BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan dini di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pernikahan banyak terjadi pada usia remaja di bawah 18 tahun. Angka pernikahan dini di Indonesia tahun 2012 untuk usia kurang dari 15 tahun adalah sebesar 11,13%, dan untuk usia tahun adalah 32,1%. Sementara, angka pernikahan dini di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun yang sama adalah sebesar 3,78% untuk usia kurang dari 15 tahun, dan 22,37% untuk usia tahun (BKKBN, 2012). Di Kabupaten Bantul, angka pernikahan dini cukup tinggi. Pada tahun 2009, permintaan dispensasi nikah mencapai 65 kasus dalam kurun waktu 6 bulan dengan usia calon pengantin berada pada rentang tahun (Istiqomah, 2014). Dari laporan tahunan Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY Tahun 2013, didapatkan angka tertinggi di Kabupaten Bantul, yaitu sebanyak 53 pernikahan untuk usia perempuan < 16 tahun (Kementerian Agama Provinsi DIY, 2013). Penyebab pernikahan dini sangat kompleks. Saat ini, pernikahan dini lebih banyak diakibatkan oleh kehamilan usia remaja. Data Riskesdas 2010, menunjukkan terdapat 56 anak usia tahun dari total 306 kehamilan usia remaja (Irawati dan Prihatini, 2010). Penyebab lain biasanya berkaitan dengan faktor ekonomi, pendidikan dan budaya (Suryaningrum, 2009). Pernikahan dini berdampak pada kehamilan dan kelahiran yang kurang baik karena dapat menyebabkan kematian ibu, bayi, serta berat badan lahir rendah pada bayi. Peningkatan risiko ini tidak lain karena pertumbuhan dan perkembangan alat-alat reproduksi yang belum siap pada remaja tersebut (Hanum, 1997 dalam Suryaningrum, 2009). Kehamilan yang tidak diinginkan akan memberikan dampak negatif, baik bagi remaja tersebut maupun keluarganya (Setianingrum, 2013). 1

2 2 Secara psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan menyebabkan remaja menjadi tertekan, takut, bingung, malu, dan rentan terhadap gejolak emosi, sehingga seringkali melakukan upaya untuk menggugurkan. Remaja yang mengalami kehamilan cenderung tidak nyaman untuk mengakses pelayanan kesehatan, yaitu perawatan antenatal care (ANC) selama kehamilan karena malu, takut atau kurangnya pengetahuan (Setianingrum, 2013). Dampak pernikahan dini yang paling terlihat adalah pada kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah. Angka berat bayi lahir rendah (BBLR) di DIY pada tahun 2012 tertinggi berada di Kabupaten Gunung Kidul 5,8%, diikuti Kulon Progo 5,57%, dan Bantul 3,98% (DINKES DIY, 2013). Pengetahuan akan pemenuhan gizi selama hamil dan juga faktor pertumbuhan pada remaja yang menikah di usia dini menjadi faktor penyebab bayi BBLR. Semakin muda usia saat hamil, semakin rendah berat lahir bayinya. Pada ibu usia kurang dari 20 tahun, kejadian BBLR sebanyak 13,52%, sedangkan kejadian BBLR untuk ibu berusia diatas 20 tahun sebanyak 6,26% (Simbolon dan Aini, 2013). Kebutuhan zat gizi selama kehamilan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan baik ibu maupun janinnya. Masalah yang sering dihadapi selama kehamilan terutama pada ibu usia remaja antara lain adalah kurang energi kronis (KEK), anemia tablet Fe, dan pertambahan berat badan selama kehamilan yang kurang (Simbolon dan Aini, 2013). Konsumsi zat gizi mikro maupun makro yang masih kurang dari kebutuhan selama hamil menyebabkan komplikasi saat kehamilan. Kebanyakan ibu hamil tidak menyadari peningkatan kebutuhan gizi selama hamil memiliki perilaku gizi yang salah, sehingga terjadi ketidakseimbangan kebutuhan dan asupan (DEPKES, 2000). Penyebab masalah kesehatan yang terjadi pada ibu di usia remaja merupakan interaksi dari berbagai faktor sosial dan individu yang membentuk perilaku. Remaja, khususnya remaja putri, banyak yang masih menerapkan konsep citra tubuh dengan membatasi makanan, konsumsi fastfood dengan frekuensi yang tinggi, dan makanan cemilan yang tinggi natrium (Widianti dan Kusumastuti, 2012; Imtihani dan Noer, 2013).

3 3 Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku gizi pada remaja khususnya pada remaja yang menikah dini selama kehamilan. Faktor-faktor sosial seperti usia, pendidikan, pendapatan, status pernikahan merupakan faktor perantara yang mempengaruhi perilaku kesehatan individu (Glanz et al., 2008). Proses transisi psikososial dari anak-anak ke masa dewasa menyebabkan pola makan yang tidak menentu (Emilia, 2009). Perilaku gizi yang menyimpang pada remaja tercermin pada kebiasaan pemilihan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan (Permaesih, 2003 dalam Emilia, 2009). Sebagian besar remaja yang hamil masih melewatkan jam makan, serta mengonsumsi makanan yang tidak sehat, tinggi gula, garam serta rendah serat seperti coklat dan makanan ringan lainnya dengan berbagai alasan (Burchett dan Seely, 2003). Dampak dari kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja turut menjadi bagian dalam mempengaruhi perilaku gizi. Adanya pengucilan dari lingkungan karena remaja yang menikah di usia dini merupakan perilaku yang menyimpang, mempengaruhi perilaku remaja tersebut dalam memenuhi asupan gizi dan akses pelayanan kesehatan selama kehamilan (Hidayana, 2004). Berdasarkan uraian di atas, peneliti berminat untuk mengetahui lebih jauh lagi perilaku gizi selama hamil pada ibu yang menikah di usia dini di Kabupaten Bantul. B. Rumusan Masalah Bagaimana perilaku gizi selama hamil pada ibu yang menikah di usia dini di Kabupaten Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui perilaku gizi selama hamil pada ibu yang menikah di usia dini. 2. Tujuan khusus a. Memperoleh gambaran tentang karakteristik ibu hamil yang menikah di usia dini.

4 4 b. Memperoleh gambaran tentang pengetahuan ibu, anggota keluarga, dan juga orang-orang di sekitar terkait dengan asupan makanan selama hamil pada ibu yang menikah di usia dini. c. Memperoleh gambaran tentang asupan makanan pada ibu yang menikah di usia dini. d. Memperoleh gambaran tentang lingkungan sosial yang mempengaruhi perilaku gizi selama hamil pada ibu yang menikah di usia dini. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Pembuat kebijakan di daerah maupun di pusat (Dinas Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan instansi terkait lainnya), sebagai masukan data pembuatan kebijakan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta status kesehatan ibu dan anak terutama ibu di usia dini. 2. Memberikan sumbangan teori mengenai status gizi selama hamil pada ibu yang menikah di usia dini. 3. Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini antara lain : 1. Penelitian berjudul Understanding the Intention to Permanently Follow A High Folate Diet among A Sample of Low Income Pregnant Women According to the Health Belief Model oleh Kloeblen dan Sonall pada tahun Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui niat dari ibu hamil yang memiliki tingkat ekonomi bawah untuk mengonsumsi asam folat yang cukup dalam asupannya secara permanen dengan menggunakan teori Health Belief Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi manfaat yang paling mendasari niat untuk mengonsumsi folat. Perbedaan dengan penelitian ini adalah disain penelitian yang menggunakan disain cross-sectional.

5 5 Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan teori Health Belief Model dan pada subjek ibu hamil. 2. Penelitian berjudul Adolescent Mothers non-utilisation of Antenatal Care Services in Bulawayo,Zimbabwe oleh Chaibva et al. tahun Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ibu usia remaja tidak menggunakan pelayanan ANC di Bulawayo. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi ibu usia remaja tidak menggunakan pelayanan ANC terdiri dari sosial ekonomi, persepsi individu mengenai ANC, pengetahuan yang rendah mengenai ANC, hambatan struktural dan politik. Perbedaan dengan penelitian ini adalah disain penelitian menggunakan disain deskriptif. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan teori Health Belief Model sebagai kerangka teori, perilaku gizi selama hamil serta subjek penelitian pada ibu hamil usia remaja. 3. Penelitian berjudul Gambaran Perilaku Gizi Primigravida Muda di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2012 oleh Ginting dkk. tahun Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui perilaku selama hamil pertama yang terjadi di usia muda kurang dari 20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi primigravida muda berada pada kategori kurang. Tingkat pendidikan yang rendah dan interaksi terhadap lingkungan yang kurang menyebabkan asupan makan pada primigravida muda belum memenuhi kebutuhan selama hamil. Perbedaan dengan penelitian ini adalah disain penelitian yang menggunakan disain penelitian cross-sectional. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti perilaku gizi selama hamil pada ibu yang menikah di usia dini pada kehamilan pertama. 4. Penelitian berjudul Gambaran Perilaku Ibu Hamil terhadap Pantangan Makan Suku Toraja di Kota Makassar Tahun 2013 oleh Rahim dkk. pada tahun Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

6 6 makanan yang ditabukan selama kehamilan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan beberapa makanan yang dipantang selama kehamilan antara lain: jantung pisang, nanas, daging dan ikan asin. Persamaan dengan penelitian ini adalah rancangan penelitian yang berupa kualitatif dan subjek penelitian. Perbedaan penelitian ini pada tujuan penelitian dengan fokus utama pantangan makan selama kehamilan. 5. Penelitian berjudul Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi serta Tingkat Konsumsi Ibu Hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta oleh Mawaddah dan Hardinsyah pada tahun Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan praktik gizi dan tingkat konsumsi (energi, protein, vitamin A, dan zat besi) pada ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat konsumsi energi, protein dan zat besi. Selain itu, tingkat konsumsi protein sudah mencukupi, sementara asupan zat besi masih rendah. Persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti faktor yang mempengaruhi perilaku gizi selama hamil, sedangkan perbedaannya pada disain penelitian cross-sectional. 6. Penelitian berjudul Determinants of Diet Quality in Pregnancy: Sociodemographic, Pregnancy-specific, and Food Environment Influences oleh Nash et al. pada tahun Penelitian tersebut bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas asupan pada ibu hamil dengan berfokus pada karakteristik individu dan juga makanan yang ada di sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan yang ada di sekitar tidak berpengaruh besar terhadap asupan ibu hamil. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada disain penelitian yang menggunakan disain cross-sectional, sedangkan persamaannya adalah meneliti faktor asupan gizi selama kehamilan.