Gambar 3.1. Struktur Perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BB. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

2017, No Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lemba

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

2 Penetapan Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Re

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lem

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset

RINGKASAN PORTOFOLIO IIF Sampai dengan Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

Paparan Publik Tahunan. Jakarta, 11 Agustus 2015

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG POKOK-POKOK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN INTERNATIONAL POWER Plc. OLEH GDF SUEZ S.A.

KEPPRES 37/1992, USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 01 Mar :10:03

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jasa Perminyakan*

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Pre

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

*40950 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 35 TAHUN 2004 (35/2004) TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

DAFTAR INFORMASI YANG DIKECUALIKAN PADA BUMD NON KEUANGAN MILIK PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

Transkripsi:

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat PT. X Berdasarkan data yang diperoleh melalui Laporan Tahunan 2009, PT. X didirikan pada 9 Juni 1980 di bawah hukum Republik Indonesia dan memulai usahanya sebagai perusahaan penyedia jasa anjungan pemboran dan merupakan kontraktor pemboran swasta pertama di Indonesia. PT. X melakukan sebelum penawaran perdana saham ke publik di tahun 1994 dan saat ini masih menjadi anggota Bursa Efek Indonesia. 3.2. Wawasan Perusahaan Di usianya yang hampir mencapai 30 tahun, PT. X telah tumbuh menjadi kelompok usaha yang berkantor pusat di Indonesia, bergerak di sektor energi terpadu dengan fokus pada industri Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas di Indonesia dan Internasional, Ketenagalistrikan dan Industri Hilir. PT. X PT. A PT. B PT. C PT. D E&P Minyak dan Gas Indonesia E&P Minyak dan Gas Internasional Ketenagalistrikan Industri Hilir Sumber: Laporan Tahunan PT. X, 2009 Gambar 3.1. Struktur Perusahaan a. PT. A Sejak tahun 1992 PT. A memasuki industri eksplorasi dan produksi minyak dan gas. Untuk meningkatkan produksi dan cadangan minyak dan gasnya PT. A melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi pada lapangan- 34

35 lapangan yang sudah matang maupun baru ditemukan. Sampai dengan saat ini, PT. A telah mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah untuk memegang PSC di 15 blok yang tersebar di Sumatra Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Papua. Seluruh kegiatan usaha eksplorasi dan produksi migas PT. A di Indonesia dikelola dan dioperasikan oleh PT. A, anak perusahaan yang dimiliki penuh. b. PT. B Kegiatan PT. A E&P Migas Internasional mencakup eksplorasi, pengembangan dan produksi minyak mentah dan gas alam, serta menyediakan jasa pengelolaan dan pengoperasian lapangan migas yang berproduksi. Pengelolaan dan pengoperasian kegiatan usaha eksplorasi dan produksi minyak dan gas di negaranegara tersebut dilakukan oleh anak perusahaan yang dimiliki penuh, PT. B yaitu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Republik Singapura, dengan sebagian besar tenaga ahli berasal dari Indonesia. PT. B bertindak sebagai perusahaan sub-holding atas seluruh perusahaan migas PT. X di luar negeri. Sebagai perusahaan sub-holding, PT. B bertanggung jawab untuk mengelola dan mengoperasikan kegiatan eksplorasi, pengembangan serta produksi blok-blok migas perusahaan di luar negeri, baik yang hak partisipasinya dipegang sendiri maupun bersama dengan mitra strategis. PT. B juga memiliki tanggung jawab untuk mengawasi operasi aset migas PT. X di luar negeri yang tidak dioperasikan oleh Perusahaan. Saat ini PT. B memiliki kontrak kerja di beberapa negara, yaitu: Amerika, Yemen, Kambodia, Libya, Tunisia dan Oman. Lingkup pekerjaan PT. B adalah sebagai berikut: a. Membangun perusahaan eksplorasi dan produksi yang besar dan berkesinambungan, menargetkan aset minyak di wilayah dalam tahap eksploitasi.

36 b. Menumbuhkan portfolio aset produksi dan kesempatan menemukan aset non-produksi dan eksplorasi yang seimbang dengan pembagian risiko geografik dan geologi yang tersebar. c. Membangun jaringan kerjasama perusahaan yang luas bersama perusahaan induk dan mencari kemitraan strategis untuk mengidentifikasikan aset-aset potensial yang baru. d. Mengidentifikasikan kesempatan pertumbuhan terhadap aset dibeberapa wilayah dimana tempat perusahaan beroperasi. e. Menjadi lebih selektif dan disiplin dalam melakukan komersialisasi aset dengan berfokus pada lebih awal produksi, arus kas dan nilai para pemegang saham. Lease dan Kontrak Hak Partisipasi Migas PT. B yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas di luar negeri beroperasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara setempat. Oleh karenanya, persyaratan dari lease dan/atau kontrak atas hak partisipasi pada suatu aset yang dipegang beragam dari satu negara ke negara lainnya. Berikut ini lease dan kontrak yang dipegang oleh PT. B: Perjanjian Leasing Lease merupakan kontrak, pengaturan bagi hasil, kerjasama patungan atau perjanjian yang dikeluarkan atau disetujui oleh Pemerintah Amerika Serikat berdasarkan Undang-Undang Sewa Mineral yang mengizinkan kegiatan eksplorasi, ekstraksi atau pemindahan migas. PT. B memiliki beberapa Perjanjian Leasing yang diatur oleh Badan Pengelola Mineral AS. Perseroan sebagai pemegang Perjanjian Leasing wajib membayar royalti dari izin tersebut setiap tahun dalam bentuk tunai sesuai dengan jumlah produksi migas di tahun tersebut.

37 Perjanjian/Kontrak Bagi Hasil Sebagian besar negara-negara produsen migas menerapkan Perjanjian/ Kontrak Bagi Hasil (PSC/A) untuk setiap blok yang diberikan kepada perusahaan kontraktor minyak dan gas yang berminat melakukan eksplorasi, pengembangan dan produksi minyak dan gas di masing-masing negara. PSC/A biasanya dilakukan dengan pemerintah atau perusahaan minyak nasional dari negara yang bersangkutan. Berdasarkan PSC/A, kontraktor wajib untuk menyediakan seluruh pendanaan dan menanggung risiko kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi. Sebagai gantinya, kontraktor berhak untuk mendapatkan bagian dari hasil produksi yang besarnya terdiri dari bagian tetap dan tidak tetap yang dicadangkan untuk pengembalian biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor. Sedangkan sisa dari produksi tersebut dibagi dengan pemerintah berdasarkan prosentase tertentu dari volume produksi atau pendapatan. Di beberapa negara, pemerintah atau perusahaan minyak nasionalnya akan ikut berpartisipasi dalam pembagian biaya pengembangan dan produksi. Hingga akhir tahun 2009, PT. B memiliki dua PSC yang ditandatangani dengan Cambodia National Petroleum Agency, dua PSA yang ditandatangani dengan Yemen General Corporation for Oil & Gas, satu Exploration and Production Sharing Agreement (EPSA) yang ditandatangani dengan the National Oil Corporation of the Great Socialist People s Libyan Arab Jamahiriya (NOC) dan satu Concession Permit yang ditandatangani dengan Pemerintah Republik Tunisia. Kesepakatan bagi hasil dari kontrak-kontrak tersebut berbeda antara satu dengan lainnya. Perjanjian Penyedia Jasa Eksplorasi dan Produksi Perjanjian Penyedia Jasa Eksplorasi dan Produksi (SEPA) merupakan perjanjian yang dilakukan dengan perusahaan minyak nasional dari negara tertentu untuk menyediakan jasa sebagai kontraktor pihak ketiga untuk melakukan operasi atas nama perusahaan minyak nasional tersebut. Sebagai

38 operator kontrak, perusahaan pemegang SEPA bertanggungjawab untuk menahan penurunan produksi, meningkatkan produksi serta melakukan eksploitasi atas cadangan minyak lapangan yang berproduksi sesuai ketentuan SEPA. Pemegang SEPA berhak atas imbalan produksi dan memperoleh pemulihan atas seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. PT. B memegang SEPA dari Petroleum Development Oman (PDO), perusahaan minyak Oman, untuk mengoperasikan Lapangan Karim, sekumpulan lapangan minyak produksi di darat yang mulai berproduksi sejak tahun 1987 melalui 115 sumur. c. Ketenagalistrikan Sejak tahun 2004 PT. C mulai menggeluti kegiatan usaha Ketenagalistrikan. Dimulai dengan berpartisipasi dalam pembangunan dan pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Panaran, Pulau Batam, PT. C mulai memasok listrik ke PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai Pemasok Listrik Swasta (IPP). Keberhasilan PT. C sebagai IPP mendapatkan pengakuan dari PLN Batam sehingga mendapatkan kepercayaan untuk menambah kapasitas pasokannya melalui PLTG kedua di tahun 2006, serta mulai meningkatkan kapasitas pasokannya di tahun 2010 melalui penambahan generator dan turbin di PLTG kedua. Perusahaan memegang kontrak untuk mengoperasikan dan memelihara Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara di Tanjung Jati, Jawa Tengah, yang mulai diberlakukan pada tahun 2006. Disamping itu, juga mendapat kontrak pengembangan, pembangunan dan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap Panas Bumi di Sarulla, Sumatra Utara. PT. C melakukan pengelolaan dan pengoperasian kegiatan usaha Ketenagalistrikan melalui anak perusahaan yang dimiliki penuh.

39 d. Industri Hilir PT. D mulai mengoperasikan Kilang Methanol milik PT Pertamina (Persero) sejak tahun 1997 dengan menggunakan gas alam dari blok minyak dan gas Perusahaan, Tarakan PSC di Kalimantan Timur. Pada tahun 2003, PT. D mengembangkan kegiatan Industri Hilir dengan membangun dan mengoperasikan Kilang Liquified Petroleum Gas (LPG) untuk memproses gas ikutan dari produksi minyak Perusahaan di lapangan minyak terbesar, Kaji dan Semoga, yang terletak di blok Rimau PSC, Sumatra Selatan. Pemrosesan gas ikutan dari produksi minyak ini juga dilakukan dalam upaya Perusahaan untuk menurunkan emisi yang berasal dari pembakaran gas ikutan tersebut. Dengan memanfaatkan Penerbitan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, pada tahun 2007, PT. D mengembangkan kegiatan Industri Hilir dengan mengambilalih dan mulai mengoperasikan Fasilitas Penyimpanan dan Distribusi Bahan Bakar yang terletak di Cilincing, Jakarta Utara, serta Perdagangan dan Distribusi Bahan Bakar Solar ke berbagai industri di Jakarta. e. Inkubator Bisnis Baru PT. X terus mengkaji dan mengupayakan pengembangan unit usaha Gas Metan Batubara (GMB) dengan PSC GMB di Sumatra Selatan; unit usaha pertambangan batubara yang memegang dua Kontrak Konsesi Batubara di Kalimantan Timur; dan unit usaha distribusi gas yang memiliki dan mengoperasikan jalur pipa sepanjang 17,5 kilometer di Sumatera Selatan. Pengelolaan dan pengoperasian dari masing-masing unit usaha tersebut dilakukan oleh beberapa anak perusahaan yang dimiliki penuh.

40 3.3. Visi, Misi dan Strategi Perusahaan PT. X mempunyai visi menjadi perusahaan energi pilihan bagi investor, pemegang saham, mitra kerja, karyawan, serta masyarakat umum dan memiliki misi untuk mengembangkan sumber-sumber energi potensial menjadi portfolio investasi yang menguntungkan. Sejalan dengan visi dan misi tersebut, PT. X memfokuskan pada strategi korporasi yaitu: a. Membangun usaha dengan pertumbuhan yang menguntungkan berdasarkan tiga kegiatan usaha utama, yaitu E&P Migas, Ketenagalistrikan, dan Industri Hilir dengan memanfaatkan sumber bahan bakar fosil maupun bahan bakar yang dapat diperbarui. b. Mengembangkan posisi yang kuat di bidang industri bahan bakar yang dapat diperbarui dalam lima sampai delapan tahun ke depan melalui rekonfigurasi dan fokus ulang terhadap kegiatan industri hilir dengan memanfaatkan sumber daya pertanian Indonesia yang berlimpah. c. Meningkatkan posisi Perusahaan di pasar migas global dengan memperjelas arah dari kegiatan internasional Perusahaan. d. Mengembangkan kegiatan Perusahaan dengan pengalokasian modal secara fleksibel dan inovatif melalui unit Inkubator Kegiatan Usaha Baru. e. Meningkatkan efektifitas organisasi dengan menerapkan pengawasan keuangan secara disiplin, menanamkan budaya kinerja tinggi dan mengembangkan kompetensi karyawan. 3.4. Risiko Perusahaan Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki risiko yang berkaitan dengan bisnis perusahaan, yaitu diantaranya: a. Risiko Usaha dan Pengelolaan Risiko Mayoritas aset dan operasi perusahaan berada di Indonesia, sekalipun memiliki jumlah aset yang bertambah di negara-negara lain. Oleh

41 karenanya, kinerja Perusahaan dapat terpengaruhi oleh perubahan di lingkungan usahanya yang berada di luar kendalinya terutama yang terkait dengan ketidakstabilan politik. b. Risiko Pasar dan Volatilitas Harga Industri minyak bumi di Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kondisi pasar minyak bumi internasional, oleh sebab itu fluktuasi harga minyak bumi dunia akan berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi migas yang dijalankan Perusahaan. c. Risiko Eksplorasi dan Pengembangan Minyak dan Gas Bumi Aktivitas eksplorasi minyak dan gas yang dilakukan oleh Perusahaan memiliki risiko dimana terdapat kemungkinan tidak ditemukannya sumber minyak dan gas baru, atau ditemukannya sumber minyak dan gas baru yang secara komersial tidak dapat memberikan keuntungan kepada Perusahaan. Selain itu, Perusahaan juga menghadapi risiko-risiko lainnya seperti terjadinya kecelakaan, kebocoran, pencemaran minyak dan kebakaran yang dapat menimbulkan kerusakan sumur minyak dan gas. d. Risiko Penggantian Cadangan Keberhasilan kinerja Perusahaan sangat tergantung kemampuan dalam mempertahankan penggantian cadangan dalam jangka panjang. e. Risiko Operasi Minyak dan Gas Bumi Berbagai risiko operasi antara lain dari risiko sumur minyak atau gas, risiko kehilangan cadangan, bencana alam dalam kaitannya dengan fasilitas dan instalasi produksi. Berbagai kondisi tersebut termasuk keterlambatan dalam hal perizinan dan persetujuan Pemerintah, penutupan sumur akibat cuaca buruk, kondisi yang tidak memadai dalam hal pergudangan, transportasi atau permasalahan geologis dan mekanik.

42 f. Risiko Tingkat Suku Bunga Perusahaan terpapar pada risiko tingkat suku bunga, yang timbul dari fluktuasi tingkat suku bunga dalam pinjaman jangka pendek dan jangka panjangnya, terutama pada saat likuiditas pasar yang ketat. g. Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang Pembukuan Perusahaan dilakukan dalam mata uang Dollar AS sehingga pendapatan dalam mata uang Rupiah dari bidang usaha tenaga listrik dan sebagian bidang usaha hilir Perusahaan memiliki eksposur terhadap nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar AS. h. Risiko Gugatan Hukum Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan dan Anak Perusahaan selalu berhubungan dengan pihak ketiga yang dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya sengketa atau perkara hukum.