin, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2008), hal. 8 16 K. Arie Wahyuning, M. Candiasa, A. Marhaeni, Pengaruh Pembelajaran Koopertif tipe TAI dengan teknik tutor sebaya terhadap prestasi belajar matematika dengan pengendalian kemampuan penalaran formal siswa kelas VIII Bilingual SMP RSBI Denpasar, Volume 3 tahun 2013

9 tugas yang diberikan. Setelah itu akan diberikan tes yang terakhir dan dilakukan tanpa bantuan teman satu kelompok. Kemudian guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang yang mampu melampaui kriteria skor yang didasarkan pada angka tes terakhir, dan selanjutnya bagi kelompok yang dinilai kurang berhasil akan diberikan bantuan secara individu. 17 Berdasarkan hasil pengamatan ketika melaksanakan PPL dan wawancara dengan guru matematika di SMK PGRI 1 Tulungagung. Bahwa kondisi yang menghambat pada proses belajar mengajar diantaranya sebagai berikut : a.) Kurangnya minat siswa pada pelajaran matematika, b.) Banyak siswa bermain pada saat mata pelajaran berlangsung, c.) Siswa kehilangan minat untuk belajar, d.) Sebagian siswa merasa matematika adalah pelajaran yang sulit, e.) Kemampuan siswa pada materi Barisan dan Deret masih sangat rendah, karena sering kali soal-soal pada materi Barisan dan Deret bervariasi, dan membuat siswa merasa kesulitan. Selain itu berdasarkan hasil observasi di sekolah yang dilakukan peneliti diketahui bahwa pembelajaran di kelas masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan dan menjelaskan materi secara langsung dilanjutkan dengan pemberian contoh soal serta cara menyelesaiannya, setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal latihan dan menjelaskan kembali apabila ada siswa yang bertanya. Siswa dalam pembelajaran konvensional kurang dilibatkan secara aktif dan kurang 17 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2014), hal. 200

10 dilibatkan dalam menentukan penyelesaian soal sehingga siswa tidak dapat menggunakan kemampuannya dalam menyelesaikan soal lain yang lebih bervariasi. Hal ini menyebabkan siswa kurang antusias pada pelajaran matematika, terlihat ketika pembelajaran berlangsung siswa cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan temannya, dan tidak fokus terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Contohnya yaitu ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal, sebagian besar siswa tidak langsung mengerjakan, melainkan menunggu teman lainnya selesai mengerjakan soal tersebut. Minat siswa terhadap matematika rendah akibat kejenuhan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung di ruang kelas, mereka hanya dianggap sebagai objek pembelajaran yang pasif dan hanya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya penerapan model pembelajaran alternatif yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Model pembelajaran tipe Team Assited Individualization ini telah mampu meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep siswa hal ini telah dibuktikan dalam penelitian sebelumnya Oleh Saiful Bahroni dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model TAI Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SDN II Ketanon Tulungagung. 18 Metode ini telah terbukti dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam 18 Saiful Bahroni, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model TAI Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SDN II Ketanon Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2010)

11 pemecahan masalah. Dalam penelitian Dwi Rokhmah Nur Safitri dalam skripsinya yang berjudul Model Pembelajaran TAI dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Volume Bangun Ruang pada Siswa Kelas V SD Islam Al Azhar Tulungagung. 19 Menunjukan Prestasi belajar meningkat dapat dilihat dari proses belajar mengajar dan nilai tes akhir. Pada proses pembelajaran hasil observasi menunjukkan keterlibatan siswa pada level tinggi, siswa menjadi termotivasi dalam belajar, kerjasama dan menghargai pendapat teman yang lain. Hasil tes siswa pada siklus pertama 53,42 dan pada siklus kedua 88,75. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas dan untuk mengetahui bagaimana hasil dari penelitian tersebut yang dituangkan dalam penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Barisan dan Deret Kelas XI SMK PGRI 1 Tulungagung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap materi Barisan dan Deret di kelas XI SMK PGRI 1 Tulungagung? 19 Dwi Rokhmah Nur Safitri, Model Pembelajaran TAI dalam Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan Pemahaman Materi Volume Bangun Ruang pada Siswa Kelas V SD Islam Al Azhar Tulungagung Tahun Ajaran 2010/2011, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011)

12 2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi Barisan dan Deret di kelas XI SMK PGRI 1 Tulungagung? 3. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa terhadap materi Barisan dan Deret di kelas XI SMK PGRI 1 Tulungagung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan peningkatan minat belajar siswa kelas XI SMK PGRI 1 Tulungagung pada mata pelajaran Matematika materi Barisan dan Deret dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMK PGRI 1 Tulungagung pada mata pelajaran Matematika materi Barisan dan Deret dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 3. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa terhadap materi Barisan dan Deret di kelas XI SMK PGRI 1 Tulungagung.

13 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat bagi Siswa Bagi Siswa, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : 1) Meningkatnya pemahaman siswa kelas XI SMK PGRI 1 Tulungagung pada mata pelajaran Matematika, khususnya materi pokok Barisan dan Deret. 2) Meningkatkan minat belajar siswa dalam melakukan pembelajaran Matematika materi Barisan dan Deret dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam melakukan pembelajaran Matematika materi Barisan dan Deret dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 4) Penelitian ini dapat menghapus anggapan pada diri siswa bahwa matematika itu sulit untuk dipelajari dan menakutkan, tetapi matematika adalah pelajaran yang mudah dan menyenangkan. 5) Siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang di ajarkan, dimana siswa belajar bersama anggota kelompoknya 6) Pembelajaran menjadi lebih bermakna untuk siswa, sehingga apa yang diperoleh siswa selama kegiatan belajar mengajar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

14 7) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa di kelas yang lain. b. Manfaat bagi Guru Bagi Guru, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : 1) Merupakan upaya guru dalam menunjang program pemerintah dalam meningkatkan kemampuan mengajar guru dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran matematika. Di mana guru dapat memilih model atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi serta karakter siswa. 2) Memperoleh informasi mengenai penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran matematika. 3) Penelitian ini dapat digunakan sebagai pegangan bagi guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. 4) Untuk meningkatkan kinerja guru sebagai guru yang profesional. 5) Meningkatnya kreativitas guru dalam membelajarkan materi Barisan dan Deret dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif. 6) Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran matematika di sekolahnya.

15 c. Manfaat bagi Sekolah Bagi Sekolah, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : 1) Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan matematika secara komprehensif, sehingga dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan di SMK PGRI 1 Tulungagung. 2) Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran matematika dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI. 3) Membantu sekolah dalam meningkatkan kualitas kependidikannya baik input, proses maupun outputnya. 4) Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan proses pembelajaran untuk semua mata pelajaran terutama pelajaran Matematika. 5) Diharapkan dapat menghasilkan mutu lulusan yang unggul sehingga lulusannya dapat diterima di sekolah lanjutan (Perguruan Tinggi) yang diinginkan siswa. 6) Diharapkan dapat mencegah kemungkinan siswa SMK PGRI 1 Tulungagung yang gagal dalam UAS disebabkan oleh rendahnya nilai matematika. d. Manfaat bagi Peneliti Lain Bagi Peneliti Lain, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu memberikan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Hasil

16 penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika, sehingga nantinya dapat mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan. E. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah dalam memahami skripsi yang akan disusun nantinya, maka peneliti memandang perlu mengemukakan sistematika pembahasan skripsi. Skripsi ini nanti terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut: Bagian awal, terdiri dari : halaman sampul depan, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstrak. Bagian utama (inti), terdiri dari: BAB I Pendahuluan, meliputi: (a) Latar belakang, (b) Rumusan masalah, (c) Tujuan penelitian, (d) Manfaat Penelitian, (e), Sistematika Penulisan BAB II Landasan Teori, terdiri dari: (a) Hakekat Matematika, (b) Belajar Matematika, (c) Pembelajaran Matematika, (d) Model-model Pembelajaran Matematika, (e) Minat Belajar Matematika, (f) Hasil Belajar Matematika, (g) Kajian Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI, (h) Materi Barisan dan Deret (i) PenelitianTerdahulu, (j) Hipotesis Tindakan, (k) Kerangka Pemikiran

17 BAB III Metode Penelitian, meliputi: (a) jenis penelitian, (b) lokasi dan subjek penelitian, (c) Kehadiran Peneliti, (d) Data dan Sumber Data, (e) teknik pengumpulan data, (f) Teknik Analisis Data, (g) Pengecekan Keabsahan Data, (h) indikator keberhasilan, (i) Tahap-Tahap penelitian. BAB IV Laporan Hasil Penelitian, yang berisi: (a) Deskripsi hasil penelitian (siklus), (b) Temuan penelitian, BAB V Pembahasan Hasil Penlitian, yang berisi pembahasan hasil penelitian Bab VI Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan, keaslian tulisan dan biodata penulis.