BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti juga pada orang dewasa. Akhir-akhir ini terjadi peningkatan jumlah obesitas pada anak dan remaja di negara maju dan berkembang. Berdasarkan data Riskesdas (2007) prevalensi obesitas umum secara nasional adalah 19,1% (8,8% BB lebih dan 10,3% obese). Provinsi DIY sendiri memiliki angka prevalensi kegemukan pada remaja usia SMA atau 16-18 tahun adalah sebesar 4,1% dimana angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya serta melebihi angka prevalensi kegemukan secara nasional yaitu 1,4%. Data tabel hasil tabulasi silang status gizi penduduk dewasa menurut IMT dengan beberapa variabel karakteristik responden pada Laporan Riskesdas tahun 2007 menggambarkan bahwa prevalensi obesitas umum lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding daerah perdesaan dan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan cenderung semakin tinggi prevalensi obesitas umum, ini berlaku juga untuk prevalensi BB lebih dan obese. Berdasarkan hasil survei Riskesdas 2007 dan 2010, diketahui bahwa pada kelompok usia anak dan remaja peningkatan prevalensi obesitas lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya yaitu mencapai 3,7% yang diprediksi akan terjadi kenaikan sekitar 1-2% pertahunnya. Terlihat pada data Riskesdas tahun 2013 bahwa angka prevalensi gemuk remaja usia SMA (16-18 tahun) secara nasional adalah 7,3% yang terdiri dari : 5,7% adalah gemuk atau overweight dan 1,6% adalah obesitas. DIY sendiri masuk dalam 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk atau obesitas yang tinggi. Kecenderungan status gizi (IMT/U) remaja usia 16-18 tahun pada tahun 2010 hingga 2013 adalah meningkat tajam, dari angka prevalensi 1,4% pada tahun 2007 menjadi 7,3% di tahun 2013.
Jika pemerintah tidak menanganinya dengan serius akan berdampak negatif bagi negara maupun bagi masing-masing individunya. Beban negara semakin meningkat seiring dengan pembiayaan masalah penyakit kronis tidak menular yang disebabkan oleh obesitas. Sedangkan pada masing-masing individu akan memiliki beban psikologis dan retardasi mental akibat body image serta beban diskriminasi sosial (WHO, 2000). Masa remaja merupakan tahapan yang penting untuk melakukan proses pengembangan perilaku atau kebiasaan hidup sehat, termasuk pola makan (McNaughton, 2007). Remaja yang belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif dan psikososial menjadikannya cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan (Arisman, 2007). Kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk pada remaja, yaitu jarang mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang menjadi pemicu terjadinya obesitas di kalangan remaja. Mereka lebih memilih junk food atau makanan yang mengandung kadar natrium tinggi dan makanan olahan lain yang banyak ditayangkan dalam iklan televisi. Meskipun terkadang dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, makanan olahan tersebut sering terlalu banyak mengandung gula serta lemak juga zat aditif lainnya. Konsumsi makanan dengan kandungan gizi yang tidak seimbang akan berdampak pada pola makan yang berpengaruh terhadap status gizi remaja tersebut. Ketidakseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi yang terkandung untuk keperluan metabolisme tubuh akan mengganggu fungsi metabolisme tersebut. Kekurangan zat gizi akan menyebabkan status gizi kurang atau gizi buruk, sedangkan kelebihan zat gizi akan menyebabkan status gizi lebih yang ditandai dengan overweight dan obesitas. Asupan makronutrien dari makanan yang menjadi sumber energi terbagi dalam empat golongan, yaitu karbohidrat, lemak, protein dan alkohol (Prentice, 2005). Terjadi tren peningkatan konsumsi karbohidrat dan lemak secara global khususnya di negara berkembang seperti Asia, yang mana sebelumnya angka asupannya jauh di bawah tingkat asupan yang seharusnya. Penelitian Washi et al (2010) menunjukkan bahwa pada 44,6% dari jumlah total remaja yang menjadi subjek penelitian termasuk dalam kategori overweight yang mana 56,6% energi
berasal dari karbohidrat; 30,5% berasal dari lemak dan 13,0% berasal dari protein. Jika dibandingkan dengan Dietary Reference Intake, asupan karbohidrat dan lemak tergolong tinggi. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diketahui bahwa kelebihan zat gizi tertentu khususnya pada proporsi konsumsi zat gizi makro, akan menyebabkan status gizi lebih. Sesuai dengan fenomena masalah gizi lebih, terutama pada kalangan remaja terkait dengan pola konsumsi makan, peneliti merasa perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan asupan energi serta persentase energi dari karbohidrat dan lemak berdasarkan status overweight dan obesitas menggunakan metode multiple food recall 24 jam dengan memperhatikan aktivitas fisiknya. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Basuki (2004), metode multiple food recall 24 jam memiliki reliabilitas lebih baik dibandingkan dengan metode food frequency questionnaire dan metode food records untuk melakukan pengukuran asupan atau konsumsi makanan. Dengan begitu akan terlihat jelas rasio atau proporsi zat gizi makro yang dikonsumsi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan asupan energi dan persentase energi dari karbohidrat-lemak berdasarkan status overweight/obesitas pada remaja SMA Negeri di Kota Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan asupan energi, persentase energi dari karbohidrat dan lemak pada remaja SMA Negeri Kota Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui rerata asupan energi pada remaja SMA Negeri Kota Yogyakarta b. Mengetahui rerata persentase energi dari karbohidrat dan lemak pada remaja SMA Negeri Kota Yogyakarta
c. Mengetahui perbedaan asupan energi dan persentase energi dari karbohidrat-lemak berdasarkan status overweight/obesitas remaja SMA Negeri Kota Yogyakarta D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun peneliti sendiri, yaitu : 1. Bagi peneliti Menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai kebiasaan makan remaja khususnya di Kota Yogyakarta berdasarkan asupan makronutrientnya yang dihubungkan dengan status gizi. Selain itu juga diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut. 2. Bagi masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai asupan dan pola makan serta dampaknya terhadap kesehatan juga status gizi. E. Keaslian Penelitian 1. Poor Diet Quality And Food Habits Are Related To Impaired Nutritional Status in 13-18 year old adolescents in Jeddah oleh Washi et al., (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 44,6% jumlah total remaja yang menjadi subjek penelitian termasuk dalam kategori overweight dimana 56,6% energi berasal dari karbohidrat; 30,5% berasal dari lemak dan 13,0% berasal dari protein. Jika dibandingkan dengan Dietary Reference Intake, asupan karbohidrat dan lemak tergolong tinggi sedangkan asupan kalsium, Fe dan zink adalah rendah. Peningkatan berat badan pada remaja usia 13-18 tahun dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang tidak adekuat. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan metode dan subjek penelitian yaitu cross sectional pada remaja serta variabel dependen yang ditunjukkan dalam Body Mass Index. Sedangkan perbedaannya adalah
variabel independen yaitu dikhususkan pada asupan karbohidrat dan lemak serta lokasi penelitian. 2. Association Of Macronutrient Intake Patterns With Being Overweight In A Opulation-Based Random Sample Of Men In France oleh Ahluwalia et al (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan karbohidrat berhubungan negatif dan asupan lemak berhubungan positif dengan Body Mass Index (BMI) dan lingkar pinggang pada model regresi yang telah mengendalikan asupan energi, usia, riwayat merokok dan aktifitas fisik. Keseimbangan asupan lemak dan karbohidrat menjadi elemen penting pada obesitas di populasi pria. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel independen yang dikhususkan pada asupan karbohidrat dan lemak serta variabel dependen yaitu Body Mass Index (BMI). Sedangkan perbedaannya adalah subjek penelitian, lokasi penelitian dan metode pengukuran asupan, menggunakan metode food record 3 hari pada dewasa laki-laki. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode food recall 24 jam sebanyak 3 kali pada remaja SMA Negeri. 3. Dietary Intake Among Turkish Adolescent Girls oleh Oner et al (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase distribusi energi pada subjek penelitian yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak adalah 53,6%; 10,9% dan 35,5%. Remaja perempuan yang tinggal di lingkungan perdesaan mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, niasin, asam folat, vitamin C dan sodium lebih sedikit atau lebih rendah jika dibandingkan dengan lingkungan perkotaan. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel independen yaitu asupan makan khususnya karbohidrat dan lemak serta subjek penelitian yaitu remaja. Sedangkan perbedaannya adalah variabel dependen, lokasi penelitian serta metode pengukuran asupan menggunakan self reported food record selama 3 hari untuk memperoleh data asupan makanan pada remaja perempuan. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode food reacll 24 jam untuk mengetahui hubungan dengan status overweight pada remaja SMA Negeri.
4. Hubungan Antara Asupan Energi, Asupan Lemak Dan Obesitas Pada Remaja SLTP Di Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Bantul oleh Medawati (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan energi total, asupan lemak dengan kejadian obesitas antara kasus dan kontrol, baik di Kota Yogyakarta maupun di Kabupaten Bantul. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel independen yaitu mengetahui asupan makan karbohidrat dan lemak. Sedangkan perbedaannya adalah pada subjek penelitian yaitu remaja usia SMA, rancangan penelitian yaitu cross sectional dan metode pengukuran asupan yaitu menggunakan Food Recall 24 jam.