KAJIAN PUSTAKA. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang menghasilkan interaksi antara guru dan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

II. LANDASAN TEORI. Menulis adalah suatu proses kegiatan menuangkan pikiran manusia yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB II KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROUP RESUME

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif,

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis

II. LANDASAN TEORI. menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan. Dalam bukunya, Akhadiah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. pembelajaran dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik,

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran.

I. PENDAHULUAN. informasi yang penting. Penguasaan berbahasa dapat diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

Keterampilan Dasar Menulis

K BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Supraini Rezkita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuniar Afrilian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari empat keterampilan berbahasa (skills). Dalam keterampilan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian, analisis kesalahan berbahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Menulis Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh setiap orang. Menulis merupakan bentuk komunikasi berupa tulisan yang berfungsi sebagai penyampai pesan. 2.1.1 Pengertian Menulis Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan sesuatu bahasa yang dapat dipahami orang, sehingga orang lain dapat membaca grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008: 2). Senada dengan Tarigan, menulis didefinisikan suatu kegiatan mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat (Sabarti, 1988: 2). Sejalan dengan pendapat kedua pakar di atas, Jauhari (2008: 17) juga menjelaskan bahwa menulis merupakan aktivitas menuangkan gagasan yang diwujudkan dengan lambang-lambang fonem. Tulisan yang baik hendaknya mengandung isi yang berbobot, jelas, singkat, menarik dan mudah dipahami. Apabila seseorang berhasrat menyampaikan pikiran, sikap, perasaan dan keyakinan serta mantap dan mampu menyampaikannnya dalam bahasa tulis, maka ia telah memiliki keterampilan dan kemampuan menulis.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, sikap dan keyakinan dengan menggunakan lambang-lambang bahasa tertulis secara logis dan sistematis atau proses bernalar untuk menuangkan gagasan dengan menggunakan kosakata dan kaidah kebahasaan dalam bentuk tulis, yang disampaikan pada orang lain secara tidak langsung. 2.1.2 Jenis Tulisan Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Beberapa klasifikasi yang pernah dibuat seperti yang disampaikan oleh Tarigan (2008: 27) adalah tulisan bentuk objektif dan tulisan bentuk subjektif. Tulisan yang berbentuk objektif mencakup penjelasan yang terperinci mengenai proses, batasan, laporan, dan dokumen. Tulisan yang berbentuk subjektif mencakup otobiografi, surat-surat, penilaian pribadi, esei informal, potret atau gambaran, dan satire. Berdasarkan bentuknya, tulisan dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Selain itu terdapat klasifikasi lain, yaitu tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi dan tulisan ekspositori yang mencakup penulisan surat, penulisan laporan, timbangan buku, resensi buku, dan rencana penelitian (Tarigan, 2008: 28-29). Keraf (2002: 5) membuat klasifikasi tulisan menjadi empat jenis, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, dan eksposisi. Deskripsi adalah bentuk tulisan yang menceritakan suatu objek atau suatu hal sehingga objek itu seolah-olah berada di

depan mata dan dilihat sendiri oleh pembaca. Narasi adalah bentuk tulisan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca. Argumentasi adalah bentuk tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang menguraikan suatu objek yang memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Dari beberapa klasifikasi para ahli mengenai tulisan tersebut, penulisan laporan kunjungan termasuk jenis tulisan yang berbentuk subjektif dan ekspositori. 2.1.3 Langkah-Langkah Menulis Untuk membangkitkan selera siswa agar suka menulis, diperlukan adanya kerjasama yang baik untuk tukar pendapat dalam mengembangkan ide-idenya. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka mengembangkan keterampilan menulis, antara lain (1) siswa diberi kebebasan mengungkapkan pengalaman yang paling berkesan, (2) menentukan tema dan alur cerita dalam hal ini laporan hasil kunjungan, (3) mengembangkan ide-ide laporan, dan (4) mendiskusikan hasil tulisan dengan memperhatikan : (a) ketepatan menggunakan pilihan kata, pemakaian bahasa, dan ejaan yang digunakan dan (b) keruntutan alur laporan yang digunakan untuk mengembangkan cerita yang ditulis dalam hal ini adalah laporan hasil kunjungan (Qomariyah, 2006: 62). 2.1.4 Ketentuan Penulisan yang Baik Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis laporan adalah pilihan kata atau diksi, kalimat efektif, dan penggunaan ejaan (Finoza, 2009: 129).

a) Diksi (Pilihan Kata) Diksi bermakna memilih kata secara tepat dalam bahasa tulis ataupun bahasa lisan. Pilihan kata atau diksi pada dasarnya hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana (Finoza, 2009: 129). Diksi adalah pilihan kata yang bermakna dan selaras untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar (Poerwadinata, 1987: 25). Dalam kegiatan berbahasa baik lisan maupun tulisan, penguasaan diksi sangat berperan, sebab pemakaian kosakata yang tepat akan menimbulkan pemahaman yang tepat pula. Kosakata yang kaya akan memungkinkan penulis atau pembicara lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya paling tepat mewakili pikirannya. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tapat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 2002: 36). Selanjutnya Sabarti, dkk mengatakan bahwa dalam memilih kata ada dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan yaitu ketepatan dan kesesuaian (Sabarti, 1988: 28). Ketepatan maksudnya ketepatan makna terhadap gagasan yang dikandungnya. Ketepatan ini dapat menimbulkan imajinasi pembaca atau pendengar. Dan yang dimaksud kesesuaian adalah kesesuaian antara situasi dan kondisi serta pola pikir yang akan disampaikannya.

Hal ini karena pembaca atau pendengar adalah reseptor (penerima) dari produk komunikasi. Seorang komuniktor apabila dapat menggunakan kata yang tepat akan menarik minat pembaca atau pendengar untuk memperhatikan hasil. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tapat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 2002: 37). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan, ketepatan pilihan kata/diksi sangat berguna untuk menimbulkan pemahaman yang tepat bagi pembaca atau pendengar sesuai dengan pikiran penulis atau pembicara dalam mencapai tujuan tertentu, sedangkan penguasaan diksi adalah menguasai atau mampu memilih kata-kata yang tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam suatu pola kalimat baik lisan maupun tulisan (Poerwadinata, 1987: 16). Gagasan yang tepat dan jelas dapat terlihat pada penggunaan diksi yang tepat, karena diksi yang tepat akan menimbulkan makna yang tepat pula. Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. b) Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh

pendengar/pembaca secara tepat pula (Finoza, 2009: 172). Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani timbulnya pikiran yang sama antara penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas dan jitu sehingga pendengar/pembaca akan memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis/pembicaranya. Untuk dapat mencapai keefektifan tersebut, kalimat efektif harus memenuhi paling tidak enam syarat, yaitu adanya (1) kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat, (2) kepaduan (koherensi) adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat, (3) keparalelan adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat, (4) ketepatan adalah kesesuaian/kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan pasti, (5) kehematan adalah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, dan (6) kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal (Finoza, 2009: 172-176). c) Penggunaan Ejaan Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis (Finoza, 2009: 190).

Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Ruang lingkup ejaan menurut kaidah EYD mencakup lima aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca. 2.2 Menulis Laporan Menulis laporan merupakan suatu bentuk karangan eksposisi. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang menguraikan suatu objek yang memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca (Keraf, 2002: 41). Sementara itu, Finoza (2009: 246) menjelaskan bahwa eksposisi adalah wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. 2.2.1 Pengertian Menulis Laporan Laporan hasil kunjungan adalah laporan yang dibuat berdasarkan hasil pengamatan. Pengamatan berlangsung karena adanya kunjungan ke suatu tempat. Untuk membuat laporan kunjungan ke suatu tempat, siswa terlebih dahulu mengumpulkan informasi tentang tempat tersebut. Informasi dapat diperoleh dengan bertanya kepada penduduk sekitar tersebut atau narasumber yang lainnya. Laporan kunjungan pada umumnya dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu; a) Eksposisi Eksposisi adalah karangan yang menjelaskan atau menginformasikan suatu hal kepada pembaca untuk memperluas wawasan atau pengetahuannya (Akhadiah, 1988: 38). Sementara itu, Suparno dan Yunus (2002: 53) menjelaskan bahwa eksposisi yang bertujuan utama untuk memberitahukan, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.

b) Deskripsi Deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperjelas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya (Finoza, 2009: 240). Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan atau menjelaskan suatu objek secara rinci, dengan tujuan agar pembaca memperoleh kesan yang mendalam tentang objek yang dibicarakan seolah-olah pembaca itu melihat, mendengar, dan memahami seperti apa yang dialami oleh penulisnya (Peorwadinata, 1987: 31). Pada laporan kunjungan dibuat dalam bentuk eksposisi. Informasi yang dikumpulkan disusun dalam bentuk paragraf. Ketika membaca suatu laporan hasil kunjungan, siswa harus dapat menemukan hal-hal penting mengenai isi laporan kunjungan. Untuk itu dibutuhkan suatu kemampuan menulis sebuah laporan yang baik, siswa harus dapat menulis laporan yang didukung oleh kesesuaian isi laporan dengan tempat yang diamati, pilihan kata/diksi, keefektifan kalimat, ketepatan penggunaan ejaan, kerapian, dan kebersihan tulisan (Finoza, 2009: 246). 2.2.2 Unsur- Unsur Laporan Kunjungan Dalam membuat laporan kunjungan, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan, di antaranya (1) nama kegiatan, (2) obyek pengamatan, (3) waktu pengamatan, (4) pendahuluan/pengantar, dan (5) hal-hal yang amati (Warsidi, Edi dan Farika, 2008: 45). Untuk memahami isi dan teknik penyajian, berikut contoh laporan kunjungan.

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN Nama : Adelia Pratiwi Objek Kunjungan : Usaha Pembuatan kerupuk Waktu Kunjungan : 17 November 2011 Pembuatan usaha kerupuk ini dimiliki oleh bapak M.Yunus.Usaha kerupuk ini dimulai sejak tahun 1980 lokasi tempatnya di Desa Suka Agung Talangpadang. Luas usaha tempat pembuatan kerupuk ini 15 x 20 m. Jarak dari jalan raga ketempat usaha 500 km,dengan jalan raya. Sedangkan jarak dari tempat lokasi ke Bandarlampung 2 jam per alanan. Pak M.Yunus memiliki usaha ini dengan dibantu anakanaknya 5 orang, dan 8 orang karyawan. Jadi jumlah karyawan seluruhnya adalah 13 orang. Lima orang yang membuat kerupuk, 2 orang yang menggoreng, dan 6 orang yang membungkus kerupuk. A. Bahan-bahan Pembuatan Kerupuk - Aci tapioka - Bumbu-bumbu - Garam - Ikan - Pewarna - Air B. Cara Pembuatannya Bumbu dimasukkan dan aci tapioka diaduk dengan air mentah,lalu disiram dengan air mendidih,setelah itu diberi pewarna,lalu diaduk lagi dengan aci.setelah diaduk dengan rata,lalu dimasukkan kedalam mesin cetak.setelah selesai dari mesin lalu dikelliqrkan,lalu dicetak,yaitu diceplok.selesai diceplok dimasukkan lagi ke langsang atau dikukus.setelah dikukus lalu diangkat dan disusun ke rajen. Dan langsung dijemur. Minimal dijemur 2 hari. Setelah kering dijemur lalu digoreng dan dibungkus atau di pak.setelah selesai di pak lalu dipasarkan. I pak dijual Rp.6000, Jadi 1 pak berisi 10 bungkus kerupuk. Pak M.Yunus diperkirakan I bulan mendapatkan penghasilan 20 juta kotornya. Sumber : Wawancara Bpk.M.Yunus.

2.3 Kemampuan Menulis Laporan Kunjungan Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun KBBI, 2002: 707). Berdasarkan pengertian kemampuan dan menulis laporan kunjungan penulis menyimpulkan bahwa kemampuan menulis laporan kunjungan adalah kesanggupan atau kemampuan dalam hal melaporkan kegiatan hasil pengamatan yang bertujuan agar siswa dapat mengetahui isi laporan kunjungan yang diamati, menjelaskan isi laporan kunjungan, dan memahami bagaimana cara penyajian atau cara melaporkan hasil pengamatan atau hasil kunjungan. 2.4 Teknik Diskusi Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila seorang guru dapat memilih, menguasai, dan menerapkan teknik yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran adalah teknik diskusi. 2.4.1 Pengertian Teknik Diskusi Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi jika semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja (Roestiyah, N.K, 2008: 5) Teknik diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Diskusi adalah suatu

kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan (Djamarah, 1997: 41). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik diskusi adalah suatu penyampaian atau penyajian materi pelajaran dari guru kepada peserta didik yang dilakukan secara lisan didalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. 2.4.2 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Diskusi Pengalaman berdiskusi banyak memberikan kelebihan dan kelemahan kepada peserta didik. Adapun bukti yang menunjukkan kelebihan dan kelemahan teknik diskusi antara lain disajikan sebagai berikut. 2.4.2.1 Kelebihan Teknik Diskusi Pengalaman berdiskusi banyak memberikan keuntungan kepada peserta didik. Hal ini disampaikan oleh bukti yang menunjukkan kelebihan kelebihan teknik diskusi antara lain sebagai berikut, (1) dapat berfungsi mengulangi bahan pelajaran yang telah disajikan, (2) dapat menumbuhkan dan memperkembangkan sikap dan cara berfikir ilmiah, (3) dapat membina para pelajar, (4) dapat memperkecil atau menghilangkan rasa malu/takut serta dapat memupuk keberanian peserta didik, dan (5) memupuk kerjasama, toleransi, dan rasa sosial (Karo-karo, 1998: 29). Kebaikan kebaikan teknik diskusi yang tersebut di atas didukung oleh ahli yang lain dengan menyebutkan keuntungan keuntungan penggunaan teknik diskusi, antara lain siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam memecahkan suatu masalah, dapat meningkatkan kepahaman siswa terhadap masalah masalah

penting, dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi serta dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam perencanaan dan pengambilan keputusan (Wahab, 1998: 43). 2.4.2.2 Kelemahan Teknik Diskusi Kelemahan kelemahan teknik diskusi adalah a) tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, b) peserta mendapat informasi yang terbatas, c) diskusi mudah terjerumus, d) membutuhkan pemimpin yang terampil e) mungkin dikuasi orang - orang yang suka bicara, f) dapat memboroskan waktu (Wahab, 1998: 44). Senada dengan pendapat di atas, menurut Djamarah (1997: 45) kekurangan teknik diskusi yaitu, a) pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu yang panjang, b) tidak dapat dipakai pada kelompk yang besar, c) peserta mendapat informasi yang terbatas, d) mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menang sendiri. 2.4.3 Langkah-Langkah Teknik Diskusi Langkah langkah dalam pembelajaran diskusi antara lain (1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan, (3) siapkan bahan atau alat yang diperlukan, (4) seluruh siswa memperhatikan diskusi dan menganalisanya, (5) tiap siswa/kelompok mengemukakan hasil analisa dan juga pengalaman siswa didiskusikan, dan (6) guru membuat kesimpulan (Wahab, 1998: 46).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan diskusi salah satu diantaranya diuraikan oleh Karo-karo (1998: 31), sebagai berikut a) merumuskan masalah, tujuan dan pemecahan masalah yang akan didiskusikan, b) membentuk kelompok-kelompok diskusi, c) siswa berdiskusi dalam kelompoknya dan guru memandu jalannya diskusi d) setiap kelompok diskusi, melaporkan hasil yang telah dicapainya, kemudian dipresentasikan dan ditanggapi oleh anggota dari kelompok lain. Tanggapan atau pertanyaan ini pada akhirnya harus ditanggapi atau dijawab oleh guru agar pelajar mengetahui mana yang benar atau salah, dan e) siswa mencatat hasil diskusi (Karo-karo, 1998: 31). 2.4.4 Tujuan Teknik Diskusi Tujuan dari penerapan teknik diskusi dalam pembelajaran ini, adalah sebagai berikut. a. Melatih peserta didik mengembangkan ketrampilan bertanya. b. Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional. c. Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif. d. Mengembangkan keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat. e. Menggambarkan sikap terhadap isu-isu kontroversial. f. Melatih peserta didik berani berpendapat tentang suatu masalah. g. Mencari kebenaran secara jujur melalui pertimbangan-pertimbangan pendapat yang memungkinkan munculnya perbedaan satu dengan yang lain. h. Melatih diri menemukan kesepakatan pendapat melalui musyawarah, karena permasalahan permasalahan yang ada dapat dimengerti dan dipahami secara

bersama-sama, sehingga bukan merupakan paksaan atau terpaksa menerima kekalahan dalam pemungutan suara atau pengambilan keputusan. i. Memberikan suasana kelas menjadi hidup, mendekati suasana kehidupan sehari-hari yang sesungguhnya (Roestiyah, N.K, 2008: 6). 2.5 Pengaruh Pemanfaatan Teknik Diskusi Terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Menulis Laporan Kunjungan Laporan hasil kunjungan adalah laporan yang dibuat berdasarkan hasil pengamatan. Pengamatan berlangsung karena adanya kunjungan ke suatu tempat. Dari hasil pengamatan tersebut siswa melaporkan kegiatan berupa isi laporan kunjungan yang diamati dengan menjelaskan isi laporan kunjungan, disertai cara penyajian atau cara melaporkan hasil pengamatan atau hasil kunjungan melalui teknik diskusi di kelas. Teknik diskusi merupakan salah satu teknik yang dapat dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah. Efektivitas penggunaanya dapat dilihat dari hasil prestasi peserta didik, yaitu dengan membandingkan pembelajaran yang menggunakan teknik diskusi dengan yang tidak menggunakan teknik diskusi. Oleh karena itu, penggunaan teknik ini cukup relevan untuk diteliti mengingat teknik ini bisa dilakukan pada semua kalangan tanpa mempertimbangkan usia atau latar belakang. Hanya saja dalam penggunaan teknik ini perlu dipertimbangkan dari segi waktu dan tempat. Dari segi waktu, dibutuhkan waktu yang cukup panjang dalam melakukan diskusi. Dari segi tempat, dibutuhkan tempat yang luas, nyaman, dan tenang untuk berdiskusi.

Teknik yang baik bukan hanya teknik yang mudah untuk dilaksanakan, tetapi teknik yang dapat memberikan analisa yang perlu diteliti dan jelas sehingga hasil penelitian tersebut dapat memberikan sumbangan perbaikan. Di dalam penelitian ini peneliti menetapkan pilihan penggunaan teknik diskusi dalam pembelajaran di sekolah dasar.