BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

dokumen-dokumen yang mirip
Konsep Perencanaan dan Perancangan MUSEUM TELEKOMUNIKASI SELULER DI KOTA SURAKARTA. Tugas Akhir

MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I Pengembangan Museum Kereta Api di Ambarawa Penekanan pada fasilitas museum yang Variatif dan atraktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)

KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kelompok : Jesslyn Halim / 27 : Jason P.S / 10 : Richi / 32 : Stevanus / 33

MUSEUM TOSAN AJI DI SURAKARTA

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM SEMARANG

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

MUSEUM GEOLOGI BLORA

CAD LANJUTAN MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. PLANETARIUM SEMARANG Bentara Alam Gumilang / L2B LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Kondisi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan

MUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular)

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 1.1. Data kunjungan wisatawan ke kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM BENTENG VANDER WIJCK, GOMBONG, KEBUMEN JURNAL. Oleh. Toni Herwanto

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Mandala Wisata Samuantiga 1

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

MUSEUM BATIK INDONESIA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER DI TMII

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. sumber devisa negara. Industri yang mengandalkan potensi pada sebuah

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Grafik Jumlah Pengguna Smartphone di Indonesia Sumber : id.techinasia.com (4 Mei 2016)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian Judul Pengertian Museum : 1. Museum adalah lembaga yang bertugas melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2015). 2. Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi (Internasional Council of Museum [ICOM] dalam Pedoman Museum Indonesia, 2008). 3. Museum ialah sebuah gedung yang di dalamnya dipamerkan bendabenda yang menggambarkan tentang seni, sejarah, ilmu pengetahuan, dan sebagainya (Oxford Advanced Learner's Dictionary, 2010). 4. Museum dalam bentuk yang paling sederhana adalah sebuah bangunan yang menyimpan koleksi benda-benda untuk diinspeksi, dipelajari dan untuk kesenangan (Organization of Museums: Practical Advice, 1960). Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa museum adalah sebuah wadah yang bersifat tetap, umum, tidak mencari keuntungan yang bertugas untuk menyimpan, merawat, mengumpulkan, dan menyajikan 1

benda-benda tentang hasil dari peradaban manusia dan lingkungannya untuk tujuan pelestarian, pendidikan dan rekreasi. Pengertian Telekomunikasi 1. Secara etimologi Telekomunikasi berasal dari kata tele yang berarti jauh dan komunikasi yang berarti proses pertukaran informasi individu melalui simbol bersama. 2. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Berdasarkan beberapa ulasan di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa Museum Telekomunikasi di Surakarta yang dimaksud adalah sebuah wadah yang melayani kebutuhan publik dalam kegiatan melestarikan, menyajikan dan merawat alat-alat telekomunikasi yang bertempat di Kota Surakarta. 1.3 Latar Belakang 1.3.1 Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Teknologi telekomunikasi merupakan basis kemajuan teknologi manusia modern. Mulai dari 1837 ketika Samuel F. B. Morse menemukan telegraf hingga penemuan telepon genggam pertama pada tahun 1973 oleh Martin Cooper, teknologi perangkat telekomunikasi sudah berkembang setidaknya sejak dua abad terakhir. Peranan teknologi telekomunikasi dalam kehidupan manusia sangat penting, hal itulah yang terus mendorong kemajuan teknologi komunikasi dan munculnya inovasi perangkat-perangkat telekomunikasi baru seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. 2

Gambar 1. 1 Telegraf Elektrik Model Awal Sumber : http://www.saturdayeveningpost.com/2013/07/13/history/post-perspective/lasttelegram.html 1.3.2 Perkembangan Telekomunikasi di Indonesia Sebelum alat telekomunikasi modern ditemukan, masyarakat Indonesia zaman dahulu tidak terlepas dari penggunaan alat-alat komunikasi tradisional, seperti kentongan dan merpati pos sebagai media interaksi jarak jauh. Titik balik era komunikasi modern di Indonesia juga di mulai setelah ditemukannya telegraf, tepatnya pada tanggal 23 Oktober 1855 ketika saluran telegraf pertama dibuka oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Pada awal perkembangannya, terdapat 28 kantor telegraf di seluruh Indonesia yang tidak hanya menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor), tetapi juga menghubungkan Jakarta dan Singapura, Jawa dan Australia. 1 Setelah telepon dan telepon seluler masuk ke Indonesia penggunaan alat telekomunikasi menjadi semakin umum dan populer, bahkan semenjak akhir dekade 80an atau awal dekade 90an hingga sekarang, masyarakat Indonesia telah menganggap telepon seluler seperti alat yang wajib dibawa sehari-hari. Dengan terus berkembangnya perangkat telekomunikasi dan banyaknya perangkat telekomunikasi baru yang muncul, masyarakat Indonesia cenderung terbuai dan mengikuti perkembangan tersebut, hal ini menunjukan bahwa antusiasme masyarakat terhadap perangkat telekomunikasi dan kesadaran akan pentingnya teknologi sangat tinggi. 1 Sumber : http://moeztro-us.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-perkembangan-alat-komunikasi.html 3

Namun di sisi lain pemakaian yang sangat besar ini tentu memberikan imbas pula pada setelah pemakaiannya yaitu pembuangannya, misalnya, menurut statistik setiap orang mengganti telepon selulernya setiap 18 bulan padahal, rata-rata masa hidup sebuah telepon seluler berkisar hingga 7 tahun 2. Tentu hal ini menunjukan masyarakat kurang menghargai keberadaan sebuah perangkat telekomunikasi dan imbas pada lingkungan akibat pembuangan. 1.3.3 Sejarah Telekomunikasi Sebagai Pengingat Sejarah adalah media paling efektif untuk menggugah dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya teknologi telekomunikasi dan pentingnya perangkat telekomunikasi sebagai bukti intelektual dan perjuangan manusia. Peralatan telekomunikasi modern memiliki sejarah yang hampir dua abad di Indonesia memiliki banyak cerita dari kenangan pemakainya pada masa lampau, rasa nostalgis pastilah ada ketika kita melihat kembali barang yang pernah kita miliki. Hal inilah yang dapat digunakan untuk menggerakkan hati masyarakat untuk lebih menghargai perangkat telekomunikasinya sekarang, selain itu dengan mengangkat sejarah peralatan seluler ini, masyarakat juga mendapat pelajaran yang berharga tentang kemajuan IPTEK manusia, tentang bagaimana perangkat telekomunikasi merevolusi dunia. Maka dari itu diperlukanlah satu akses yang dapat menyentuh perangkat-perangkat seluler yang sudah tidak lagi dipakai sekarang, peralatan ini dapat dikumpulkan dan kemudian dirawat dan disimpan untuk kemudian dipamerkan agar dapat dilihat oleh masyarakat luas dengan tujuan di atas. 2 http://data.un.org/data.aspx?q=telephone&d=itu&f=ind1code%3ai271 4

1.3.4 Museum di Kota Surakarta Kota Surakarta merupakan satu kota di Jawa Tengah dengan jumlah penduduk sebanyak 512.226 jiwa 3 ini dipilih sebagai lokasi pendirian museum telekomunikasi didasarkan bahwa Kota Surakarta sudah mengenal teknologi telekomunikasi semenjak awal tahun 90an, sehingga sedikit banyak masyarakat Kota Surakarta yang mengenal keberadaan perangkat telekomunikasi ini bahkan semenjak awal diperkenalkannya. Gambar 1. 2 Peta Administratif Kota Surakarta Sumber : Bappeda Kota Surakarta, 2013 Kota Surakarta merupakan kota wisata di mana tujuan wisata di Kota Surakarta berkisar dari Keraton dan Pura yang ada di Kota Surakarta, dan juga museum-museum sejarah seperti Museum Radya Pustaka dan Museum batik, karena banyaknya tujuan wisata budaya di Kota Surakarta ini, Kota Surakarta dijuluki kota budaya. Kondisi kepariwisataan di Kota Surakarta pun cukup baik dilihat dari jumlah wisatawan yang datang relatif naik yaitu sebanyak 63,15% dari tahun 2011 hingga tahun 2015. 4 Keberadaan Museum Telekomunikasi di Kota Surakarta sendiri dapat memberikan suatu daya tarik yang berbeda untuk keanekaragaman objek 3 Data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2016 4 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta tahun 2016 5

wisata di Kota Surakarta sendiri dengan tetap mempertahankan Kota Surakarta sebagai kota wisata sendiri. 1.3.5 Museum Telekomunikasi Sebagai Wadah Pelestarian dan Pembelajaran Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, dimana disebutkan tentang dasar-dasar hukum tentang permuseuman, dapat disimpulkan satu rumusan yang dapat menjadi dasar dari perencanaan museum ini yaitu bahwa ini direncanakan dalam rangka mewujudkan Museum Telekomunikasi di Kota Surakarta sebagai wadah untuk melestarikan dan pusat informasi yang perlu dikembangkan, dan dipelihara keberadaannya, yang juga memiliki fungsi antara lain : 1. Mendorong masyarakat untuk peduli terhadap keberadaan Museum Telekomunikasi di Kota Surakarta. 2. Mendorong minat masyarakat untuk menghargai dan melestarikan peralatan telekomunikasi dan teknologinya 3. Melakukan kegiatan dokumentasi, penelitian dan penyajian informasi serta mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas. Museum Telekomunikasi diharapkan dapat memberikan masyarakat suatu wadah pembelajaran. Maka hendaknya museum telekomunikasi yang direncanakan dapat menarik perhatian masyarakat untuk berkunjung ke dalamnya dengan cara pemberian tampilan yang menarik dan memberikan gambaran kepada masyarakat tentang apa yang diwadahi oleh museum dengan pengolahan fasad dan juga bentuk bangunan yang direncanakan. (Papin Longaun Rosy, 2016) Sehingga, dengan adanya museum ini maka diharapkan dapat memberikan suatu wadah kegiatan penyimpanan, perawatan, penyajian dan pendidikan perkembangan teknologi telekomunikasi serta kegiatan pendukung lainnya yang mampu menjaga keberlanjutan dan pentingnya teknologi telekomunikasi di Kota Surakarta. 6

1.4 Rumusan Masalah 1.4.1 Permasalahan Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan Museum Telekomunikasi di Surakarta sebagai wadah kegiatan penyimpanan, perawatan, pameran dan pendidikan perkembangan alat telekomunikasi yang mampu memberikan kontribusi tentang pengolahan perangkat telekomunikasi yang masih layak pakai kepada masyarakat luas sehingga mampu menjaga keberlanjutan dan pentingnya teknologi telekomunikasi di Kota Surakarta. 1.4.2 Persoalan A. Bagaimana merumuskan konsep perancangan tapak yang dapat menunjang keberadaan museum telekomunikasi di Kota Surakarta? B. Bagaimana merumuskan pola tata ruang museum sehingga mampu memenuhi kebutuhan museum dan persyaratan-persyaratan yang berlaku? C. Bagaimana merumuskan konsep perancangan penyimpanan dan penyajian materi koleksi dengan dasar persyaratan dan kebutuhan dari karakteristik perangkat telekomunikasi? D. Bagaimana mewujudkan konsep rancangan tampilan, bentuk dan tata massa bangunan yang dapat memperkuat citra sebagai museum telekomunikasi? 1.5 Tujuan dan Sasaran 1.5.1 Tujuan Merumuskan konsep perencanaan museum sebagai wadah kegiatan penyimpanan, perawatan, pameran dan pendidikan perkembangan alat telekomunikasi yang mampu memberikan kontribusi tentang pengolahan perangkat telekomunikasi yang masih layak pakai kepada masyarakat luas sehingga mampu menjaga keberlanjutan dan pentingnya teknologi telekomunikasi di Kota Surakarta. 7

1.5.2 Sasaran A. Merancang museum dengan tapak yang dapat menunjang keberadaan museum di Surakarta khususnya museum telekomunikasi. B. Merancang pola tata ruang museum yang mampu memenuhi kebutuhan museum dan persyaratan-persyaratan yang berlaku C. Merancang museum dengan penyimpanan dan penyajian materi koleksi dengan dasar persyaratan dan kebutuhan dari karakteristik perangkat telekomunikasi. D. Merancang museum dengan tampilan, bentuk dan tata massa bangunan yang memperkuat citra museum telekomunikasi. 1.6 Lingkup dan Batasan Pembahasan 1.6.1 Lingkup Pembahasan Pembahasan ditekankan pada proses perencanaan dan perancangan museum telekomunikasi. 1.6.2 Batasan Pembahasan A. Pembahasan mengenai museum telekomunikasi dibatasi pada semua hal yang berkaitan dengan museum dan telekomunikasi. B. Jenis koleksi yang dibahas dibatasi pada jenis perangkat telekomunikasi pra elektrik dan elektrik yang pernah ada atau pernah dipasarkan di Indonesia, jenis koleksi yang asing di Indonesia, serta peralatan komunikasi pionir walaupun tidak dipasarkan di Indonesia. Selain itu juga dibahas objek-objek pendukung materi koleksi seperti alat peraga, dokumentasi yang berupa media fisik maupun elektronik, dan juga model-model yang berhubungan dengan teknologi maupun perangkat telekomunikasi itu sendiri. C. Pembahasan pengguna dibatasi pada pegawai dan pengelola museum telekomunikasi yang terdiri dari pegawai permuseuman yang dipekerjakan secara khusus untuk mengelola teknis museum dan juga 8

anggota komunitas kolektor alat telekomunikasi sebagai tenaga ahli yang berpengalaman didalam merawat serta mengelola koleksi museum, dan pengunjung yang datang ke museum telekomunikasi yaitu masyarakat umum. 1.7 Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan mengenai latar belakang serta potensi pengadaan proyek, latar belakang permasalahan yang ada, rumusan permasalahan, tujuan, persoalan, sasaran, dan batasan pembahasan. BAB II BAB III TINJAUAN PUSTAKA Kajian-kajian serta tinjauan secara umum tentang museum dan pendekatan arsitektural yang diterapkan. GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN Menjelaskan keadaan wilayah Kota Surakarta, tinjauan umum Kota Surakarta, dan juga tinjauan lokasi tapak perencanaan perancangan museum telekomunikasi seluler di Kota Surakarta. BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA Menjelaskan konsep perencanaan dan konsep perancangan dari museum telekomunikasi di Kota Surakarta. 9