BAB I PENDAHULUAN. (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik dari sisi financial maupun non-financial. Hal ini berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB V PENUTUP. model dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan Food and Beverages yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran sebagai tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi dunia yang dibarengi dengan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kas perusahaan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sektor manufaktur dalam beberapa dekade terakhir. Industri tekstil dan garmen

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dalam jangka panjang yang tidak terbatas. Hal ini berarti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keuangan yang terjadi pada sebuah perusahaan dapat. dikarenakan adanya beberapa penyebab. Diantaranya adanya sistem kelola

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan usaha perbankan di Indonesia memiliki peran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (shareholder). Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor luar (ekstern) seperti bencana alam dan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan keuntungan (Meidera, 2013). Modal juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, telah

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MODEL SPRINGATE, ZMIJEWSKI DAN GROVER (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di BEI)

BAB 1 PENDAHULUAN. (kondisi ekonomi, keadaan politik, dan bencana alam) dan faktor internal (kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Potensi kebangkrutan yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin anjlok, terjun bebas dari Rp ,-/dollar AS hingga tembus hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga jumlah tenaga kerja yang menganggur meningkat.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL ( STUDI PADA EMITEN SYARIAH DI BEI TAHUN ) Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya going concern, suatu entitas dianggap mampu. aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perorangan atau lembaga dengan tujuan utamanya memaksimalkan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. minim, khususnya di wilayah luar Jawa. Hal tersebut terjadi karena setelah krisis pemerintah

1 BAB I PENDAHULUAN. besar dirasakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam sektor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. negara yang berkaitan erat dengan pasar modal. Pasar modal memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan keuntungan maksimal dengan risiko minimal. hilangnya kesempatan perusahaan untuk mencari keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan di periode sebelumnya. Perubahan laba menjadi ukuran keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan. Tujuan dari perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah, antara lain dengan melakukan hubungan kontraktual dengan para pemasok dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berlomba-lomba untuk meningkatkan produksi dan kualitas barang yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan profit,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan giji harian, perusahaan-perusahan tersebut yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu terpaksa bubar karena mengalami financial distress yang berujung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan siklus ekonomi menyebabkan dunia usaha terus mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberlangsungan sebuah perusahaan ditentukan oleh berbagai macam

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia lainnya. Pasar modal memiliki peran besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. peluang masing-masing pelaku bisnis untuk meraih keuntungan dan. keuangan menjadi penting dan strategis (Imanzadeh et al. 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. para manager perusahaan Indonesia diharuskan untuk memberikan laporan. perusahaan-perusahaan Indonesia semakin terpuruk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi untuk membayar utang atau kewajibannya kepada kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. dan valuta asing. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) turun dari angka 2.830

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan siklus ekonomi di Indonesia yang sangat cepat menyebabkan semakin banyak kasus yang terjadi dalam dunia usaha, baik dari sisi finansial ataupun non finansial. Perubahan ini berdampak pada persaingan ketat yang dialami semua kalangan pelaku usaha dalam dunia bisnis. Perusahaan diharapkan tidak hanya mampu beradaptasi dengan keadaan, tetapi juga dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan ditengah perubahan yang terus terjadi (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan keuntungan perusahaan dan kemakmuran pemilik perusahaan. Dalam mencapai tujuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, tidak jarang perusahaan dihadapkan pada kendala-kendala yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut, baik yang menyangkut internal perusahaan, kemampuan manajemen maupun kondisi eksternal perusahaan yaitu keadaan makro ekonomi seperti tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar mata uang asing dan sebagainya yang menyebabkan perusahaan berada pada keadaan kesulitan keuangan (Djumahir, 2007). Sekitar tahun 2008, dunia dikejutkan dengan krisis ekonomi di Amerika Serikat akibat subprime mortgage. Dampak dari krisis tersebut juga dirasakan oleh negara-negara di dunia, termasuk juga di Indonesia. Indonesia 1

2 sendiri pemah mengalami krisis multi dimensi pada pertengahan tahun 1997, yang sering disebut krisis moneter. Krisis ini dimulai dari merosotnya nilai rupiah terhadap dolar hingga sampai pada masalah likuidasi di bidang perbankan. Kepercayaan investor mulai menurun dan banyak masalah keuangan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Banyak perusahaan yang mengalami kondisi yang disebut dengan financial distress. Menurut Plat dan Plat (2002) financial distress merupakan suatu kondisi yang menunjukkan tahap penurunan dalam kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi (Dwijayanti, 2010: 191-192). Pada tahun 2015 dimana pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (Amerika Serikat) cenderung melemah selama kuartal 1 tahun 2015. Hal itu ditambah permintaan terhadap dolar AS yang cenderung naik di kuartal II 2015 untuk membayar hutang perusahaan swasta dan BUMN. Pelemahan rupiah ini juga menjadi salah satu tekanan terhadap laju indeks harga saham dimana sektor saham aneka industri dan manufaktur masing-masing turun 9,56 persen dan 8,23 persen secara year to date. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate,rupiah telah melemah sebesar 6,92 persen secara Ytd dari level Rp 12.474 per dolar AS pada 2 Januari 2015 menjadi Rp 13.338 per dolar AS pada 26 Juni 2015. Sepanjang Juni 2015 nilai rupiah berkisar antara Rp 13.200 Rp 13.300 per dolar AS, hingga sepanjang September 2015 rupiah semakin beranjak menembus Rp 15.000 (Arthur Gideon, 2015). Adanya peningkatan nilai tukar rupiah pada tahun 2015 sangat terasa untuk perusahaan yang masih melakukan pembelian bahan baku impor, seperti

3 gandum, gula, susu kedelain dan lain-lain. Selain itu, kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) yang rata-rata mencapai 9% hingga 30% pada 2014 memaksa pelaku usaha melakukan penyesuaian pada komponen biaya produksi. Tahun ini ancaman kenaikan harga Tarif Dasar Listrik juga sudah di depan mata, industri makanan minuman (go public) yang berada dalam golongan I3 akan naik sekitar 38%. Belum lagi, kenaikan BI Rate hingga 7,5% pada akhir 2013 menyebabkan naiknya suku bunga pinjaman. Kondisi ini tidak hanya memukul pengusaha besar, melainkan juga berdampak pada pengusaha UMKM makanan dan minuman yang kebanyakan masih informal. Selain harus mampu bersaing dengan produk-produk lokal, UMKM dihadapkan pada membanjirnya produk impor ke pasar Indonesia (Septian Deny, 2014). Perusahaan Food and Beverages merupakan salah satu industri yang selalu mengalami tingkat persaingan yang tinggi di Indonesia dan merupakan salah satu sektor perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan selalu meningkat dalam beberapa kurun waktu terakhir. Selain itu, perusahaan Food and Beverages memiliki karakteristik, yaitu mudahnya perusahaan baru untuk memasuki industri sehingga akan menyebabkan peningkatan persaingan antar perusahaan. Sebagian besar masyarakat Indonesia berpendapat bahwa perusahaan Food and Beverages tidak akan mengalami kebangkrutan atau kemungkinannya kecil bahwa perusahaan tersebut akan mengalami kebangkrutan. Hal tersebut tidak terlepas dari banyaknya kasus yang sedang dihadapi oleh industri makanan dan minuman.

4 Sektor industri makanan dan minuman terus mengalami pertumbuhan, pada semester I 2015 pertumbuhan mencapai 8,46 persen. Meskipun begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh industry makanan dan minuman seperti adanya kekurangan bahan baku dan bahan penolong, infrastruktur yang terbatas, serta suku bunga yang tinggi untuk investasi. Melemahnya nilai tukar rupiah mempengaruhi biaya produksi industri. Untuk menekan impor bahan baku pemerintah terus mendorong perusahaan menggunakan bahan impor (Yudha Manggala, 2015). Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi oleh perusahaan makanan dan minuman adalah ketersediaan bahan baku, dimana sebagian besar masih harus di impor. Ketergantungan akan bahan baku impor membuat produk makanan dan minuman asal Indonesia tidak kompetitif, karena minimnya produksi bahan baku dalam negeri. Contohnya saja untuk industri pangan yang berbahan baku terigu, terlebih industri yang memerlukan bahan baku lokal namun harganya menggunakan patokan dolar AS, seperti kelapa sawit. Adapun ancaman lain yang kemungkinan akan dihadapi oleh perusahaan adalah jika produksinya tidak mencapai skala industri akan mengancam kondisi keuangan perusahaan yang dapat berpotensi mengalami kebangkrutan (Bisnis.com diakses pada 22.25 WIB, 17 Oktober 2016). Kebangkrutan merupakan tantangan lain dan permasalahan esensial yang harus dihadapi dan diwaspadai oleh suatu perusahaan. Kebangkrutan adalah suatu kondisi dimana suatu perusahaan tidak mampu lagi untuk megoperasikan perusahaan dengan baik karena kesulitan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan

5 tersebut sudah sangat parah. Kesulitan keuangan yang sangat parah terjadi ketika jumlah kewajiban lancar melebihi aktiva lancar (Prihanthini dan Sari, 2013). Kebangkrutan suatu perusahaan biasanya diawali dengan kesulitan keuangan yang ditandai oleh adanya ketidakpastian profitabilitas pada masa yang akan datang. Menurut Gamayuni (2011) dalam Prihanthini dan Sari (2013), penyebeb kebangkrutan dapat berasal dari dua faktor yakni faktor internal dan faktor external perusahaan. Faktor internal meliputi kurangknya pengalaman manajemen, kurangnya pengetahuan dalam mempergunakan aset dan liabilitas secara efektif. Sedangkan faktor eksternal yaitu inflasi, sistem pajak dan hukum, depresiasi mata uang asing, dan alasan lainnya. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan tentunya ada beberapa pihak yang akan dirugikan seperti investor dan kreditor. Setiap perusahaan mempunyai risiko kebangkrutan, meskipun perusahaan Food and Beverages terkenal dengan tahan banting terdapat berbagai ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan misalnya saja berupa isu-isu yang menyebabkan turunnya tingkat penjualan perusahaan Food and Beverages. Seperti isu-isu negatif yang berkembang seputar makanan dan minuman yang beredar di Indonesia. Secara umum isu negatif tersebut adalah adanya bahanbahan berbahaya yang terkandung dalam makanan atau minuman yang beredar di pasaran. Isu seperti itu dapat membuat masyarakat berkurang minatnya untuk mengkonsumsi produk tersebut. Jika permintaan masyarakat berkurang maka pendapatan perusahaan akan berkurang, maka lambat laun perusahaan akan bangkrut apabila tidak mampu mendeteksi dan mengatasi hal tersebut.

6 Fenomena-fenomena itulah salah satu faktor yang dapat menjadikan perusahaan di sektor Food and Beverage mudah untuk mengalami likuidasi/kebangkrutan. Untuk mengatasi atau meminimalisir terjadinya kebangkrutan di perusahaan, pihak manajemen harus melakukan pengawasan terhadap kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan alat yang dapat mendeteksi potensi kebangkrutan perusahaan. Alat ini dilakukan dengan melakukan analisis prediksi kebangkrutan yang diukur melalui laporan keuangan perusahaan bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebangrutan yang dimiliki perusahaan dari tahun ke tahun dan dapat digunakan sebagai peringatan awal bagi perudahaan yang diprediksi bangkrut dan pihak manajemen perusahaan dapat memperbaiki kinerjanya di masa mendatang. Analisis laporan keuangan ini dilakukan untuk memperoleh peringatan awal terhadap tanda-tanda kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda tersebut diketahui, semakin baik bagi pihak manajemen untuk dapat melakukan perbaikan. Dalam melakukan analisisa prediksi kebangkrutan terdapat berbagai macam alat prediksi yang dapat digunakan yaitu model Altman Z-Score, model Springate, model Zmijewski dan model Grover yang diciptakan melalui pendesainan ulang model Altman (Prihanthini dan Sari, 2013). Munculnya berbagai macam prediksi kebangkrutan merupakan antisipasi dan sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model-model prediksi kebangkrutan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasi bahkan memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi kebangkrutan.

7 Penelitian terdahulu mengenai kebangkrutan suatu perusahaan telah banyak dilakukan di Indonesia pada berbagai sektor perusahaan dengan menggunakan berbagai model prediksi kebangkrutan. Prihanthini dan Sari (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keempat model serta tingkat akurasi tertinggi yang diraih oleh model Grover sebesar 100 persen, kemudian disusul oleh model Springate sebesar 90 persen, model Zmijewski sebesar 90persen, dan terakhir model Altman Z-Score sebesar 80 persen. Fatmawati (2012), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model Springate memiliki tingkat akurasi tertinggi diantara model Altman, model Zmijewski dan model Springate adalah model Zmijewski. Imanzadeh et,al, (2011) dalam penelitiannya pada perusahaan farmasi dan tekstil, menyatakan bahwa model Springate dan Zmijewski memiliki perbedaan yang signifikan. Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan dan dengan adanya perbedaan yang muncul dari beberapa penelitian terdahulu, maka penelitian saat ini ingin mengkaji ulang mengenai perbedaan hasil analisis prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model Springate, Zmijewski dan Grover. Adapun alasan penulis menggunakan ketiga model tersebut untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan Food and Beverages adalah karena cukup menarik dan cukup mudah digunakan untuk memprediksi kebangkrutan. Selain itu, dengan analisis tingkat kesehatan keuangan perusahaan akan dapat menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, keefektifan penggunaan aktiva, dan hasil penjualan.

8 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model prediksi kebangkrutan manakah yang memiliki tingkat keakurasian tertinggi sehingga dapat memberikan informasi mengenai adakah indikasi kebangkrutan pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI yang relevan. Peneliti tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI dengan periode pengamatan tahun 2011-2015. Peneliti memilih tahun pengamatan selama 5 tahun terakhir karena peneliti meyakini bahwa hasil yang diperoleh akan lebih relevan. Oleh karenanya, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MODEL SPRINGATE, ZMIJEWSKI DAN GROVER (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian saat ini adalah Bagaimana analisis tingkat keakurasian model Springate, model Zmijewski dan model Grover dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian saat ini adalah untuk menganalisis tingkat keakurasian model Springate, model Zmijewski dan model Grover dalam

9 memprediksi kebangkrutan perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang akan menggunakannya, yaitu : 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan terkait dengan analisis prediksi kebangkrutan perusahaan dan dapat membandingkan dengan materi yang telah diperoleh dalam perkuliahan Analisis Laporan Keuangan. 2. Bagi Akademis Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan informasi sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama. 3. Bagi Investor dan Kreditor Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada para investor dan kreditor mengenai kondisi suatu perusahaan yang dapat digunakan sebagai, bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dan pengambilan keputusan pemberian kredit. 4. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan dan dapat dijadikan sebagai alat pendeteksi kebangkrutan lebih awal. Jika terdapat gejala

10 kebangkrutan pihak manajemen dapat melakukan tindakan pencegahan, misalnya dengan melakukan merger atau restrukturisas. 5. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepeda pemerintah mengenai tanda-tanda awal kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman di Indonesia, supaya pemerintah fokus terhadap pertumbuhan industri makanan dan minuman dengan memperbaiki infrastruktur yang ada serta melakukan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan lebih awal. 1.5 Sistematika Penelitian Skripsi Untuk memudahkan pembahasan penelitian skripsi, penulis menuangkan dalam bentuk tulisan yang terdiri dari lima bab: BAB I PENDAHULUAN Bab I menguraikan tentang latar melakang masalah yang akan di teliti, perumusan masalah, tujuan penelitiaan, manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II menguraikan mengenai penelitian terdahulu, landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tentang definisi kebangkrutan, analisis rasio keuangan yang berpengaruh dalam kebangkrutan, serta model-model prediksi kebangkrutan yang akan digunakan, dan kerangka konseptual.

11 BAB III METODE PENELITIAN Bab III menjelaskan mengenai rancangan penelitian, batasan penelitian, sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Bab IV membahas mengenai gambaran subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang diolah dengan menggunakan alat uji spss dan melakukan perhitungan tingkat akurasi dengan bantuan program Microsoft Excel serta dilakukan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V merupakan penutup dalam penulisan skripsi yang menyimpulkan hasil analisis yang telah dilakukan. Selain itu disertakan pula beberapa keterbatasan dari penelitian ini serta saran yang diharapkan sebagai bahan pertimbangan agar tidak terjadi kesalahan.