BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Mendirikan Usaha Baru (Start Up) Mendirikan usaha baru adalah memulai usaha dengan mendirikan perusahaan yang baru. Dalam hal ini yang harus dilakukan adalah mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan badan usaha, mulai dari akte notaris sampai ke pengadilan negeri (Departemen Kehakiman), kemudian mengurus izin-izin yang dibutuhkan. Di samping itu, tugas lain adalah mencari lokasi yang tepat dan menyediakan peralatan atau mesin yang sesuai dengan usahanya (Kasmir, 2006;35). Sebelum memulai usaha, terlebih dahulu perlu pemilihan bidang yang ingin ditekuni. Pemilihan bidang usaha ini penting agar kita mampu mengenal seluk beluk usaha tersebut dan mampu mengelolanya. Pemilihan bidang usaha ini harus disesuaikan dengan minat atau bakat seseorang karena minat dan bakat merupakan faktor penentu dalam menjalankan usaha. Di samping faktor minat atau bakat, faktor penentu lainnya adalah modal yang dimiliki. Setiap bidang usaha memerlukan modal yang besarnya tergantung usahanya. Menurut Kasmir (2006;37), modal
dapat dicari dari berbagai sumber seperti dari kantong pribadi, para sanak famili, rekan-rekan sejawat, atau pinjaman. Namun untuk usaha baru, modal pinjaman relatif lebih sulit diperoleh karena jarang lembaga keuangan yang mau membiayai usaha yang masih baru. Faltor lainnya adalah jangka waktu memperoleh penghasilan atau keuntungan atau laba. Ada usaha yang jangka waktu perolehan keuntungannya relatif pendek, sedang, dan panjang. Besarnya laba yang akan diperoleh juga dapat dijadikan sebagai acuan. Ada usaha yang dalam waktu singkat, antara satu hingga tiga bulan sudah menghasilkan laba, namun ada pula usaha yang memerlukan waktu lama. Artinya, harus mengembalikan modal terlebih dahulu baru dapat memetik hasilnya. Pengalaman dalam bidang tertentu, seperti pernah melakukan job training atau praktik kerja, sangat berguna bagi pengusaha dalam rangka memilih usaha yang akan dimasukinya. Di samping itu, pengalaman dapat pula diperoleh dari orang lain dalam bidang yang diinginkan. 2.1.2 Membeli Perusahaan (Buy Out) Usaha ini dilakukan dengan cara membeli perusahaan yang sudah ada atau sudah berjalan sebelumnya. Pembelian usaha dapat dilakukan terhadap perusahaan yang sedang berjalan atau perusahaan
yang tidak aktif, tetapi masih memiliki badan usaha. Pembelian meliputi saham berikut aset perusahaan yang dimiliki (Kasmir, 2006;35). Menurut Zimmerer (2008;310), ada beberapa hal yang merupakan langkah-langkah dalam membeli perusahaan yaitu : 1. Analisis keahlian, kemampuan dan minat untuk menentukan jenis perusahaan yang dipertimbangkan. Wirausahawan yang mempertimbangkan membeli perusahaan harus memulainya dengan melaksanakan pemeriksaan terhadap diri sendiri untuk menentukan perusahaan yang ideal. Fokus utamanya adalah untuk mengidentifikasi jenis perusahaan yang akan membuat wirausahawan paling bahagia dan yang memiliki kemungkinan sukses paling tinggi. 2. Siapkan daftar calon potensial. Setelah wirausahawan mengetahuai sasaran yang ingin dicapaidengan membeli perusahaan, carilah perusahaan dan jangan membatasi diri hanya pada perusahaan yang diiklankan untuk dijual. Pasar tersembunyi (hidden market) dari perusahaan-perusahaan yang mungkin akan dijual tetapi tidak diiklankan, merupakan sumber yang sangat baik untuk menemukan perusahaan-perusahaan bermutu tinggi. Banyak perusahaan yang dapat dibeli, tetapi tidak diiklankan secara terbuka melainkan tersedia melalui
jasa broker perusahaan atau professional lainnya. Meskipun tidak menonjol, perusahaan-perusahaan yang tersembunyi ini merupakan tujuan paling menarik yang dapat ditemukan calon pembeli. 3. Menyelidiki dan mengevaluasi calon perusahaan dan menentukan yang terbaik. Menemukan perusahaan yang tepat memerlukan kesabaran. Walaupun beberapa pembeli menemukan perusahaan hanya setelah beberapa bula mencari, pencarian biasanya menghabiskan waktu yang lebih lama, sampai kira-kira dua atau tiga tahun. 4. Menelaah pilihan-pilihan keuangan. Memberikan nilai pada perusahaan yang sudah ada merupakan langkah selanjutnya dan hal yang sulit bagi calon wirausahawan. Setelah terjadi kesepakatan, tugas berikutnya adalah pembiayaan pembelian itu. Meskipun pembiayaan terhadap pembelian perusahaan yang sudah ada biasanya lebih mudah daripada pembiayaan perusahaan baru, beberapa pemberi pinjaman menjauhi kesepakatan yang melibatkan pembelian perusahaan yang sudah ada. Mereka yang bersedia membiayai pembelian perusahaan biasanya hanya member pinjaman senilai sebagian dari nilai asset perusahaan itu sehingga pembeli harus mencari sumber keuangan lain. Untunglah pembeli perusahaan mempunyai
sumber pembiayaan yang sudah siap yaitu penjual itu sendiri. Pembiayaan dari penjual sering kali lebih fleksibel, lebih cepat, dan lebih mudah diperoleh daripada pinjaman dari pembeli pinjaman tradisional. 5. Pastikan peralihan terjadi dengan lancar. Segera setelah kesepakatan dicapai, tantangan berikutnya adalah menciptakan masa peralihan yang lancar. Sebaik apa pun perencanaan, akan selalu ada kejutan-kejutan. Pemilik baru mungkin memiliki gagasan untuk mengubah perusahaan yang terkadang secara drastis dan menyebabkan stres atau kecemasan di antara karyawan dan pemilik lama. Untuk itu, pusatkan perhatian pada komunikasi dengan para karyawan, jujur terhadap karyawan dan dengarkan karyawan. Serta pertimbangkan untuk menjadikan penjual sebagai konsultan sampai masa peralihan selesai. 2.1.3 Kerjasama Manajemen Dengan Sistem Waralaba (Franchise) Model ini dikembangkan dengan memakai nama dan manajemen perusahaan lain (Kasmir, 2006;36). Perusahaan pemilik nama disebut sebagai perusahaan induk (franchisor) dan perusahaan yang menggunakan disebut franchise. Dukungan manajemen yang diberikan oleh franchisor menurut Kasmir (2006;36) berupa : Pemilihan lokasi usaha
Bentuk bangunan Layout gedung dan ruangan Peralatan yang diperlukan Pemilihan karyawan Penentuan atau penyediaan bahan baku atau produk Iklan bersama 2.1.4 Mengembangkan Usaha Yang Sudah Ada (Family Bussiness) Dalam mengembangkan usaha yang sudah ada menurut Kasmir (2006;36), pengusaha melakukan pengembangan atas usaha yang sudah ada sebelumnya, baik berupa cabang ataupun penambahan kapasitas yang lebih besar. Biasanya kegiatan seperti ini dilakukan perusahaan keluarga. Banyak orang bekerja dalam bisnis keluarga dan setelah beberapa waktu dianggap menjadi pemilik. Ini dapat menjadi cara ideal untuk memiliki bisnis karena kinerjanya dapat diprediksikan selama para karyawan utama masih terus bekerja di sana. Keputusan besar mengenai proses produksi dan operasi lain perusahaan sudah dapat ditentukan sebelumnya. Jika bisnis punya sejarah keberhasilan, fungsi pemilik baru hanya memastikan bahwa operasional yang ada masih berlanjut secara efisien. Sebaliknya apabila bisnis mengalami kinerja yang buruk, pemilik baru harus merevisi manajemen, pemasaran, dan kebijakan keuangan.
Banyak entrepreneur yang berasal dari keluarga-keluarga yang memiliki latar belakang bisnis. Orang tuanya bekerja secara mandiri, kebanyakan dalam bentuk usaha kecil. Banyak entrepreneur adalah anak tertua dalam suatu keluarga, karena dipengaruhi dan didorong oleh orang tuanya untuk memberanikan diri memasuki dan melakukan bisnis. 2.1.5 Kesuksesan Menjalankan Bisnis Kesuksesan menjalankan bisnis / usaha menurut Zimmerer (2008;57) merupakan sebuah hasil yang dicapai dari kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang dan kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang. Seorang pengusaha dapat diterjemahkan sebagai orang yang bertransaksi bisnis. Seorang pengusaha dapat beroperasi sebagai pengusaha wiraswasta atau pemilik usaha kecil, atau dapat melakukan kegiatan usaha untuk orang lain. Sedangkan perlengkapan penunjang seorang pelaku bisnis dapat berarti perangkat bisnis misalnya laptop, perangkat komunikasi, teknologi, atau yang lebih utama adalah keahlian yang digunakan oleh seseorang dalam bisnis.
Kemauan / keinginan untuk belajar adalah karakteristik umum yang diperlukan untuk menjadi seorang pengusaha sukses. Bisnis selalu berkembang dan keberhasilan strategi yang dijalankan hari ini belum tetntu berhasil apabila diterapkan beberapa waktu mendatang. Dengan demikian, pembelajaran/pendidikan yang berkesinambungan, kesadaran bagaimana kegiatan industri itu berlangsung, dan kesediaan untuk selalu menjelajahi kondisi/situasi terbaru, merupakan cara yang tepat untuk menjamin kesuksesan bisnis dalam jangka panjang. Jaringan adalah pertukaran informasi atau layanan antar individu, kelompok, atau lembaga, atau secara khusus, memiliki pengertian jalinan hubungan yang produktif antara para pekerjaan atau pebisnis. Untuk bidang industri tertentu, seperti bisnis real estate ataupun asuransi, mengenal banyak orang merupakan hal penting dalam menjalankan bisnis. Kebanyakan orang sukses mereka menjalin hubungan dan bertemu orang sebanyak yang mereka bisa karena mereka tahu bahwa semakin banyak orang yang mereka kenal, semakin banyak peluang yang datang. Semakin kita berkutat pada bisnis atau hanya berdiam diri tanpa membangun jalinan komunikasi dengan banyak pihak, semakin kecil peluang yang akan diperoleh. Di kota-kota besar sudah banyak bermunculan event / acara-acara khusus yang diadakan sebagai sarana para pebisnis untuk membangun hubungan bisnis.
Komunikasi sering dimasukkan kedalam pembahasan bagaimana keberhasilan menjalin suatu hubungan dalam kehidupan dapat dicapai. Dalam hal ini termasuk hubungan bisnis. Alat terbaik untuk menjadi seorang master adalah memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik lebih utama dibandingkan dengan penguasaan bahasa itu sendiri. Dalam hal ini ditekankan pentingnya mempelajari gaya komunikasi dan mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi gaya seseorang dan untuk mengetahui bagaimana mendekati seseorang dengan komunikasi yang efektif. Empati adalah bagian penting dari komunikasi yang baik dalam bisnis. Ketika berhadapan dengan pelanggan, misalnya, kemampuan untuk berempati dengan pengalaman pelanggan tersebut sangat membantu untuk dapat menjalankan bisnis dengan lancar. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Fajrinur (2007) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil Pada Pajak USU Medan. Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa memulai usaha kecil pada Pajak USU Medan dipengaruhi oleh variabelvariabel yaitu modal, pendidikan, peluang, emosional, dan pengalaman. Beberapa variabel yaitu peluang dan emosional berpengaruh signifikan terhadap keputusan wirausahawan untuk memulai usaha kecil pada Pajak USU Medan.
Turley (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Faktor Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Non Makanan (Studi Kasus Pada Pajak USU medan). Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa keberhasilan usaha mikro dipengaruhi oleh faktor-faktor kewirausahaan yaitu visi, motivasi, percaya diri, kreatif, rasa ingin tahu, dan proaktif. Semua variabel tersebut secara serempak mempunyai pengaruh dan signifikan terhadap keberhasilan usaha mikro non makanan pada usaha Pajak USU. Ritonga (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Non Makanan Di Lingkungan Pajak USU dimana peneliti menggunakan 4 (empat) variabel dalam mengukur kewirausahaan yaitu perencanaan, resiko, peluang dan adaptasi dan keberhasilan usaha diukur dengan 3 (tiga) variabel yaitu keuntungan usaha, jumlah penjualan dan pertumbuhan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kewirausahaan dan keberhasilan usaha. 2.3 Kerangka Konsepual Menurut Kasmir (2006;35), mendirikan usaha baru adalah memulai usaha dengan mendirikan usaha yang benar-benar baru. Dalam hal ini yang harus dilakukan adalah mengurus semua yang berhubungan dengan badan usaha,
izin-izin yang dibutuhkan, mencari lokasi yang tepat, dan mencari peralatan atau mesin yang sesuai dengan badan usahanya. Menurut Kasmir (2006;35), membeli perusahaan adalah membeli perusahaan yang sudah ada atau sudah berjalan sebelumnya. Pembelian perusahaan ini meliputi pembelian saham berikut aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Kasmir (2006;36), kerjasama manajemen dengan sistem waralaba (franchising) adalah menjalankan usaha dengan memakai nama dan perusahaan lain. Pembelian meliputi nama dan izin membuka usaha. Menurut Kasmir (2008;36), mengembangkan usaha yang sudah ada adalah pengusaha melakukan pengembangan atas usaha yang sudah ada sebelumnya dan biasanya dilakukan dalam usaha keluarga. Kesuksesan Menjalankan Bisnis menurut Zimmerer (2008;57) adalah hasil yang dicapai dari kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang dan kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Mendirikan Usaha Baru (X1) Membeli Perusahaan (X2) Sistem Waralaba Kesuksesan Menjalankan Bisnis (Y) (X3) Bisnis Keluarga (X4) Sumber : Kasmir (2008), Zimmerer (2008), diolah (2011). Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan pada kerangka konseptual di atas, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah: Pola Masuk UKM Berkorelasi Terhadap Kesuksesan Menjalankan Bisnis Pada Pajak USU Medan.