BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, dengan kekayaan alam yang dimiliki tersebut seharusnya Indonesia dapat menjadi negara yang maju dengan tingkat kesejahteraan rakyat yang tinggi. Namun hal itu sangat berbeda dengan keyataan yang ada, Indonesia masih tergolong negara yang berkembang dimana angka kemiskinan masih sangat tinggi, (Supriyanto, 2011). Salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional salah satunya dalah pajak. Pajak menempati posisi yang paling penting sebagai stabilisator kekuatan ekonomi dan kinerja dalam sistem pemerintahan negara karena pajak merupakan sumber utama penerimaan dan sebagai pondasi kekuatan ekonomi suatu negara dalam menjalankan pemerintahan serta membangun, Negara membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan sebagai setiap potensi sumber dana yang dimiliki setiap negara, baik berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat, salah satu bentuk iuran dari masyarakat adalah pajak sebagai salah satu unsur penerimaan negara, pajak memiliki peran yang sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran pemerintah, (Supadmi, 2009). Perpajakan merupakan salah satu instrument kebijakan fiskal yang dinamis, penerapannya harus senantiasa mengikuti dinamika perekonomian, baik domestik maupun internasional. Mengingat adanya dua fungsi yang melekat pada pajak (budgetair dan regulerend), maka dalam pemungutan pajak bukan hanya ditunjukkan untuk menjaga dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi, juga mengenjot penerimaan negara. Oleh karena itu, setiap tahunnya Direktorat Jendral Pajak dituntut untuk selalu meningkatkan penerimaan dari sektor pajak 1
2 sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk pembangunan, (Harinurdin, 2009). Menurut lembaga pemungutannya, pajak dikelompokkan menjadi dua jenis,yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemeritah pusat dan digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Negara. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai. Sedangkan Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah dipungut oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah provinsi Kota Bandung memungut pajak yang terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan diatas air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan kendaraan diatas air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Permukaan. Sedangkan pemeritah kabupaten/kota memungut pajak yang terdiri atas Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah/Bangunan, (Ikatan Akuntan Indonesia, 2013 : 7-8 ). Pajak Daerah Kota Bandung dipungut oleh Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. Beberapa macam pajak yang dipungut oleh Dinas Pelayanan Pajak sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 2 ayat (2) jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini Kota Bandung yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, serta Pajak Bumi dan Bangunan yang telah dipungut sejak bulan Januari tahun 2015. Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan. Proposi Pendapatan Asli Daerah dari seluruh penerimaan daerah masih sangat rendah bila dibandingkan penerimaan dari bantuan penerimaan pemerintah pusat. Keadaan ini yang menyebabkan perlu dilakukan suatu upaya untuk menggali potensi keuangan
3 daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah. Pentingnya Pendapatan Asli Daerah dalam menunjang pendapatan tetap yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan Pemerintah Kabupaten sangat disadari oleh pemerintah Daerah. Demikian pula alternatif-alternatif untuk memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah telah pula dipertimbangkan Pemerintah Kabupaten, (Mardiasmo, 2003). Satu dari Sembilan mata pajak yang dikelola Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung, tidak mencapai target. Hal itu diungkapkan kepala bidang perencanaan dinas palayanan pajak kota Bandung Gingin Ginanjar. Kesembilan mata pajak menurut Gingin, antara lain, Pajak Hotel, Restoran, Hiburan, Parkir, Pajak Penerangan Jalan, BPHTB, PBBN, Reklame dan Pajak Air Tanah. Sedangkan yang belum tercapai targetnya adalah pajak reklame. Tidak tercapainya target ini, karna penarikan pajak reklame ini berdasarka izin. Sehingga reklame yang belum memiliki izin tidak bisa ditarik pajaknya. Sebab itu, dinas palayann pajak tengah giat mencari reklame mana saja yang tidak memiliki izin. Untuk selanjutnya diambil tindakan, mulai dari penutupun materi reklame, sampai pembongkaran reklame, pajak reklame mengalami pendapatan yang ke 2 (dua), masalah umum yang dihadapi pada sektor pajak reklame ini adalah kurangnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam meningkatkan pajak reklame ini, disebabkan kurangnya sosialisasi pemerintah daerah kepada masyarakat tentang pajak reklame, selain itu juga kurangnya pengawasan dari aparatur pemerintah kota dalam rangka pengelolaannya. Salah satu contohnya adalah adanya reklame yang tanpa izin pemasangan dari pemerintah kota ataupun reklame yang perizinannya sudah mati, selain itu juga banyaknya reklame yang ilegal dan tidak tertata dengan rapi sehingga dapat merusak pemandangan kota, serta banyak lagi hal-hal negatif lainnya yang dapat mengurangi penerimaan pajak reklame. Disisi lain, kontribusi pajak reklame terus diharapkan akan semakin meningkat dari tahun ketahun untuk menambah penerimaan PAD agar tujuan otonomi daerah untuk menciptakan kemandirian daerah di sektor keuangan akan dapat terwujud, (pojokbursa.com). Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berdasarkan kepada wewenang yang diberikan kepada
4 pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan satu jenis pajak kabupaten/kota. Untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menertibkan peraturan daerah tentang pajak reklame yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan, pengenaan dan pemungutan pajak reklame di kabupaten/kota yang bersangkutan. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan/atau dinikmati oleh umum. Dengan dilakukan perhitungan, pembayaran dan pelaporan atas kewajiban pajak yang tepat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, tentunya akan menambah kas negara dan juga kas daerah. Seperti kita ketahui dilingkungan sekitar kita khususnya dijalan raya sering kita jumpai iklan-iklan yang berupa papan billboard, spanduk (kain), selebaran (pamphlet, flyer, poster) yang tentunya dalam pemasangan dikenai pemotongan pajak yang biasa disebut reklame, (Ayunda, 2011). Uraian diatas melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian yang selanjutnya disusun dalam Laporan Tugas Akhir dengan Judul TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN PERHITUNGAN, PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK REKLAME PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BANDUNG. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut 1. Bagaimana perhitungan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. 2. Bagaimana mekanisme pembayaran pajak reklame oleh wajib pajak pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung.
5 3. Bagaimana mekanisme pelaporan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penulis Pelaksanaan Penelitian yang dilakukan penulis dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis, guna menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui perhitungan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui mekanisme pembayaran pajak oleh wajib pajak pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui mekanisme pelaporan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Penulis Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang perpajakan khususnya mengenai Pajak Reklame, disamping itu sebagai sarana untuk membandingkan penerapan ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti kuliah dengan praktik dilapangan. 2. Dispenda Kota Bandung Sebagai masukan dan informasi untuk instansi guna memperbaiki serta meningkatkan kinerja yang ada sehingga menjadi lebih baik.
6 3. Pihak Lain Hasil tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan informasi tambahan, bahan kepustakaan dan bahan penelitian lebih lanjut, khususnya bidang studi perpajakan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengambilan data dan informasi di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung Jalan Cianjur No. 34 Bandung, adapun pengambilan data dan informasi tersebut di mulai dari bulan Agustus sampai dengan bualan Februari 2017