I. PENDAHULUAN. beragam sebagai mekanisme pertahanan terhadap predator lain (Grosso et al,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. ke-20. Kemampuannya dalam menghasilkan senyawa antibiotik dapat memberikan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Indonesia penyakit kanker menduduki urutan ke-3 penyebab kematian sesudah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sebagai obat. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. senyawa bioaktif yang tidak ditemukan dalam produk alami terrestrial (Jimeno,

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masih tingginya angka kematian akibat kanker. Lebih detail, jenis kanker serviks

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memilki garis pantai sepanjang lebih kurang km dengan wilayah laut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN I.1

ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI ANTIMIKROBA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI JAMUR ENDOFIT TUMBUHAN BRATAWALI (Tinospora crispa) SKRIPSI

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

BAB I PENDAHULUAN. Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. pertiga bagian wilayahnya berupa lautan sehingga memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

UJI TOKSISITAS TERHADAP FRAKSI-FRAKSI DARI EKSTRAK DIKLORMETANA BUAH BUNI

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL. Aktivitas Antimikrob Ekstrak Kasar Senyawa Antimikrob

tanah tersebut. Kata rare untuk jenis bakteri Actinomycetes yang

BAB I PENDAHULUAN. Ageratum conyzoides L. merupakan tumbuhan sejenis gulma pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggunaan senyawa bahan alam cenderung meningkat. Bahan alam yang jumlahnya tidak terbatas ini menjadi potensi tersendiri

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

aeruginosa ATCC secara in vitro Pembuatan filtrat Streptomyces sp... 25

Isolasi Jamur Candida albicans dan Trichophyton rubrum serta Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak dan Fraksi Beberapa Spon Laut Terhadap Isolat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbagai makhluk hidup terus dilakukan. Hal ini disebabkan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati (mega-biodiversity) yang dimiliki perairan

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara maritim dikarenakan banyaknya gugus pulau

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi akut virus Dengue yang dimediasi oleh nyamuk Aedes dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. hidup jutaan penduduk di berbagai negara maju dan berkembang. Menurut WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA

SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI BEBERAPA JENIS SPON LAUT ASAL PULAU MANDEH SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. artinya tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, tetapi tidak hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme terdapat dimana-mana, seperti di dalam tanah, atmosfer, dari puncak gunung dan di dasar lautpun mungkin dijumpai.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

BAB III METODE PENELITIAN

memiliki aktivitas farmakologi diantaranya sebagai antibakteri, antivirus dan antikanker (Rodriguez dkk., 2009; Selim dkk., 2012). Salah satu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia dikenal sangat tinggi baik untuk flora

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai macam penyakit infeksi yang membutuhkan antibiotik

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DIPA FAKULTAS MIPA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu wilayah yang dikenal sebagai negara kepulauan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. kontaminasi di mana saja dan kapan saja. Bila terus-menerus terpapar oleh agen

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. paku di dunia (Jones dan Luchsinger, 1987; Sastrapradja, 1980 dalam Susilawati,

ISOLASI, KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN TUMBUHAN PACAR CINA (Aglaia odorata) SKRIPSI SARJANA KIMIA

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT ACTINOMYCETES 9ISP1 DARI SPONS ASAL PERAIRAN PULAU RANDAYAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi (megabiodiversity)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Senyawa Antibiotik dari Bacillus sp1 (HA1) yang Bersimbiosis pada Spon Laut Haliclona fascigera

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

BAB I PENDAHULUAN. mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem laut meliputi lebih dari 70% permukaan bumi, habitat ini ditempati oleh berbagai organisme laut yang menghasilkan metabolit yang beragam sebagai mekanisme pertahanan terhadap predator lain (Grosso et al, 2015). Organisme dari laut, terutama bakteri laut, actinomycetes, dinoflagellata, invertebrata dan spon, termasuk juga jamur, merupakan sumber senyawa bioaktif baru (Kiuru et al, 2014). Jumlah senyawa bioaktif dari laut yang telah teridentifikasi meningkat hingga 20 % selama tahun 2009-2013, dilaporkan 1011 senyawa bioaktif baru yang teridentifikasi di tahun 2009, 1003 di tahun 2010, 1152 di tahun 2011 dan 1241 di tahun 2012 (Li et al, 2015; Grosso et al, 2015). Spon adalah organisme laut yang paling produktif dalam menghasilkan senyawa bioaktif termasuk antimikroba. Namun, sebagian besar senyawa ini tidak diproduksi oleh spon itu sendiri, melainkan oleh bakteri atau jamur yang bersimbion dengan host mereka (Indraningrat, Smidt, dan Sipkema, 2016). Peranan secara fisiologi dan ekologi yang berasal dari endosimbion mikroba terhadap spon laut adalah peningkatan nutrisi, stabilisasi rangka spon dan produksi metabolit sekunder. Sedangkan mikroba simbion diharapkan mempunyai fungsi pertahanan host terhadap patogen, predator dan proses microfouling (Selvin et al, 2010). Diantara mikroba simbion spon, anggota filum bakteri Actinobacteria dan divisi jamur Ascomycota dominan menghasilkan senyawa bioaktif. Meskipun jumlah senyawa aktif yang dihasilkan oleh bakteri simbion (65,71%) lebih banyak 1

dari jamur simbion (34,28%), potensi jamur untuk menghasilkan senyawa bioaktif secara klinik saat ini lebih menarik dibandingkan bakteri (Thomas, Kavlekar, dan Lokabharathi, 2010). Metabolit sekunder yang diperoleh dari mikroorganisme laut mempunyai aktivitas sebagai senyawa anti bakteri, anti jamur, anti alga, anti HIV, anthelmentik, anti protozoa, anti tumor dan anti alergi (Bhatnagar dan Kim, 2012), antihipertensi, antioksidan, antikoagulan atau sebagai nutrasetikal yang potensial untuk terapi dalam pengobatan atau pencegahan penyakit (Kim dan Wijesekara, 2010). Penemuan senyawa antibakteri dan selanjutnya dikembangkan menjadi senyawa antimikroba sintetik, telah mempengaruhi terapi terhadap penyakit infeksi dengan meningkatnya kualitas dan umur hidup manusia dan organisme lainnya. Kenaikan kasus resistensi antibiotika yang mengkhawatirkan pada saat ini menyebabkan para peneliti mengekspolarasi untuk mengenali dan menghasilkan antimikroba baru (Mariottini dan Grice, 2016). Lebih dari 700 senyawa kimia telah dimurnikan dari 105 strain jamur laut yang menghasilkan senyawa dengan aktivitas antimikroba, 285 senyawa (40 % dari total) mempunyai aktivitas antibakteri dan antifungi, serta 116 komponen (15 % dari total) merupakan komponen antibakteri dan antifungi baru. Lebih dari satu senyawa baru dengan aktivitas antibakteri dan antifungi diisolasi dari satu strain fungi (Xu et al, 2015). Dari penelusuran literatur terhadap genus spon Haliclona sp, telah dilaporkan senyawa kimia dengan aktivitas sebagai antibakteri yaitu haliclotriol A dan B (Crews dan Harrison, 2000), haliclonadiamine dan papuamine (Fahy et 2

al,1988), senyawa kimia dengan aktivitas sitotoksis yaitu haliclamide (Randazzo, Debitus,dan Gomez-Paloma, 2001), kendarimide (Aoki et al, 2004), lembehyne A (Aoki et al, 2000), haligramide (Rashid et al, 2000), 3-alkilpiridinum (Casapullo et al, 2009). Metabolit sekunder yang diisolasi dari jamur simbion Emericella variecolor dengan spon Haliclona sp yaitu evariquinon, isoemerisellin dan stromemicin dengan aktivitas antiproliferasi (Bringmann et al, 2003), trichoderins A, A1 dan B yang diisolasi dari kultur jamur simbion Trichoderma sp dengan aktivitas aktif terhadap mikobakteri (Pruksakorn et al, 2010). Senyawa hirsutanol A-C dan ent-gloeosteretriol dengan aktivitas antibakteri diperoleh dari jamur yang belum teridentifikasi (Wang et al,1998), tetrasenokuinosin dan 5- iminoaransiamicin yang diisolasi dari kultur Streptomyces sp (Motohashi, Takagi, dan Shin-ya, 2010). Skrining aktivitas dari mikroba simbion spon H. fascigera telah dilakukan, dimana dari 25 jamur simbion spon laut H. fascigera, delapan ekstrak etil asetat isolat jamur simbion aktif terhadap Staphylococcus aureus dan satu ekstrak aktif terhadap Candida albicans (Handayani et al, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Aulia (2015) dan Rasyid (2015) telah diisolasi 21 jamur simbion dari spon laut H. fascigera. Dari 17 ekstrak etil asetat isolat kultur jamur simbion (konsentrasi 50 g/cakram) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), dimana salah satu diantaranya mempunyai zona daya hambat 22-26,6 mm adalah isolat jamur WR 8. Hasil skrining sitotoksik dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), dari analisis probit ekstrak 3

etil asetat WR 8 memiliki LC 50 1 ppm (Rasyid, 2015). Sehingga isolat jamur WR 8 potensial untuk diteliti lebih lanjut. Berdasarkan data dari peneltian tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan isolasi senyawa metabolit sekunder dengan aktivitas antibakteri dan sitotoksik dari jamur simbion spon H. fascigera yaitu WR 8. Hasil identifikasi molekular isolat jamur simbion WR 8 dengan determinasi gen 18S rrna berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium Penelitian Bioteknologi (LPB)-LIPI adalah Aspergillus unguis strain F300054. Dalam penelitian ini, isolasi metabolit sekunder jamur simbion A. unguis menggunakan media kultivasi yaitu media padat beras (Kjer et al, 2010). Isolasi senyawa bioaktif dilakukan dengan cara ekstraksi kultur media jamur dengan pelarut etil asetat dan pemisahan kandungan senyawa bioaktif dengan kromatografi kolom serta hasil fraksi dimonitoring dengan menggunakan kromatografi lapis tipis. Fraksi hasil pemisahan dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji. Senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri dan sitotoksik selanjutnya dikarakterisasi secara fisika, kimia dan fisikokimia. 1.2 Rumusan Masalah Dari hasil skrining penelitian yang telah dilaksanakan serta penelusuran literatur, ekstrak etil asetat isolat jamur simbion A. unguis dari spon laut H. fascigera mempunyai aktivitas antibakteri dan sitotoksik, maka perlu dilakukan penelitian tentang isolasi kandungan senyawa metabolit sekunder dan uji bioaktivitas antibakteri dan sitotoksik. 4

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etil asetat jamur simbion A.unguis dengan spon laut H. fascigera dan mengidentifikasi struktur kimianya serta uji bioaktivitas antibakteri dan sitotoksik. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dapat ditemukannya senyawa anti bakteri dan anti kanker yang dibutuhkan dalam mengatasi masalah infeksi bakteri dan sel kanker. 2. Dihasilkannya tesis dan dipublikasikan pada jurnal Internasional terindeks scopus. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan tentang isolasi senyawa antibakteri dari jamur simbion Aspergillus unguis dengan spon laut H. fascigera. 5