BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

GERINGSING Tenun dan Mitos Bali Aga (Tenganan, Bali) oleh: Morinta Rosandini, S.Ds. Pengenalan Proses Menenun dan Mitos Tenun Gringsing

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA.

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB V PENUTUP. Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. asing maupun domestik. Wisatawan biasanya datang untuk melihat panorama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai artistik dan nilai jual yang tinggi, seperti cerita wayang,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

AKULTURASI BUDAYA PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI. L. Edhi Prasetya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lisan di tengah kemajuan peradaban umat manusia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan lore. Danandjaja yang mengutip pendapat Alan Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan secara turun temurun secara lisan atau melalui suatu contoh disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Definisi folklore secara keseluruhan adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Bentang alam dan tata ruang tradisional Tenganan dapat dipahami melalui mitos asal-usul terjadinya Tenganan sebagai titipan Dewa Indra. Cerita bermula saat pemerintahan Raja Maya Denawa. Seorang raja yang dikenal sangat otoriter dan menganggap dirinya sebagai Tuhan serta melarang masyarakatnya melakukan persembahan kepada Tuhan. Para dewa pun menjadi sangat murka karena mereka tidak pernah mendapat persembahan. Maka diadakanlah pertemuan para dewa yang dilakukan di puncak Gunung Agung dan memutuskan bahwa para dewa mengutus Dewa Indra untuk memerangi Raja Maya Denawa. Setelah Dewa Indra 1

dapat mengalahkan Raja Maya Denawa, dilakukan satu upacara untuk membersihkan dan menyucikan kembali tempat peperangan. Upacara yang dilakukan disebut dengan Asvameda Yadnya yang menggunakan seekor kuda sebagai korban persembahan. Kuda yang digunakan sebagai korban adalah Oncesrawa, kuda putih milik Dewa Indra yang berekor hitam sampai menyentuh tanah dan bertelinga panjang. Ketika mengetahui dirinya akan disembelih dan dijadikan sebagai korban, kuda Oncesrawa melarikan diri dan menghilang. Dewa Indra kemudian mengutus wong peneges, prajurit Bedahulu untuk mencari kuda tersebut. Wong peneges membagi anggotanya menjadi dua kelompok. Satu kelompok ke arah Singaraja dan kelompok lain ke arah Karangasem. Kelompok yang pergi ke arah Karangasem kemudian menemukan bangkai kuda Oncesrawa di lereng bukit, di daerah utara. Tempat bangkai kuda tersebut ditemukan kemudian disebut dengan Batu Jaran. Wong peneges dikenal sangat mencintai kuda Oncesrawa. Karena kecintaannya terhadap kuda tersebut, wong peneges memohon kepada Dewa Indra agar mengijinkan mereka tinggal di sekitar Batu Jaran. Dewa Indra mengabulkan permohonan wong peneges bahkan memberikan hadiah atas usaha mereka yang telah menemukan kuda Oncesrawa, walaupun sudah menjadi bangkai. Hadiah yang diberikan oleh Dewa Indra berupa wilayah kekuasaan, dengan batasan luas sampai bau bangkai kuda tidak lagi tercium. Karena menginginkan wilayah yang luas, wong peneges kemudian memotong bangkai kuda dan dibawa berjalan sejauh mungkin. Tindakan tersebut 2

diketahui oleh Dewa Indra yang kemudian datang dan berdiri di sebuah tempat yang saat ini dikenal dengan Batu Madeg. Ketika Dewa Indra tiba di Batu Madeg, wong peneges sudah sampai di satu daerah yang cukup jauh. Dewa Indra melambaikan tangan dari Batu Madeg dan memberitahukan bahwa wilayah yang ingin dikuasai wong peneges sudah cukup luas. Pada tempat wong peneges tersebut berhenti kemudian didirikan Pura Pengulap-ulap. Tempat diletakkannya masing-masing potongan bangkai kuda kemudian diberi nama, dan sampai sekarang masih bisa ditemukan batu yang menyerupai masing-masing potongan bangkai tersebut. Paha kuda dibagi menjadi dua, dinamakan Penimbalan Kauh dan Penimbalan Kangin. Rambut kuda dinamakan Rambut Pule. Kotoran kuda dinamakan Taikik. Perut kuda dinamakan Batu Keben. Kemaluan kuda (jantan) dinamakan Kaki Dukun. Potongan-potongan tubuh bangkai kuda tersebut menyebar di seluruh wilayah dan menjadi batas wilayah yang kemudian dikenal dengan nama Desa Tenganan Pegeringsingan. Karena letaknya di tengah-tengah inilah, lama-lama desa ini dinamakan Tenganan. Kemudian sebagai kerajinan tangan dari penduduk Tenganan ini adalah menenun kain Geringsing, dan kain tersebut menjadi pakaian adat penduduk Tenganan. Karena wilayah Tenganan Pegeringsingan merupakan hadiah yang diberikan oleh Dewa Indra, maka masyarakat Tenganan Pegeringsingan menganut kepercayaan Hindu beraliran Indra. Dewa Indra sebagai dewa perang mempengaruhi struktur pemukiman Desa Tenganan Pegeringsingan yang terkait dengan pertahanan diri. Strukturnya dinamakan Jaga Satru 3

yang artinya waspada terhadap musuh, dilindungi benteng dengan empat lawangan, pintu di setiap mata angin. Pola permukiman Desa Tenganan Pegeringsingan mengelompok di tengah-tengah desa yang dikelilingi oleh Bukit Kangin, Bukit Kauh dan Bukit Kaja. Sedangkan di selatan merupakan pintu keluar menuju desa Sedahan, desa tetangga. Desa Tenganan Pegeringsingan terkenal dengan tradisi dan kepercayaannya yang masih bertahan sampai sekarang. Tradisi sastra lisan yang masih berkembang sampai sekarang di Desa Tenganan Pegeringsingan adalah kepercayaan terhadap adanya Lipi Selan Bukit (I Tundung). Lipi Selan Bukit diyakini sebagai ular penjelmaan dari I Tundung yang keluar dari sela bukit, namun ada juga yang mengatakan Lipi Selem Bukit karena dilihat dari segi intensitas warnanya hitam (selem). Banyak nilai-nilai penting yang terkandung di dalam menjaga tradisi tersebut. Diantaranya adalah nilai etika, sosial, religi masyarakat. Tradisi tersebut juga dapat kita wariskan secara turun temurun agar tidak punah. Lipi Selan Bukit (I Tundung) diyakini sebagai penjaga alam Desa Tenganan Pegeringsingan. Lipi Selan Bukit (I Tundung) selalu menjaga kelestarian alam Desa Tenganan Pegeringsingan. Lipi Selan Bukit (I Tundung) adalah ular hitam di Bukit Kangin yang diyakini menjaga kelestarian alam Desa Tenganan Pegeringsingan. Nilai religius dalam wacana Lipi Selan Bukit adalah adanya pura Naga Sulung. Pura tersebut diyakini sebagai pemujaan terhadap Lipi Selan Bukit, karena disana tempat I Tundung bertapa sebelum menjelma menjadi Lipi Selan Bukit. Konon katanya, kemunculan I Tundung dapat memberikan 4

isyarat kepada masyarakat Desa Tenganan Pegeringsingan akan terjadi suatu bencana, maka masyarakat dapat lebih awal melakukan antisipasi. Masyarakat Desa Tenganan Pegeringsingan sangat percaya akan adanya Lipi Selan Bukit yang diyakini selalu menjaga kelestarian alam Desa Tenganan Pegeringsingan serta melindungi dari mara bahaya atau bencana. Sehingga masyarakat Desa Tenganan Pegeringsingan sampai sekarang tetap memuja Lipi Selan Bukit (I Tundung) di Pura Naga Sulung. Yang menarik dalam wacana ini adalah adanya unsur fungsi dan makna, serta dapat memberikan petuah tentang cara menjaga serta mempertahankan kelestarian lingkungan. Karena di dalam wacana tersebut mengandung nilai positif yang patut ditiru. Seperti perbuatan I Tundung yang mulia meskipun wujudnya telah berubah menjadi seekor ular. Dia selalu menjaga alam Tenganan Pegeringsingan walaupun telah diusir dan dituduh mencuri hasil kebun. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, tentunya terdapat beberapa permasalahan yang perlu di analisis. Maka dari itu permasalahan-permasalahan tersebut dapat dirumuskan pertanyaannya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah struktur cerita Lipi Selan Bukit pada masyarakat adat Tenganan Pegeringsingan? 2. Apakah fungsi dan makna wacana kelestarian alam cerita Lipi Selan Bukit pada masyarakat adat Tenganan Pegeringsingan? 5

1.3 Tujuan Setiap gerak langkah haruslah mempunyai tujuan yang pasti. Begitu pula analisis terhadap suatu karya sastra tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuannya pun dapat dibedakan menjadi dua yakni tujuan khusus dan tujuan umum. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan umum kepada masyarakat betapa pentingnya tradisi sastra lisan yang berupa wacana. Tujuan lainnya adalah untuk dapat memahami serta meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap tradisi sastra lisan. Karena selain merupakan warisan dari leluhur yang patut kita lestarikan, di dalamnya juga terdapat nasihat (petuah) yang dapat kita pelajari dalam rangka membentuk kepribadian suatu generasi muda yang berlandaskan sastra dan agama. Semua itu patut kita pelajari dan diamalkan dengan baik. Maka dari itu tradisi sastra lisan patut dipertahankan, dituturkan serta diajarkan kepada generasi muda guna menambah khasanah budaya Bali agar kedepannya tetap bertahan. Selain itu juga agar tetap eksis dan tidak termakan oleh zaman. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara lebih mengkhusus penelitian ini bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan yang dituangkan dalam rumusan masalah di atas, yakni: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah struktur cerita Lipi Selan Bukit pada masyarakat adat Tenganan Pegeringsingan. 6

2. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna yang terkandung di dalam wacana kelestarian alam cerita Lipi Selan Bukit pada masyarakat adat Tenganan Pegeringsingan. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat menumbuhkan rasa dan minat masyarakat untuk mempelajari serta mencintai tradisi sastra lisan, sehingga nantinya dapat digemari oleh masyarakat. Semoga keberadaan tradisi sastra lisan sebagai sebuah budaya bangsa dapat dijaga dan dilestarikan agar tidak punah. Agar dapat diwariskan kepada generasi berikutnya khususnya mengenai fungsi dan makna yang terkandung didalamnya. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengenmbangan penerapan teori sastra dalam wacana pada sastra lisan di Bali, khususnya di Desa Tenganan Pegeringsingan. Karena sastra lisan itu perlu dikembangkan dan terus diterapkan di dalam kehidupan masyarakat luas. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran berupa urain tentang fungsi dan makna dalam tradisi sastra lisan. Agar dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap warisan leluhur berjenis wacana, sehingga kelestarian dari karya bersangkutan dapat terjaga dan tidak punah. Karena tradisi sastra lisan patut kita jaga dengan baik. Selain itu tradisi sastra lisan juga perlu kita wariskan kepada generasi muda. 7