BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

I. PENENTUAN AREA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. karena menjadi penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang ditularkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, merupakan penyebab kematian terutama di negaranegara berkembang di seluruh dunia. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, dan Indonesia dikenal sebagai negara terbesar dengan penderita tuberkulosis di seluruh dunia setelah India dan Cina. Penyakit ini menyerang paru-paru (Achmadi, 2014). Bakteri M. Tuberculosisini tidak hanya menyerang paru-paru tetapi juga organ lainnya seperti tulang, otak, dan lain-lain. Bakteri ini mempunyai sifat khas yaitu tahan asam. Oleh karena itu, bakteri ini disebut juga dengan basil tahan asam (BTA).Saat ini, tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia karena tingginya angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkannya. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014, terdapat 9,6 juta orang di dunia menderita tuberkulosis paru dan 1,5 juta orang diantaranya meninggal dunia. WHO juga menyebutkan bahwasanya angka insiden tuberkulosis paru pada tahun 2014 adalah 183/100.000 penduduk dan angka prevalensi tuberkulosis paru pada tahun 2014 adalah 272/100.000 penduduk. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang mempunyai tingkat kelembaban yang tinggi. Hal ini sangat sesuai dengan karakteristik bakteri M. tuberkulosis yang suka hidup di tempat yang lembab. Menurut laporan WHO pada

tahun 2014, mencatat bahwa Indonesia menjadi peringkat ke-4 dunia dengan pengidap tuberkulosis terbanyak ke-4. Hampir di semua daerah di Indonesia masih banyak jumlah perderita tuberkulosisnya.berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2014, ditemukan kasus baru BTA+ di Indonesia sebanyak 176.677 kasus. Hal ini menurun bila dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 196.310 kasus. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2010), dari seluruh provinsi di Indonesia yang terdapat penderita tuberkulosisnya, provinsi Sumatera Utara berada di posisi ketujuh dengan jumlah penderita terbanyak. Penderita penyakit tuberkulosis di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 tercatat sebanyak 15.614 orang. Pada tahun 2011, berdasarkan jumlah penderitanya, Kota Binjai berada di urutan ketiga terbanyak di provinsi Sumatera Utara yaitu sebanyak 260 orang. Menurut Gordon dalam Soemirat (2005), terjadinya suatu penyakit dianalogikan atau diibaratkan seperti sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu tepat ditengahnya yaitu lingkungan. Pada kedua ujung pengungkit tadi terdapat dua pemberat yaitu agent di sebelah kiri dan host di sebelah kanan. Ketika kedua pemberat yaitu agent dan host dalam keadaan seimbang dan lingkungan sebagai titik tumpu tidak berubah maka pengungkit dalam keadaan seimbang dan artinya masyarakat dalam keadaan sehat. Namun, ketika salah satu saja dari pemberat bergeser atau titik tumpu berpindah maka pengungkit dalam keadaan tidak seimbang dan artinya masyarakat dalam keadaan tidak sehat atau sakit.

Tuberkulosis disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Faktor risiko tuberkulosis adalah dari manusia dan lingkungan. Faktor risiko tuberkulosis dari manusia adalahdaya tahan tubuh, umur seseorang, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial/ekonomi seseorang, dan perilaku kesehatan. Keenam faktor risiko ini sangat memungkinkan seseorang menderita tuberkulosis. Daya tahan tubuh yang buruk akan memudahkan seseorang terinfeksi mikroorganisme patogen. Kebiasaan merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh dan memperburuk kondisi imun seseorang. Umur dan jenis kelamin tertentu rentan terhadap infeksi penyakit. Pekerjaan dan status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap infeksi suatu penyakit. Biasanya, penderita tuberkulosis tidak hanya berasal dari kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi rendah tetapi juga kelompok masyarakat sosial ekonomi menengah ke atas (Achmadi, 2008). Perilaku kesehatan individu juga menjadi faktor risiko terhadap penularan TB paru. Ada beberapa perilaku yang sangat berisiko dalam penularan yaitu tidak membuka jendela rumah, menggunakan peralatan makan yang sama dengan penderita, dan kebiasaan meludah sembarangan. Kebiasaan masyarakat seperti tidak menutup mulut ketika batuk dan meludah di sembarangan tempat, menutup jendela rumah pada siang hari juga berkaitan dengan penularan penyakit tuberkulosis (Media, 2011). Menurut profil kesehatan Indonesia (2014), tuberkulosis dapat menyerang semua umur, tidak hanya usia tua, tetapi juga usia muda dan usia produktif. Menurut kelompok umur, kasus baru paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun (20,76%), diikuti kelompok umur 45-54 tahun (19,57%), dan

kelompok umur 35-44 tahun (19,24%).Menurut jenis kelamin, tuberkulosis lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan. Hal ini sesuai dengan profil kesehatan Indonesia tahun 2014 yaitu kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi 1,5 kali dibandingkan dengan kasus BTA+ pada perempuan. Faktor lain yang memiliki peranan dalam penularan penyakit tuberkulosis ini adalah lingkungan. Lingkungan yang buruk sangat mendukung aktifnya dan berkembangnya bakteri M. tuberculosis dengan baik. Lingkungan khususnya lingkungan rumah sangat berisiko terhadap perkembangbiakan dan penyebaran bakteri sebab bakteri ini berada di udara. Keberadaan bakteri di udara sangat ditentukan oleh kelembaban dalam rumah, cahaya matahari yang masuk, dan ventilasi. Bakteri ini dapat bertahan lama berada di udara jika berada di ruang yang lembab dan tidak terkena matahari. Kondisi rumah yang minimcahaya matahari atau cahaya lampu menyebabkan bakteri TB paru dapat bertahan sehinggamempunyai peluang besar untuk menimbulkan kasus TB paru (Musaddad, 2001). Menurut Tobing (2008), penyebaran M. tuberculosis akan lebih cepat jika berada di lingkungan rumah yang lembab, kurang pencahayaan, dan padat hunian. Kelembaban,jenis lantai, ventilasi, dan pencahayaan merupakan bagian dari lingkungan fisik rumah. Oleh karena itu, kondisi lingkungan fisik rumah perlu menjadi perhatian dalam mencegah penularan TB paru. Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), rumah sehat adalah rumah yang memenuhi beberapa kriteria yaitu memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup bagi penghuni, terhindar

dari kebisingan yang mengganggu, memenuhi kebutuhan psikologis yakni aman dan nyaman bagi penghuni, memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit seperti penyediaan sanitasi dasar dan kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan seperti terjatuh dan terbakar. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa beberapa parameter dalam penilaian rumah sehat adalah dinding, lantai, ventilasi, pencahayaan, dan kepadatan hunian rumah. Dari beberapa parameter diatas kita dapat mengetahui rumah itu sehat atau tidak. Jika rumah tersebut termasuk dalam kategori rumah sehat maka kemungkinan terjadinya penularan penyakit akan kecil. Penularan TB paru erat kaitannya dengan kondisi rumah yang tidak sehat. Berdasarkan Profil Kesehatan KotaBinjai tahun 2014, dari 13.257 rumah yang terdapat di Kecamatan Binjai Timur hanya 2.460 rumah atau sekitar 18,56% yang memenuhi syarat sebagai rumah sehat sedangkan sisanya 10.797 atau sekitar 81,44%rumah termasuk ke dalam kategori rumah yang tidak memenuhi syarat sebagai rumah sehat. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada bulan Agustus 2015 di Dinas Kesehatan Kota Binjai dan Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur dengan melihat data sekunder yaitu profil kesehatan Kota Binjai tahun 2015, dapat diketahui bahwasanya jumlah kasus baru TB paru BTA+ di Kota Binjai pada Januari 2015 hingga Desember 2015 adalah sebanyak 390 kasus. Hal ini meningkat jumlahnyajika dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebanyak 353 kasus.

Berdasarkan survei awal tersebut, juga diketahui bahwasanya penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang berada pada urutan pertama dari 10 penyakit tertinggi di puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur dan pada Januari 2015 hingga Januari 2016 Kecamatan Binjai Timur menunjukkan jumlah kasus yang paling banyak diantara beberapa kecamatan yang ada di Kota Binjai yaitu 92 orang penderitabta+. Penderitanya tersebar dibeberapa kelurahan di Kecamatan Binjai Timur. Selain itu, diketahui pula bahwasanya di Kecamatan Binjai Timur masih terdapat banyak rumah yang tidak sehat. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan karakteristik individu, perilaku kesehatan, kondisi lingkungan fisik rumah, dan kepadatan hunian rumah dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobat di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Tanah Tinggi diketahui bahwa kasus TB paru di Kecamatan Binjai Timur dari tahun 2014 sampai dengan 2015 cukup tinggi dan terus meningkat. Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Binjai tahun 2015, jumlah rumah sehat yang ada di Kecamatan Binjai Timurjuga masih sedikit. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu, perilaku kesehatan, kondisi lingkungan fisik rumah, dan kepadatan hunian rumah dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobatdi Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan karakteristik individu, perilaku kesehatan, kondisi lingkungan fisik rumah, dan kepadatan hunian rumah dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobat di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik responden yaitu pekerjaan danpendapatan. 2. Untuk mengetahui perilaku kesehatan responden. 3. Untuk mengetahui kondisi lingkungan fisik rumah responden yaitu pencahayaan, luas ventilasi rumah, kelembaban ruangan dan jenis lantai. 4. Untuk mengetahui kepadatan hunian rumah responden. 5. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individuyaitu pekerjaan danpendapatan dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobat di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016. 6. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku kesehatan dengan kejadian TB paru pada penderita yangberobat di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016. 7. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah yaitu pencahayaan, luas ventilasi rumah, kelembaban ruangan dan jenis lantai dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobat di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016.

8. Untuk mengetahui hubungan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobat di Puskesmas Tanah TinggiKecamatan Binjai Timur tahun 2016. 1.4 Hipotesis Penelitian Dari rumusan masalah diatas, hipotesis penelitian ini adalah 1. Adanya hubungan antara karakteristik individu yaitu pekerjaan danpendapatan dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobat di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016. 2. Adanya hubungan antara perilaku kesehatan dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobat di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016. 3. Adanya hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah yaitu luas ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, dan kelembaban ruangan dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobat di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016. 4. Adanya hubungan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian TB paru pada penderita yang berobat di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur tahun 2016. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu 1. Bagi institusi pendidikan, dapat digunakan sebagai tambahan pustaka untuk memperkaya kajian ilmu kesehatan lingkungan khususnya kajian mengenai penularan TB paru.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Binjai, dapat digunakan sebagai referensi dan pertimbangan dalam membuat program-program untuk menyelesaikan kasus penyakit berbasis lingkungan khususnya penyakit TB paru di Kota Binjai. 3. Bagi masyarakat, dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk mengetahui cara penularan dan cara pencegahan agar tidak tertular penyakit TB paru dan dapat menambah wawasan masyarakat dalam melakukan upaya penyehatan lingkungan khususnya penyehatan lingkungan rumah.