47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tipe perkecambahan epigeal

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. kecoklatan, dan memiliki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

I. PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa,

BAB I PENDAHULUAN. Kenari merupakan Family dari Burseraceae. Famili ini terdiri dari 16

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

I. PENDAHULUAN. Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3%

MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom : Plantae; Subkingdom : Tracheobionta; Super Divisi : Spermatophyta;

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tembakau termasuk dalam family Solanaceae yang banyak di. budidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Perbanyakan tanaman

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU. Disusun oleh: Madania Asshagab Nur Fifa Rifa atus shalihah Sarinah Sri Rahmisari Rembulan

TINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

PENDAHULUAN. Tanamanaren(ArengapinnataMerr. ) banyakterdapatdantersebarhamperdiseluruhwilayah di Nusantara, khususnya di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan dalam kehidupan manusia untuk memberikan bekal

I. PENDAHULUAN. Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan salah satu penyumbang devisa negara terbesar dibidang perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

PERKECAMBAHAN BENIH SEBAGAI SUATU SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan tanaman yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan produk asli Indonesia, dengan

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan dicatat jumlah benih yang berkecambah tiap dua hari sekali. Data hasil pengamatan kecambah yang hidup (Lampiran.1) digunakan untuk menghitung persentase hidup benih per perlakuan. Persentase per perlakuan kemudian dilanjutkan dengan menghitung rata-rata persentase. Hasil rata-rata persentase dianalisa dengan menggunakan anova, kemudian hasil perhitungan data yang signfikan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil untuk melihat perbedaannya. Rekap pengamatan secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 2. 4.2 Persentase Kecambah Benih Merbau Nilai Persentase Kecambah diperoleh dari perhitungan rata-rata kecambah dibagi dengan total jumlah benih yang digunakan untuk penelitian, perhitungan lengkap pada Lampiran 3. Nilai ini menggambarkan viabilitas benih yang dikecambahkan. Secara lengkap hasil perhitungan persentase kecambah dapat dilihat pada Tabel 3. 46

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 A1 72 84 88 244 81,3 A2 76 88 80 244 81,3 A3 68 48 68 184 61,3 B1 88 76 80 244 81,3 B2 72 80 96 248 82,6 B3 60 80 68 208 69,3 C1 52 64 92 208 69,3 C2 88 84 72 244 81,3 C3 68 48 80 196 65,3 Hasil perhitungan rata-rata persentase benih merbau pada Tabel 3. menunjukkan bahwa rata-rata persentase paling tinggi diperoleh pada perlakuan B2 yaitu benih merbau berukuran sedang direndam pada larutan rebung dengan persen kecambah sebesar 82,6%. Selanjutnya rata-rata persentase kecambah benih merbau pada perlakuan A1, A2, B1 dan C2 dengan nilai rata-rata persen kecambah yang sama yaitu 81,3%. Sedangkan perlakuan B3 dan C1 memperoleh rata-rata persentase sebesar 69,3% diikuti perlakuan C3 yaitu 65,3% dan rata- rata terendah diperoleh perlakuan A3 yaitu 61,3%. Perlakuan A3 ialah benih merbau berukuran besar yang di rendam menggunakan ekstrak bawang merah selama 6 jam. Berdasarkan data pada Tabel 3. kemudian dilakukan analisis statistik dengan menggunakan anova dua arah pada microsoft excel (Lampiran 6) yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil analisis varians menunjukkan bahwa rata-rata pengaruh ukuran memperoleh nilai F hitung sebesar 0,5291 yang ternyata tidak lebih besar daripada nilai F tabel yaitu 3,5545. Oleh karena

48 itu sumber variasi berdasarkan ukuran tidak berpengaruh secara nyata pada persentase kecambah benih merbau. Berbeda pada perhitungan rata-rata pengaruh rendaman yang memperoleh nilai F hitung lebih tinggi dibandingkan F tabel(*). Hal ini menunjukkan bahwa jenis rendaman memberikan pengaruh terhadap rata-rata persentase kecambah benih merbau. Namun demikian interaksi antara ukuran benih dan jenis rendaman ternyata tidak berpengaruh secara nyata terhadap persen kecambah benih merbau. perhitungannya menunjukkan adanya pengaruh yang nyata. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh jenis rendaman maka dilakukan pada uji Beda Nyata (Lampiran 8) yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Uji Beda Nyata Persentase Perkecambahan Benih Merbau yang direndam air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Rata-rata Notasi B2 82,6 a C2 81,3 ab B1 81,3 ab A2 81,3 ab A1 81,3 ab C1 69,3 ab B3 69,3 ab C3 65,3 ab A3 61,3 b Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata Hasil uji Beda Nyata rata-rata persentase kecambah benih merbau pada perlakuan rendaman menunjukkan bahwa yang berbeda hanya perlakuan A3 yaitu benih ukuran besar yang direndam ekstrak bawang merah 40% selama 6 jam, dengan perlakuan B2 yaitu benih berukuran sedang yang direndam pada larutan rebung selama 12 jam.

49 Hasil rata-rata jenis rendaman adalah larutan rebung memiliki rata-rata persentase kecambah hingga 81,7%, lalu perlakuan air panas mencapai 77,3% dan ekstrak bawang merah memperoleh 65,3% (Gambar 4.). Gambar 6. Rata-rata Persentase Kecambah Berdasarkan Jenis Rendaman Benih Merbau Sedangkan rata-rata untuk ukuran adalah benih besar dengan rata-rata persen kecambah 74,6%, benih sedang 77,7% dan benih kecil 72,% (Gambar.7). Gambar 7. Grafik rata-rata persentase kecambah berdasarkan ukuran benih merbau Perhitungan lengkap rata-rata berdasarkan ukuran benih dan jenis rendaman dapat dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

50 4.2 Indeks Vigor Benih Nilai Indeks Vigor menunjukkan viabilitas dan daya simpan benih. Indeks vigor diperoleh dari hasil jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu dibagi jumlah hari yang dibutuhkan untuk berkecambah. Hasil perhitungan rata-rata indeks vigor (Lampiran 8) benih merbau dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Indeks Vigor Benih Merbau yang diskarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 A1 1,6 1,8 2 5,4 1,8 A2 1,4 2,5 1,8 5,7 1,9 A3 1,4 1 1,6 4 1,3 B1 1,8 1,5 1,4 4,7 1,5 B2 2,1 2,3 1,3 5,7 1,9 B3 1 1,6 1,7 4,3 1,4 C1 1,1 1,1 2,5 4,7 1,5 C2 1,9 2,6 1,2 5,7 1,9 C3 1,2 0,5 1,2 2,9 0,9 Nilai Indeks vigor diurutkan dari yang paling tertinggi ke terendah yaitu perlakuan A2, B2 dan C2 yaitu sebesar 1,9, perlakuan A1 memiliki indeks vigor 1,8, perlakuan B1 dan C1 sama-sama memiliki nilai vigor 1,5, perlakuan B3 sebesar 1,4 lalu perlakuan A3 yaitu 1,3 dan yang terendah perlakuan C3 yaitu 0,9. Hasil perhitungan tersebut dilanjutkan pada analisis varian untuk mengetahui perbedaan dari nilai rata-rata indeks vigor benih merbau dari masing-masing perlakuan (Lampiran 10). Hasil analisis Varian indeks vigor dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil perhitungan anova menunjukkan bahwa

51 rata-rata indeks vigor tidak dipengaruhi oleh ukuran benih. Dapat dilihat pada hasil perhitungan F hitung yang tidak lebih besar dari F Tabel. Sedangkan nilai F hitung pada perlakuan jenis rendaman lebih besar yaitu 3,9894 dibandingkan F tabel yang hanya 3,5545 (*). Interaksi perlakuan jenis rendaman dan beda ukuran benih tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Karena perlakuan jenis rendaman menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Oleh sebab itu, maka perhitungan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil hanya pada perlakuan jenis rendaman (Lampiran 12) dan hasilnya pada Tabel 6. Tabel 6. Uji BNT rata-rata indeks vigor benih merbau yang diskarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Rata-rata Notasi C2 1,9 a B2 1,9 a A2 1,9 a A1 1,8 ab C1 1,5 bc B1 1,5 bc B3 1,4 bc A3 1,3 c C3 0,9 c Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata Hasil perhitungan BNT menunjukkan bahwa perlakuan C2, B2, A2 berbeda nyata dengan perlakuan C1, B1, B3, A3 dan C3. Tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1. Sedangkan perlakuan A1 berbeda nyata dengan perlakuan A3 dan C3.

52 4.3 Rata-rata Laju Perkecambahan Laju perkecambahan ialah hasil bagi dari jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu dengan jumlah total benih yang dikecambahkan (Lampiran 13). Nilai Laju kecambah menunjukkan kekuatan tumbuh dari benih. Hasil perhitungan laju perkecambahan benih merbau disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Laju perkecambahan benih merbau yang diskarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan Total Rata-rata 1 2 3 A1 12,8 13,9 14,1 40,8 13,6 A2 15 10,6 11 36,6 12,2 A3 12,1 11,5 10,8 34,4 11,4 B1 13,4 14,7 18,3 46,4 15,4 B2 9,4 11,5 11,1 32 10,6 B3 17,6 14 11,6 43,2 14,4 C1 11,5 15,5 9,3 36,3 12,1 C2 13,2 8,3 15,7 37,2 12,4 C3 14,3 22,1 16,4 52,8 17,6 Laju kecambah tercepat diperoleh perlakuan B2 dengan rata-rata laju kecambah 10,6 hari. Sedangkan perlakuan C3 yaitu benih berukuran kecil direndam ekstrak bawang merah memperoleh waktu terlama yaitu laju rata-ratanya mencapai 17,6 hari. Data pada Tabel. 7 kemudian dihitung rata-rata laju perkecambahan berdasarkan ukuran dan berdasarkan jenis rendaman (Lampiran 14) disajikan dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada Gambar. 8 dan Gambar. 9 :

53 Gambar 8. Rata-rata Laju Perkecambahan Benih Merbau Berdasarkan Ukuran Benih Gambar 9 Rata-rata Laju Perkecambahan Berdasarkan Jenis Rendaman

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Ukuran Benih Merbau Benih merbau termasuk benih tipe ortodoks yang sulit berkecambah dan mampu bertahan walau kadar airnya diturunkan hingga 5% (Kamil, 1979). Menurut Schmidt (2000) keberhasilan proses perkecambahan dipengaruhi faktor dalam benih dan faktor luar yaitu lingkungan benih berkecambah. Sutopo (2002) menyebutkan bahwa ada 3 faktor dalam benih yang mempengaruhi persentase keberhasilan perkecambahan yaitu umur benih, sifat dormansi benih dan ukuran benih. Benih yang mengalami dormansi ialah benih yang berada di lingkungan yang mendukung untuk perkecambahan tetapi benih tersebut tidak berkecambah. Benih merbau termasuk benih yang mengalami dormansi fisik yaitu impermeabilitas kulit biji terhadap air (benih keras), dikarenakan kulit luar benih terlalu keras sehingga proses imbibisi menjadi terhambat. Benih dengan jenis dorman secara fisik perlu diberi perlakuan dari luar untuk mempercepat proses perkecambahan (Schmidt, 2000). Menurut Wijaya (2007) penelitian yang dilakukan pada benih merbau tanpa diberi perlakuan apapun tidak berkecambah pada waktu yang ditentukan, jika benih yang bersifat impermeable ditanam tanpa diberikan perlakuan pratanam apapun, maka perkecambahan akan terjadi dalam jangka waktu yang panjang bergantung pada tingkat impermeabilitasnya. Selain itu, perkecambahan cenderung menjadi tidak seragam sehingga menghambat 54

55 proses penyediaan bibit merbau. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mematahkan dormansi benih merbau adalah secara mekanik yaitu benih dilukai atau secara kimiawi yaitu menggunakan hormon tanaman, juga dapat dilakukan secara fisik dengan pemberian suhu tinggi pada benih (Schmidt. 2000). Hasil rata-rata persentase kecambah benih merbau berdasarkan ukuran benih merbau (Lampiran. 5) paling tinggi diperoleh pada benih berukuran sedang yaitu 77,7% diikuti benih berukuran besar yaitu 74,6% dan yang terendah ialah benih berukuran kecil yaitu 72%. Pada kelompok benih berukuran sedang hasil paling tinggi diperoleh perlakuan B2 yaitu 82,6% dan nilai terendah pada kelompok benih berukuran besar yaitu perlakuan A3 sebesar 61,3%. Salah satu faktor penting untuk perkecambahan ialah air, pada penelitian ini kemampuan penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh dua faktor yaitu perlukaan benih dan posisi peletakan benih pada saat penaburan. Perlakuan mekanik pada penelitian ialah dengan cara benih dilukai. Benih dilukai sedikit pada ujung benih hingga terlihat kotiledonnya (Gambar. 4). Perlukaan ini tentu mempengaruhi kecepatan penyerapan air benih, benih kecil menyerap sangat cepat dan banyak, sama juga dengan benih sedang maupun benih besar, tetapi volume air yang terserap tiap kelompok benih ini berbeda-beda. Pada benih kecil sangat cepat terpenuhi kebutuhan airnya, tetapi pada benih besar dan sedang cukup lama. Hal ini dikarenakan juga karena peletakan benih yang kurang tepat oleh peneliti (Lampiran 15f.) menyebabkan tidak seluruh bagian benih tertutupi tanah. Benih besar yang bersinggungan langsung dengan tanah hanya yang tertutupi tanah, sedangkan yang tidak penyerapan airnya sedikit. Benih sedang dan benih kecil hampir seluruh bagian benihnya tertutupi tanah

56 sehingga air dapat terserap secara merata ke dalam benih. Menurut Kamil (1979) Umur benih juga menentukan jumlah air yang terserap. Biji tua menyerap air lebih banyak dan membutuhkan air lebih banyak. Pada peneltian benih kecil menyerap air paling banyak karena singgungannya dengan tanah paling besar dibandingkan benih sedang dan benih besar. Luas permukaan benih merbau berukuran kecil berkisar antara 2 cm hingga 4,5 cm, dengan luas demikian, jumlah kebutuhan airnya tidak sebanyak benih yang berukuran sedang atau besar (Tabel 2.). Berdasarkan alasan-alasan tersebut dapat dikatakan benih berukuran sedang merupakan ukuran terbaik. Benih sedang berada di kondisi antara kemampuan air menyerap air tinggi dan posisi benih yang cukup banyak bersinggungan dengan media penaburan. Karena itulah benih berukuran sedang memperoleh nilai persentase perkecambahan paling tinggi. Dikuatkan Aguiar (1974) yang dimuat dalam Copeland & Mcdonald (1985) menemukan bahwa benih kedelai berukuran sedang mempunyai pertumbuhan lebih baik dibandingkan benih besar dan benih kecil. Rata-rata laju perkecambahan tercepat diperoleh pada kelompok benih ukuran besar yaitu 12,4 diikuti kelompok benih ukuran sedang yaitu 13,4 dan yang terlama ialah benih berukuran kecil yaitu 14. Laju perkecambahan memuat informasi mengenai daya kecambah benih ketika ditanam pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Jika kecambah tumbuh cepat maka benih tersebut mampu bertahan pada kondisi lingkungan yang non optimal. Kelompok benih besar berkecambah lebih cepat karena memiliki energi lebih banyak untuk proses perkecambahan dibandingkan benih sedang dan kecil. Energi yang lebih besar ini diperoleh dari hasil oksidasi zat cadangan makanan

57 yang berada pada benih besar, karena ukuran benih yang besar maka embrio dan cadangan makanannya banyak. Nilai indeks vigor diantara ketiga kelompok benih ini tidak banyak perbedaan, ukuran benih besar dan sedang sama-sama memiliki rata-rata indeks vigor 1,6 dan benih kecil 1,4. Dari hasil ini dapat dinilai bahwa nilai indeks vigor dari ketiga kelompok benih ini sangat kecil jika dibandingkan dengan penelitian oleh Wulandari (2015). Penyebab turunnya nilai indeks vigor diduga karena lama waktu penyimpanan benih dan cara simpan yang kurang tepat sehingga menurunkan kadar air benih. 5.2 Perlakuan Rendaman Terhadap Kecambah Benih Merbau Terkait dormansi fisik benih merbau maka perlakuan skarifikasi benih sebelum dikecambahkan sangat penting dilakukan. Schmidt (2000) dalam bukunya menjelaskan bahwa ada sembilan faktor diluar benih yang mempengaruhi perkecambahan selama penaburan. Salah satu faktor yang berperan ialah perangsang perkecambahan. Perkecambahan dirangsang oleh beberapa zat kimia dari luar dan dengan jumlah yang tepat dapat memberi rangsangan proses metabolik individu. Perangsang perkecambahan atau istilah lainnya yaitu zat pengatur tumbuh. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa hanya perlakuan rendaman yang berpengaruh nyata terhadap perkecambahan benih merbau. Dari ketiga bahan rendaman benih merbau, rata-rata persentase perkecambahan benih merbau paling tinggi ditunjukkan pada perlakuan rendaman larutan rebung, kemudian air panas dan terendah ekstrak bawang merah. Rata-rata larutan rebung mempengaruhi perkecambahan hingga menghasilkan persentase 81,7%,

58 air panas hingga 77,3% dan ekstrak bawang merah hanya 65,3%. Larutan rebung memiliki rata-rata persentase kecambah paling tinggi dikarenakan oleh adanya hormon giberellin yang terkandung dalam larutan rebung (Maretza, 2009). Hormon giberellin berfungsi sebagai pematah dormansi benih dan juga berperan penting dalam proses awal perkecambahan benih. Tidak hanya itu, laju kecambah dan indeks vigor benih yang direndam pada larutan rebung juga mencapai nilai paling tinggi dibandingkan dengan air panas dan ekstrak rebung. Tetapi giberellin tidak dapat aktif jika proses imbibisi terhambat. Proses imbibisi dipengaruhi oleh lama perendaman benih. Benih merbau yang direndam pada larutan rebung mempunyai waktu perendaman paling lama dibandingkan benih yang direndam pada air panas dan ekstrak bawang merah. Lama perendaman benih pada larutan rebung yaitu 12 jam merupakan waktu yang sangat cukup bagi benih merbau untuk menyerap sebanyak mungkin larutan rebung dan mengaktifkan giberellin. Setetelah proses imbibisi, terjadi pelepasan giberellin dari embrio yang mengisyaratkan benih untuk memecahkan dormansi dan proses perkecambahan dimulai. Giberellin membantu pertumbuhan pada perkecambahan dengan menstimulasi sintesis enzim pencerna seperti α amilase yang memobilisasi cadangan makanan. Diduga giberellin yang terdapat di dalam benih merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio (Fahmi, 2014 a ). Laju kecambah benih yang direndam larutan rebung ialah yang tercepat yaitu 11,7, hal ini dikarenakan hormon giberellin dalam larutan rebung juga berfungsi untuk mendorong pemanjangan sel sehingga radikula dapat menembus endosperm kulit biji (Salisbury dan Ross, 1995). Nilai indeks vigor

59 benih yang direndam pada larutan rebung mencapai 1,9, nilai ini paling tinggi dibanding jenis rendaman lainnya. Larutan rebung mengandung hormon giberellin yang meningkatkan vigor benih merbau. Pada larutan rebung juga mengandung zat-zat lain seperti karbohidrat yang mencapai 5,65% yang membantu ketersediaan energi bagi tanaman merbau saat proses perkecambahan. Rata-rata tertinggi kedua ialah jenis rendaman air panas yaitu mencapai 77,3%, sesuai dengan penelitian Wijaya (2007) benih merbau yang direndam air panas memiliki persentase perkecambahan yang tinggi. Sutopo (2002) menjelaskan tentang kulit benih yang keras menjadi lunak ketika direndam air panas, menyebabkan proses imbibisi jadi lebih mudah dan mempercepat proses perkecambahan. Lama perendaman benih merbau pada air panas juga mempengaruhi, benih direndam selama 8 jam merupakan waktu ideal bagi benih merbau untuk mematahkan dormansi pada benih. Laju kecambah benih yang direndam pada air panas memperoleh nilai 13,7, air panas dengan suhu 70 0 C mempercepat proses imbibisi dan membuka jalan untuk proses respirasi benih. Nilai rata-rata indeks vigornya hanya 1,6, turunnya nilai indeks vigor benih merbau yang direndam pada air panas diduga karena pengaruh kualitas benih merbau yang turun karena terlalu lama disimpan. Benih yang disimpan sangat lama kebutuhan airnya pun meningkat, karena kondisi benih yang disimpan terlalu lama terjadi penguapan kandungan air pada benih. Rata-rata persen kecambah berdasarkan jenis rendaman yang terendah ialah ekstrak bawang merah yaitu sebesar 65,3%. Ekstrak bawang merah mengandung hormon auksin dan giberellin (Darojat, 2014), seharusnya kedua hormon ini berperan dalam mematahkan dormansi benih dan meningkatkan

60 pertumbuhan kecambah benih merbau tetapi pada kenyataannya, nilai persen kecambahnya rendah dan laju kecambahnya paling lama yaitu 14,4 serta nilai indeks vigor paling rendah yaitu hanya 1,2. Waktu perendaman benih merbau pada ekstrak bawang merah selama 6 jam mungkin bukan merupakan waktu yang terbaik, sehingga perkecambahan benih menjadi lebih lambat dan persen kecambahnya rendah dibandingkan dengan air panas dan larutan rebung. Kurangnya pengetahuan peneliti tentang berapa banyak kandungan hormon giberellin dan auksin yang terkandung dalam 40% ekstrak bawang merah menyebabkan penentuan waktu perendaman ekstrak bawang merah menjadi kurang tepat. 5.3 Kombinasi Ukuran Benih Dan Perlakuan Rendaman Secara umum penelitian ini menggabungkan faktor ukuran benih dan perlakuan jenis rendaman ke dalam 9 perlakuan yang berbeda. Analisis varian yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara kombinasi ukuran dan jenis perlakuan rendaman pada benih merbau. Tetapi pada rata-rata persen kecambah dan indeks vigor terdapat beda nyata pada perlakuan jenis rendaman. Perhitungan dilanjutkan pada uji beda nyata terkecil untuk melihat perbedaan pada masing-masing perlakuan tersebut. Hasil yang diperoleh dari uji beda nyata pada rata-rata persen kecambah benih merbau ialah pada perlakuan A3 dan B2 saja yang memiliki beda nyata. Perlakuan A3 ialah benih besar yang direndam ekstrak bawang merah selama 6 jam, memiliki persen kecambah sebesar 61,3%. Diduga persen kecambah perlakuan A3 rendah karena dipengaruhi hormon auksin pada ekstrak bawang merah. Penambahan hormon eksogen akan menyebabkan konsentrasi auksin berlebihan dalam benih dan menjadi penghambat perkecambahan benih.

61 Perlakuan B2 ialah benih berukuran sedang yang direndam larutan rebung selama 12 jam, memperoleh rata-rata persen kecambah sebesar 82,6%. Telah disebutkan sebelumnya bahwa benih berukuran sedang ialah ukuran benih terbaik dalam penelitian ini, karena kandungan cadangan makanan yang cukup dan kemampuan menyerap air yang baik. Pengaruh lainnya yaitu karena lama perendaman benih pada larutan rebung cukup lama untuk mengaktifkan hormon giberellin. Selain itu larutan rebung juga mengandung hormon giberellin, sesuai dengan yang dikatakan oleh Lensari (2009) bahwa benih angsana yang direndam pada ekstrak rebung mampu meningkatkan daya kecambah hingga 25,33%. Hal ini dikarenakan adanya hormon giberellin yang terkandung di dalam larutan rebung (Maretza, 2009). Giberelin ialah hormon utama yang berperan dalam dormansi benih. Jika tidak ada hormon giberelin maka pada beberapa jenis benih akan mengalami dormansi (Copeland & Mcdonald, 1985). Peranan hormon giberelin pada benih yang dorman tidak hanya untuk menstimulasi sintesis α amilase, tapi juga ribonuklease protease di dalam benih guna merombak endosperm benih yang memuat cadangan makanan dan menghasilkan energi sementara selama perkecambahan berlangsung. Laju perkecambahan mempresentasikan waktu yang dibutuhkan oleh suatu jenis untuk berkecambah normal. Benih yang baik memiliki laju perkecambahan yang singkat. Laju perkecambahan juga menjadi salah satu parameter dari viabilitas benih, hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh benih. Benih yang mempunyai laju kecambah paling cepat menandakan bahwa benih tersebut memiliki kekuatan berkecambah yang baik, jika semakin cepat tumbuh dan serempak maka benih tersebut dikatakan mampu bertahan pada kondisi

62 lapangan yang sub-optimal (Sutopo, 2002). Laju perkecambahan merupakan salah satu parameter menghitung kekuatan tumbuh (vigor) benih yang tujuannya untuk mengetahui jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plamula (Lensari, 2009). Hasil analisis varians pada laju perkecambahan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dari perlakuan yang diberikan baik dari ukuran maupun perlakuan rendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B2 memiliki hari berkecambah paling cepat yaitu 10,6 hari. Perlakuan B2 ialah benih sedang yang direndam larutan rebung selama 12 jam. Kecepatan pertumbuhan rebung yang tinggi diharapkan dapat diaplikasikan pada tanaman lain sebagai hormon. Kandungan rebung mentah menurut Lensari (2009) ialah 91% air dan juga mengandung protein, lemak, serat, karbohidrat dan abu, juga giberelin yang mampu mengatasi dormansi biji pada beberapa spesies dan berlaku sebagai pengganti suhu rendah, hari yang panjang atau cahaya merah. Salah satu efek giberelin pada biji adalah mendorong pemanjangan sel, sehingga radikula dapat menembus endosperm kulit biji yang membatasi pertumbuhan (Sallisbury & Ross, 1995). Rata-rata laju kecambah yang tercepat kedua ialah perlakuan A3 yaitu benih besar yang direndam ekstrak bawang merah yaitu 11,4%. Benih besar tentu memiliki kandungan cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan ukuran benih lainnya, hal ini menyebabkan perlakuan A3 mampu berkecambah lebih cepat karena mempunyai energi yang cukup banyak berasal dari cadangan makananya yang teroksidasi sebagai energi untuk proses pembelahan sel-sel. Perlakuan C3 yaitu benih kecil yang direndam ekstrak bawang merah justru memiliki laju rata-rata paling lama yaitu 17,6 hari. Benih yang

63 mengalami kemunduran ditandai dengan terlambatnya perkecambahan, diikuti penurunan laju perkecambahan, keserempakan dan daya kecambah (Sutopo, 2002). Seperti yang diketahui ekstrak bawang merah mengandung hormon auksin, seharusnya hormon auksin berperan penting dalam pertumbuhan, sehingga dapat digunakan untuk memacu kecepatan pertumbuhan tanaman pada budidaya yang dilakukan secara intensif. Tetapi perlakuan C3 memperoleh laju terlama, hal ini diduga karena pemberian hormon auksin eksogen dapat mengaktifkan hormon auksin endogen yang terdapat dalam tanaman (Mangoendidjojo 2003). Kondisi ini karena auksin yang terdapat di dalam tanaman telah mencukupi kebutuhan auksin sehingga pemberian auksin eksogen belum berpengaruh nyata. Ketika konsentrasi hormon auksin berlebihan maka dapat berubah menjadi penghambat pertumbuhan. Penghambatan ini karena interaksi auksin yang berlebihan akan menghasilkan etilen, juga konsentrasi auksin yang tinggi akan membentuk protein yang akan mengkatalisasi sintesis etilen. Akar mengeluarkan etilen dalam jumlah relatif kecil, tetapi pemberian auksin dapat meningkatkan kadar etilen, etilen ini akan menghambat pemanjangan akar dan batang karena pemelaran ke samping lebih terpacu, dan dapat mengganggu aktivitas metabolisme karena perbesaran sel berlangsung sangat cepat yang menyebabkan reaksi turgor dalam sel sehingga permeabilitas terganggu dan menyebabkan laju kecambah benih merbau yang direndam ekstrak bawang merah selama 6 jam menjadi lama (Abidin, 1985). Penyebab lain karena ukuran benih merbau kecil membuat perlakuan C3 memiliki laju kecambah terlama, karena energi yang diperlukan benih hanya tersedia sedikit dan mungkin saja kualitas benih telah menurun akibat penyimpanan benih yang

64 kurang tepat dan terlalu lama. Rata-rata laju kecambah benih yang direndam air panas berada pada laju menengah yaitu perlakuan A1 sebesar 13,6, perlakuan B1 yaitu 15,4 dan C1 yaitu 12,1 hari. Sesuai dengan penelitian Wijaya (2007) bahwa benih merbau yang dikikir dan direndam air panas 85 0 C memberikan laju kecambah sebesar 13,46 hari. Benih yang direndam pada air panas mempunyai kecepatan imbibisi yang tinggi karena suhu optimal jika dibandingkan dengan benih yang direndam pada air biasa (Wijaya, 2007). Hasil analisis varian (Lampiran 11.) terhadapap indeks vigor benih merbau menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya interaksi pada perlakuan rendaman dan ukuran benih. Tetapi pada perlakuan rendaman saja memberikan beda nyata pada indeks vigor benih merbau. Perhitungan Indeks vigor tertinggi diperoleh perlakuan A2, B2 dan C2 yaitu 1,9. Ketiga perlakuan ini menggunakan rendaman larutan rebung sebagai skarifikisinya. Didukung oleh nilai rata-rata persen kecambah benih merbau yaitu perlakuan benih merbau yang direndam larutan rebung memiliki rata-rata tertinggi, juga mempunyai laju kecambah paling cepat. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan larutan rebung mampu menjadi bahan alami yang digunakan untuk skarifikasi benih merbau juga mampu menambah kecepatan benih merbau dan menaikan indeks vigor benih merbau. Walau demikian nilai yang diperoleh ini tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wijaya (2007) pada benih merbau yaitu memperoleh indeks vigor hingga 5,08 pada perlakuan rendaman air panas 70 0 C pada rendam air panas selama 8 jam.

65 Perlakuan C1 dan B1 mempunyai indeks vigor 1,5, perlakuan B3 memperoleh indeks vigor sebesar 1,4, perlakuan A3 memperoleh indeks vigor sebesar 1,3 dan C3 memiliki nilai indeks vigor yang sangat rendah 0,9. Sutopo (2002) menjelaskan bahwa vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, yang dicirikan sebagai benih yang tahan lama jika disimpan, terbukti dari benih merbau yang digunakan dalam penelitian telah disimpan selama 9 bulan (September 2015 hingga Mei 2016) dan masih mampu berkecambah. Ciri berikutnya yaitu tahan terhadap serangan hama penyakit, perlakuan A1, A2 dan B2 mempunyai persentase kecambah yang tinggi, disaat penaburan benih merbau minggu ke-i dan ke-ii rata-rata pada tiap perlakuan terdapat kecambah yang terserang jamur (Lampiran 15a.). Tetapi perlakuan A1, A2 dan B2 hanya sedikit terkena dampak jamur tersebut, bahkan pertumbuhannya cepat dan merata. Kecambah dari kelompok perlakuan tersebut diharapkan mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal. Walau hasil yang ditunjukkan bahwa nilai indeks vigor yang diperoleh tidak terlalu tinggi, rata-rata benih memiliki vigor antara 0,9 hingga 1,9 yang artinya benih merbau hanya berkecambah 0-2 kecambah per hari. Sutopo (2002) mengatakan bahwa salah satu penyebab turunnya vigor benih ialah karena adanya Mikrobia. Mikroorganisme seperti cendawan atau bakteri yang terbawa oleh benih akan lebih bahaya bagi benih, kondisi lingkungan benih saat berkecambah yang memungkinkan berkembangnya patogen menjadi kendala benih untuk berkecambah. Pada saat penelitian, benih merbau umur 1 minggu banyak terserang jamur. Khususnya pada perlakuan A3 (benih besar direndam bawang merah) dan C3 (benih kecil direndam ekstrak bawang merah selama 6 jam). Dijelaskan oleh Fadila (2016) bahwa benih

66 berukuran kecil biasanya adalah benih yang terletak pada ujung buah, hal ini menjadi penyebab turunnya vigor benih merbau. Benih yang terletak di ujung buah mempunyai selaput pelindung yang sangat tipis menyebabkan benih peka terhadap serangan penyakit dan kekeringan. Penyebab lainnya menurut Sutopo (2002) ialah faktor mekanis yaitu kemunduran benih selama penyimpanan. Lamanya penyimpanan benih merbau yang digunakan untuk penelitian dan cara penyimpanan benih yang kurang tepat, menyebabkan kemampuan benih berkecambah menurun. Selain itu peneliti menduga bahwa letak penaburan benih merbau yang tidak dikubur dalam media menjadi salah satu penyebab rendahnya nilai indeks vigor, karena penaburan benih di atas permukaan media kadang terpengaruh oleh temperatur permukaan media yang tinggi sehingga menyebabkan kerusakan embrio (Tuheteru, 2011). Alasan-alasan inilah yang diduga menyebabkan nilai indeks vigor merbau sangat rendah.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan, hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan : 1. Bahan alam yang paling baik digunakan pada perkecambahan benih merbau adalah larutan rebung. Larutan rebung memiliki rata-rata persentase kecambah sebesar 81,7%, rata-rata Laju kecambah sebesar 11,7 dan Rata-rata Indeks Vigor sebesar 1,9. 2. Ukuran benih merbau yang menunjukkan perkecambahan paling baik setelah diberi perlakuan hormon tumbuh alami ialah benih berukuran sedang yaitu pada perlakuan B2, memiliki rata-rata persentase kecambah 82,6% dan laju kecambah paling cepat yaitu 10,6 hari, sedangkan nilai indeks vigor sebesar 1,9 diperoleh oleh semua ukuran benih merbau. 67

68 6.2 SARAN Berdasarkan penelitian ini, maka sebagai acuan yang baik untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan : 1. Perlu adanya penelitian baru mempertimbangkan ukuran benih dengan menggunakan benih yang masih segar. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya tanpa dilukai mengingat waktu yang dibutuhkan menjadi kurang efektif. 3. Penelitian lanjutan mengenai konsentrasi bawang merah yang paling tepat juga peting untuk dicoba. 4. Jika ingin meneliti menggunakan larutan rebung sebaiknya dibuat ke dalam bentuk ekstrak agar dapat mengetahui konsentrasi terbaik yang berpengaruh pada benih.