BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat

BAB 6 PEMBAHASAN. Dari 48 subyek pada penelitian ini, didapatkan subyek laki-laki lebih besar

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian kohort prospektif dari 40 subyek (metode consecutive

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada ketidakmampuan untuk mengendalikan fungsi motorik, postur/ sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL. Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB I PENDAHULUAN. serebelum sehingga menyebabkan keterbatasan aktivitas. 1, 2

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KAMAR BAYI RESIKO TINGGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. pertama sebagai penyebab kematian maternal. 2. Pendarahan obstetri secara umum dibagi menjadi perdarahan antepartum

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. AKB sejak tahun Pada tahun 1991, diestimasikan AKB sebesar 68 per

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

BAB I PENDAHULUAN. badan kurang dari 2500 gram saat lahir 1, sedangkan Berat Badan Lahir

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal ini tanpa melihat mempertimbangkan penggunaan insulin atau adanya gangguan

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju

Small for Gestational Age: What We Have Worried about?

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bayi dengan faktor risiko yang mengalami ketulian mencapai 6:1000 kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat. maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

BAB I PENDAHULUAN. Preeklampsia/eklampsia merupakan salah satu penyebab. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai. normal, bila terjadi berlarut-larut dan berulang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan preterm menurut The American College of. Obstreticians and Gynecologists (ACOG), 2014

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

GANGGUAN PERKEMBANGAN NEUROLOGIS PADA BAYI DENGAN RIWAYAT HIPERBILIRUBINEMIA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas, untuk dapat bersaing dengan negara lain. Proses pembentukan manusia yang berkualitas harus dimulai sejak dini. Gangguan perkembangan neurologis akan menghambat untuk mencapai tujuan ini. 1 Gangguan perkembangan neurologis (GPN) adalah kegagalan untuk memiliki kemampuan fungsi neurologis yang seharusnya dimiliki, yang disebabkan oleh adanya lesi (defek) dari otak yang terjadi pada periode awal pertumbuhan otak. Penyebab gangguan terjadi pada masa pranatal, perinatal ataupun pasca natal. 1,2,3 Salah satu penyebab gangguan perkembangan neurologis adalah Asfiksia Perinatal, merupakan kondisi yang serius menyebabkan mortalitas yang signifikan serta morbiditas jangka panjang. 3 Asfiksia Neonatorum ialah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera atau beberapa saat setelah lahir. Secara klinik ditandai dengan sianosis, bradikardi, hipotonia dan tidak ada respon terhadap rangsangan, yang secara obyektif dapat dinilai dengan Skor Apgar. Pada asfiksia terjadi kombinasi hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis. Asfiksia bisa disebabkan oleh faktor maternal, plasenta, fetal atau neonatal. 4,5 Komplikasi dari Asfiksia Neonatorum adalah Ensefalopati Neonatal. Ensefalopati Neonatal (EN) adalah suatu sindroma klinis berupa gangguan fungsi 1

neurologis pada hari-hari awal kehidupan bayi aterm, ditandai oleh kesulitan memulai maupun mempertahankan pernafasan, depresi tonus dan refleks, tingkat kesadaran subnormal dan seringkali berhubungan dengan kejang. Tingkat keparahan Ensefalopati bervariasi dan diklasifikasikan menjadi kategori ringan, sedang dan berat. 6 Angka kematian pada bayi Asfiksia Berat adalah sebesar 31%, tetapi 75% yang hidup tidak mengalami kelainan yang berat. Sedangkan yang dengan kelainan biasanya mengalami lebih dari satu kelainan, seperti retardasi mental, kuadriplegi spastik, mikrosefali, epilepsi dan kelainan sensoris. 7,8 Indarso pada pengamatannya terhadap 21 bayi dengan asfikasia berat sampai umur 2 tahun menemukan 33% bayi mengalami kelainan berupa: 42% palsi serebral, 42% retardasi mental, dan 16% Denver Developmental Screening Test (DDST) tidak sesuai umur. 9 Beberapa penelitian mengatakan bahwa bayi dengan Ensefalopati Neonatal mengalami gangguan neurologis berkisar 20% 10, 32% 11, 39% 12, 51% 13. Menurut penelitian Badawi, dkk (2001) prevalensi Ensefalopati Neonatal berkisar antara 1,8 sampai 7,7 per 1000 kelahiran hidup. 14 Kepustakaan lain mengatakan prevalensi Ensefalopati Neonatal adalah 6,1 per 1000 kelahiran hidup. 7 Kombinasi Skor Apgar lima menit 3 atau kurang dan tanda-tanda depresi serebral seperti kejang, terapi ventilator, atau kesulitan menetek dalam periode neonatal awal membawa peningkatan risiko secara bermakna untuk berbagai disabilitas minor di kemudian hari. Penelitian kohort berbasis populasi oleh Moster D dkk (2002) membuktikan bahwa anak dengan Skor Apgar rendah dan diikuti tanda 2

depresi serebral memiliki peningkatan risiko menderita gangguan perkembangan neorologis dan kesulitan belajar. 6 Sampai saat ini belum ada penelitiaan tentang hubungan ganggguan perkembangan neurologis pada anak dengan Ensefalopati Neonatal akibat Asfiksia Neonatorum, dimana tolok ukur untuk mengetahui skor abnormal gangguan perkembangan neurologis menggunakan metode Bayley Infant Neurodevelopmental Screener (BINS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Ensefalopati Neonatal akibat Asfiksia Neonatorum merupakan salah satu faktor penyebab gangguan perkembangan neurologis. 1.2 Masalah Penelitian Apakah Ensefalopati Neonatal akibat Asfiksia Neonatorum merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan perkembangan neurologis anak? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Ensefalopati Neonatal akibat Asfiksia Neonatorum sebagai faktor risiko terjadinya gangguan perkembangan neurologis. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mendeteksi kapan waktu timbulnya Gangguan perkembangan neurologis (metode pemeriksaan BINS) oleh karena Ensefalopati Neonatal akibat Asfiksia Neonatorum 3

b. Untuk mengetahui variable perancu seperti lama kejang, awitan kejang, status gizi terhadap hubungan anatara Ensefalopati Neonatal akibat Asfiksia Neonatorum dengan kejadian GPN. 1.4 Manfaat Penelitian a. Memberi informasi pentingnya deteksi dini gangguan perkembangan neurologis yang terjadi pada anak dengan riwayat Ensefalopati Neonatal akibat Asfiksia Neonatorum. b. Sebagai data penelitian klinis lain mengenai outcome jangka panjang dalam sudut pandang kualitas hidup anak dengan riwayat Ensefalopati Neonatal akibat Asfiksia Neonatorum. 1.5 Originalitas Penelitian Sampai saat ini belum ada penelitiaan mengenai gangguan perkembangan neurologis anak oleh karena Ensefalopati Neonatal akibat Asfiksia Neonatorum dimana timbulnya GPN di periksa dengan menggunakan skor Bayley Infant Neurodevelopmental Screener(BINS). Beberapa penelitian sebelumnya tentang neurodevelopment outcome bayi dengan Ensefalopati Neonatal yang serupa dengan penelitian kami namun berbeda dalam teknis pemeriksaan, kami tampilkan di bawah ini. 4

Tabel 1. Laporan penelitian neurodevelopmental outcome bayi dengan Ensefalopati Neonatal N O Authors EN (n) Hasil Follow up gradasi Meninggal GPN Normal 1 Ellis M,dkk (1999) ll,lll 102 44% 20% 36% 12 bulan 2 Miller SP,dkk (2004) ll 68 12% 32% 66% 30 bulan 3 Dixon G, dkk (2002) ll,lll 276 34% 39% 27% Case control 4 Ambalavanan N, dkk (2006) ll,lll 171 32% 51% 27% 18-22 bulan 5 Begum HA,dkk (2006) lll 30-60% 40% 24 bulan 6 Robertson CMT,dkk (1993) ll - 5% 15% 80% - 7 Carli G, dkk, (2004) ll 42 12% 36% 52% 12 bulan 5