Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017. TINJAUAN HUKUM MENGENAI PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh: Pratini Salamba 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau beberapa orang lain. Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB IV. PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

Waris Menurut BW Bab I Pendahuluan

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015. HAK ANAK ANGKAT ATAS WARISAN MENURUT HUKUM PERDATA 1 Oleh: Legi Riska Ivon 2

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017. KEDUDUKAN AHLI WARIS DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Daniel Angkow 2

TINJAUAN YURIDIS ATAS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA

Diskusi Mata Kuliah Gemar Belajar Perjanjian dan Waris

BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI

PEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW)

HUKUM HIBAH WASIAT TERHADAP ANAK ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

BAB II STATUS HUKUM HARTA WARIS YANG DIPEROLEH BERDASAR PADA WASIAT / TESTAMEN. hubungan pewarisan antara pewaris dan ahli waris.

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB I TENJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS

HUKUM WARIS PERDATA BARAT

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D

Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017

BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEWARISAN DAN PERMOHONAN

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERKARA WARIS Rahmatullah, SH.,MH Dosen Fakultas Hukum UIT Makassar

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA. yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perorangan.

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

PENETAPAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

NASKAH PUBLIKASI PEMBAGIAN WARISAN BERDASARKAN WASIAT BAGI ANAK ANGKAT DITINJAU DALAM HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III AKIBAT HUKUM PENGHIBAHAN HARTA WARISAN YANG MELANGGAR BAGIAN MUTLAK ATAU LEGITIME PORTIE AHLI WARIS OLEH PEWARIS MENURUT KUHPERDATA

PERBANDINGAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT DAN MENURUT BW DI INDONESIA

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Soal Latihan UAS 2014/2015 Asas-Asas Hukum Perdata

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. WASIAT MENURUT KETENTUAN-KETENTUAN KOMPILASI HUKUM ISLAM 1 Oleh: Fiki Amalia Baidlowi 2

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari

bismillahirrahmanirrahim

diasuh oleh team-teaching PROGRAM PASCASARJANA USU Program Magister Kenotariatan

BAB I PENDAHULUAN. rasional dan matematis baik kondisi ekonomi, kelayakan pengetahuan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D ABSTRAK

BAB II PENGURUSAN HARTA KEKAYAAN MILIK ANAK ANGKAT DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PERDATA. A. Status dan Kedudukan Anak Angkat Menurut KUH Perdata

PEWARISAN DAN AHLI WARIS PENGGANTI BIJ PLAATSVERVULLING

BAB II PENGATURAN HIBAH DAN HIBAH WASIAT DALAM PEWARISAN MENURUT KUHPERDATA. A. Ketentuan Umum Pewarisan Menurut KUHPerdata

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. PEMBATALAN ATAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh : Erni Bangun 2

BAB III WASIAT DALAM KUH PERDATA. perbuatan pewaris pada masa hidupnya mengenai harta kekayaannya apabila

HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA DAN ANAK (ALIMENTASI) MENURUT K.U.H. PERDATA DAN U.U. NO.1 TAHUN 1974 SUNARTO ADY WIBOWO,SH.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH. guna membantu menguatkan atau mengukuhkan setiap perbuatan hukum atas

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

KAJIAN TERHADAP HAK MEWARIS ANAK ANGKAT DIDASARKAN HIBAH WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA. ( Studi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur )

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

bismillahirrahmanirrahim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. - Putusan perkara perdata Nomor : 216/Pdt.G/1996?PA.YK. Pengadilan Agama Yogyakarta adalah:

ASPEK YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM AHLI WARIS DALAM PEWARISAN HAK CIPTA. Eddhie Paptono, SH.MH. Noor Hidayah Hanum

TINJAUAN TENTANG BAGIAN AHLI WARIS YANG MENOLAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA BW

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB II KEDUDUKAN HUKUM AHLI WARIS GOLONGAN II SETELAH TERBITNYA PENETAPAN PENGESAHAN YANG DILAKUKAN SETELAH PEWARIS MENINGGAL DUNIA

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2. Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

KAJIAN HUKUM ATAS HAK WARIS TERHADAP ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh : Mawar Maria Pangemanan 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB III KETENTUAN HAK WARIS ANAK ZINA MENURUT PASAL 869 KUH PERDATA. pada BW, merupakan bagian dari hukum harta kekayaan, oleh karena itu

BAB II PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN YANG DILAKUKAN ATAS DASAR ADANYA AKTA PERDAMAIAN ANTARA PARA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 119 TAHUN 2017 TENTANG

P E N E T A P A N Nomor : 13/Pdt.P/2012/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN HUKUM TENTANG KEDUDUKAN JANDA MENURUT KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA NUR AISAH / D

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

P E N E T A P A N. Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEDUDUKAN HUKUM AHLI WARIS YANG MEWARIS DENGAN CARA MENGGANTI ATAU AHLI WARIS BIJ PLAATSVERVULLING MENURUT BURGERLIJK WETBOEK

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. atau salah satunya sudah meninggal, maka anak yang masih di bawah umur

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

Transkripsi:

TINJAUAN HUKUM MENGENAI PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh: Pratini Salamba 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggolongan pembagian harta warisan menurut KUHPerdata dan apa saja yang bisa membuat seseorang tidak berhak untuk menerima warisan dan bagaimana cara pengurusan warisan. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. Menurut KUHPerdata, yang berhak menerima bagian warisan adalah anak keluarga dari yang meninggal dunia (mereka yang saling mempunyai hubungan darah). Dengan demikian dalam Hukum Waris BW ahli waris pada dasarnya dibagi menjadi 4(empat) kelompok, yaitu: Ahli waris golongan pertama meliputi keluarga sedarah dalam garis lurus kebawah pewaris anak dan istri /suami; Ahli waris golongan kedua meliputi orang tua, saudara, dan keturunan dari saudara; Ahli waris golongan ketiga adalah kakek dan nenek serta leluhur; Ahli waris golongan keempat adalah keluarga selanjutnya yang menyamping. 2. Pasal 838 BW mengatur tentang yang dianggap tidak patut menjadi ahli waris dan karenanya pun dikesampingkan dari pewarisan, yaitu : Orang yang dihukum karena membunuh/mencoba membunuh si pewaris; Orang yang dihukum karena memfitnah si pewaris pada waktu masih hidup; Orang yang telah menggelapkan dan merusak atau memalsukan surat wasiat. Kata kunci: Pembagian, harta, warisan. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia, terjadi beberapa peristiwa-peristiwa penting diantaranya adalah kelahiran, perkawinan dan kematian. Maka dengan adanya kelahiran akan timbul adanya hubungan hukum seperti hubungannya dengan orang tua, saudara serta kerabat-kerabat terdekat lainnya. Begitupun dengan perkawinan, timbulnya hukum akibat perkawinan diatur dalam undang-undang 1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Wulanmas A. P. G. Frederik, SH, MH; Meiske Mandey SH, MH 2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 13071101044 perkawinan seperti timbul adanya hak dan kewajiban antara suami dan istri. Peristiwa kematian juga merupakan peristiwa yang menimbulkan akibat hukum yaitu bagi mereka yang ditinggalkan, seperti keluarga dan krabatkrabat terdekatnya. Akibat hukum yang disebutkan terakhir inilah yang dikenal dengan hukum waris. Pewarisan merupakan, proses berpindahnya harta peninggalan dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya. Akan tetapi proses perpindahan tersebut tidak dapat terlaksana apabila unsur-unsurnya tidak lengkap. Apabila seseorang meninggal dunia, maka segala hak dan kewajibannya beralih kepada ahli warisnya. Adapun yang akan beralih kepada ahli warisnya bukan hanya meliputi hak dan kewajiban saja tetapi juga meliputi barang-barang yang berwujud, sedangkan yang berhak menerima peralihan adalah ahli warisnya, seperti suami, istri, anak ataupun orang lain yang ditunjuk. 3 Prakteknya di masyarakat hukum waris merupakan hukum yang rumit dan sering menimbulkan perpecahan antar keluarga. Pewaris ialah orang yang meninggal dunia dengan meningalkan hak dan kewajiban kepada orang lain yang berhak menerimanya. Menurut Pasal 830 BW, pewarisan hanya berlangsung karena kematian. Menurut ketentuan Pasal 874 BW, segala harta peninggalan seorang yang meninggal dunia adalah kepunyaan sekalian ahli warisnya menurut undang undang sekedar terhadap itu dengan surat wasiat tidak telah diambil setelah ketetapan yang sah. Maka, menurut BW ada dua macam waris. Hukum waris yang pertama, dinamakan Hukum Waris ab intestato (tanpa wasiat) dan Hukum waris yang kedua disebut Hukum Waris Wasiat atau testamentair erfrecht. Ahli waris yaitu orang yang masih hidup yang oleh hukum diberi hak untuk menerima hak dan kewajiban yang ditinggal oleh pewaris. Kitab undang undang hukum perdata terutama Pasal 528 tentang hak waris diindetikkan dengn hak kebendaan sedangkan ketentuan dari Pasal 584 KUHperdata menyangkut hak waris sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak kebendaan oleh karenanya ditempatkan dalam Buku ke II KUHPPerdata (tentang benda). 3 Sudarsono1994. Hukum Waris Dan Sistem Bilateral.Jakarta:Rineka Cipta.15 66

Penempatan hukum kewarisan dalam Buku ke II KUHPerdata ini menimbulkan pro dan kotra dikalangan ahli waris karena merea berpendapat bahwa dalam hukum kewarisan tidak hanya tampak sebagai hukum saja tetapi tersangkut beberapa aspek hukum lainnya misalnya hukum perorangan dan kekeluargaan 4 Menurut Staatsblad 1925 nomor 415jo.447 yang telah ubah ditambah dan sebagainya terakhir dengan 1929 No 221 Pasal 131 jo Pasal 163 hukum kewarisan yang diatur dalam KUHPerdata tersebut diberlakukan bagi orangorang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan orang - orang tersebut. Staatsblad 1917 No 129jo Staatsblad 1924 No 557 hukum kewarisan dalam KUHPerdata diberlakukan bagi orang Timur Asing Tionghoa dan berdasarkan Staatsblad 1917 No 12 tentang Penundukan diri Terhadap Hukum Eropa maka bagi orang-orang Indonesia dimungkinkan pula menggunakan hukum kewarisan yang tertuang dalam KUHPerdata maka KUHPerdata diberlakukan kepada: 1. Orang-orang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan orang Eropa misalnya Inggris, Jerman, Prancis, Amerika dan termasuk orang-orang Jepang 2. Orang-orang timur Asing Tionghoa 3. Orang-orang Timur Asing lainnya, orangorang pribumi menundukkan diri Menurut KUH Perdata ada 2 cara untuk mendapatkan warisan yaitu : 1. Ahli waris menurut ketentuan undangundang 2. karena ditunjuk dalam surat wasiat (testamen) Pasal 874 5 Hukum waris berlaku suatu asas bahwa hanyalah hak-hak dan kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat diwariskan dengan kata lain hanyalah hak hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dinilai dengan uang disamping itu berlaku juga suatu asas bahwa apabila seorang meninggal dunia maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beraih pada sekalian ahli warisnya Asas tersebut tercantum dalam suatu pepatah Perancis yang berbunyi le mort saist levit sedangkan pengoperan segala hak dan kewajiban dari seorang yang meninggal dunia bahwa merupakan asas juga dslsm KUHPerdata ialah asas kematian artinya pewarisan hanya karena kematian (Pasal 830 KUH-Perdata). Demikian juga Hukum Kewarisan menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata masih mengenal 3 asas lain yaitu : 6 1. Asas Individual 2. Asas Biliteral 3. Asas Perderajatan Dari banyaknya permasalahan pembagian warisan didalam masyarakat bahkan kurangnya pengetahuan tentang pembagian warisan serta didalam pembagian warisan terdapat banyak ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat sehingga penulis mengangkat judul Tinjauan Hukum Mengenai Pembagian Harta Warisan Menurut KUHPERDATA B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penggolongan pembagian harta warisan menurut KUHPerdata? 2. Apa saja yang bisa membuat seseorang tidak berhak untuk menerima warisan dan bagaimana cara pengurusan warisan? C. Metode Penelitian Penelitian ini sifatnya yuridis normatif dengan jenis penelitian hukum yang mengambil dari data kepustakaan. Penelitian yuridis normatif, yang merupakan penelitian yang bahan pustaka merupakan data dasar penelitian yang digolongkan sebagai data sekunder. PEMBAHASAN A. Penggolongan Ahli Waris Menurut Pasal 832 KUHPerdata, yang berhak menjadi ahli waris adalah keluarga sederajat baik sah maupun luar kawin yang diakui, serta suami istri yang hidup terlama dalam bagian II Bab XII diatur mengenai pewarisan dari keluarga yang sah dan suami istri dalam bagian III diatur tentang pewarisan dalam hal adanya anak luar kawin yang diakui. Para Ahli waris yang sah karena kematian 4 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.2002 Jakarta:Slmedia.226 5 Idris Ramulyo.1996.Hukum Kewarisan Perdata Barat.Jakarta.31 6 H, Mamud Junus.1986.Turutlah Hukum Warisan dalam Islam.14 67

terpanggil untuk mewaris menurut urutan dimana mereka terpanggil untuk mewaris. 7 Urutan tersebut dikenal ada 4 macam yang disebut golongan ahli waris, terdiri dari golongan pertama adalah suami istri dan keturunan. Golongan kedua adalah orang tua, saudara dan keturunan saudara. Golongan ketiga adalah leluhur lain. Golongan keempat adalah sanak keluarga lainnys dalam garis menyimpang sampai dengn derajat keenam. 8 Mereka diukur menurut jauh dekatnya hubungan darah dengan sipewaris, dimana golongan yang lebih dekat menutupi golongan yang lebih jauh. 9 Ahli waris golongan pertama 1. Anak-anak dan sekalian keturunannya Anak-anak dan sekalian keturunannya termasuk dalam golongan pertama karena anak-anak tidak dapat mewaris secara bersama-sama dengan keturunan akan menutup yang lain. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa anak mewaris bersama keturunannya dalam hal terjadi penggantian. Anak adalah anak sah karena mengenai anak luar kawin diatur sendiri dalam Bab bagian III Buku ke II Pasal 862 KUHPerdatan dan seterusnya. Termasuk kelompok anak sah, adalah anak yang disahkan Pasal 277 KUHPerdata. Pasal 277 mengatkan Pengesahan anak baik dengan menyusulnya perkawinan orang tuanya maupun dengan surat pengesahan menurut Pasal 274, menimbulkan akibat, bahwa terhadap anak-anak itu berlaku ketentuan undang-undang yan sama seakan-akan mereka dilahirkan dalam perkawinan. 10 Anak anak mewaris dalam derajat pertama, artinya mereka mewaris kepala demi kepala. Mereka masing masing mempunyai bagian yang sama besar (Pasal 852 ayat 2 KUHPerdata ). Asas persamaan dalam Pasal 852 KUHPerdata, masih diteruskan dengan menetapkan bahwa anak-anak atau sekalian keturunan mereka mewaris dan pewaris meskipun mereka lahir dari perkawinan 7 Penjelasan Pasal 832 KUHPerdata 8 R.Subekti dan R.Tjitrosudibio.1960.Kitab Undang-undang Hukum Perdata.Jakarta;Pradnya Paramita.123 9 Hartono.Hukum Kewarisan Perdata Barat.Jakarta:Kencana 10 Penjelasan Pasal 274 KUHPerdata yang lain. Perkawinan yang lain, karena pewaris,meskipun mereka lahir dari perkawinan yang lain. 11 2. Suami/Istri yang hidup terlama 12 Di Indonesia, sejak Januari 1963, istri/suami yang hidup terlama sebagai ahli waris termasuk golongan I, besarnya bagian istri/suami yang hidup terlama dalam Pasal 852A KUHPerdata ditentukan sama dengan bagian anak.ketentuan yang mempersamakan anak, hanya belaku dalam pewarisan karena kematian. Bagian suami istri bukan berarti dalam segala haknya sama dengan anak,karena suami istri yang hidup terlama tidak berhak atas legitieme portie. Apabila si pewaris meninggalkan seorang suami atau istri yang hidup terlama dan tidak meninggalkan keturunan, maka suami dan istri yang hidup terlama ini berhak atas seluruh warisan. Suami atau istri yang hidup terlama ini mengesampingkan orang tua,saudara laki-laki dan perempuan seandainya mereka masih ada. Hal ini karena masih ada suami atau istri sebagai golongan I. Suami atau istri yang hidup terlama ini tampil sebagai ahli waris berdasarkan keutamaan sehingga menutup golongan lain. Demikian pula meskipun golongan I yang lainnya masih ada tetapi oleh sebab satu dan lain hal tidak dapat tampil sebagi orang yang berhak mewaris, maka istri sebagai golongan I mewaris seluruh harta pewaris. Selama masih ada istri, maka cucu-cucu tidak pernah mewaris atas kedudukan istri sebagai ahli waris tidak dapat digantikan oleh keturunannya, karena penggantian tempat hanya terjadi dalam garis lurus kebawah. Ahli Waris Golongan Kedua Ahli waris golongan kedua yaitu orang tua, saudara laki-laki,saudara perempuan dan keturunan saudara laki dan perempuan tersebut. Ahli waris golongan kedua diatur dalam pasal-pasal berikut ini Pasal 854 ayat (1) Bila seseorang meninggal dunia tanpa meninggalkan dan suami istri, maka ayahnya dan ibunya yang masih hidup masing-masing 11 Penjelasan Pasal 852a KUHPerdata 12 Opcit hal 29 68

mendapat sepertiga bagian dari harta peninggalannya,bila yang mati itu hanya meninggalkan satu orang saudara laki-laki atau perempuan, yang mendapat sisa sepertiga bagian. Ayahnya dan ibunya masing-masing mewarisi seperempat bagian, bila si mati meninggalkan lebih banyak saudara laki-laki atau perempuan, dan dalam hal itu mereka yang tersebut terakhir mendapat sisanya yang dua perempat bagian. Pasal tersebut dapat ditarik hal-hal sebagai berikut seorang meninggal dunia tanpa meninggalkan keturunan maupun suami istri, berarti sudah tidak ada golongan I, maka golongan II, yaitu bapak, ibu, dan saudarasaudara tampil sebagai ahli waris. Besarnya bagian masing-masing Ahli Warisan golongan II besarnya bagian bapak dan ibu (kedua orang tua pewaris masih hidup) berarti ada bapak,ibu dan saudara. Berdasarkan Pasal 854 KUHPerdata, 13 Bapak dan ibu mewaris bersama seseorang saudara baik laki-laki maupun perempuan, mereka masing-masing memperoleh 1/3 harta warisan, dan apabila ternyata pewaris mempunyai saudara lebih dari 2 orang, maka bapak dan ibu tidak boleh mendapat bagian kurang dari ¼ harta warisan bagian bapak dan ibu dijamin masing-masing ¼ bagian bapak dan ibu tersebut dikeluarkan terlebih dahulu setelah itu sisanya dibagikan antara saudarasaudara pewaris.bagian atau ibu masing-masing dijamin tidak boleh kurang dari 1/4. Saudarasaudara selebihnya dua atau lebih mendapat sisanya secara bersama-sama dibagi rata. Apabila bapak ataupun ibu pewaris telah meninggal dunia,maka bagian saudara-saudara pewaris diatur dalam Pasal 856 KUHPerdata Bila seseorang meninggal tanpa meninggalkan keturunan dan suami atau istri,sedang ayah dan ibunya telah meninggal lebih dahulu,maka saudara laki-laki dan perempun mewarisi seluruh warisannya. 14 Bagian saudara sekandung ataupun saudara seayah dan seibu,menurut Pasal 857 KUHPerdata. Pembagian saudara sekandung atau saudara seayah dan seibu. Menghitung jumlah/ banyaknya saudara yang turut mewaris bersama-sama dengan bapak/ibu, tidak dibedakan saudara sekandung atau saudara 13 Penjelasan 854 KUHPerdata 14 Penjelasan 856 KUHPerdata seayah. Ketentuan Pasal 857 KUHPerdata, pembagian diantara para saudara-sudara adalah sebagai berikut: 1. Bagian saudara-saudara sekandung Saudara sekandung mereka berasal dari perkawinan yang sama maka mereka berbagi dalam bagian yang sama. Berasal dari perkawinan yang sama disini maksudnya mereka mempunyai bapak-ibu yang sama, sehingga dikatakan saudara kandung. Dengan demikian saudara kandung mendapatkan bagian yang sama,tanpa membedakan laki-laki ataupun perempuan 2. Saudara Kandung dan Saudara Tiri Saudara tiri berasal dari lain-lain perkawinan. Apabila mereka berasal dari lain perkawinan maka warisan terlebih dahulu dibagi dua. Setengah bagian untuk saudara dalam garis bapak, setengah lainnnya untuk saudara dalam garis bapak, setengah lainnya untuk saudara dalam garis ibu pembagiannya adalah sebagai berikut: a. Saudara laki-laki maupun perempuan sekandung menerima dari kedua garis. b. Saudara yang bukan kandung,hanya menerima bagian dari garis dimana dia berada. Ahli Waris Golongan Ketiga Ahli waris golongan ketiga terdiri dari keluarga darah dalam garis lurus keatas, sesudah orang tua Pasal 853 KUHPerdata mengatakan: Bila yang meninggal itu tidak meninggalkan keturunan suami atau istri, saudara laki-laki atau perempuan, maka harta peninggalannya dibagi dua sama besar, satu bagian untuk keluarga sedarah dalam garis ayah keatas, dan satu bagian untuk keluarga sedarah dalam garis lurus ayah keatas,dan satu bagian untuk keluarga sedarah dalam garis lurus ibu keatas tanpa mengurangi ketentuan Pasal 859 KUHPerdata keluarga yang terdekat derajatnya dalam garis lurus ke atas,mendapat separuh dari bagian yang diperuntuhkan bagi garisnya, dengan mengesampingkan semua ahli waris lainnya. Keluarga sedarah dalam garis ke atas dari derajat yang sama,memperoleh warisan kepala demi kepala. Yang dimaksud dengan keluarga 69

dalam garis ayah dan garis ibu ke atas adalah kakek dan nenek,yakni ayah dan ibu dari ayah dan ibu dan ayah dari ibu Pewaris.Berdasarkan Pasal 853 KUHPerdata maka, warisan dibagi dalam 2 bagian terlebih dahulu (kloving). Satu bagian untuk keluarga sedarah dalam garis ayah lurus keatas.satu bagian untuk keluarga sedarah dalam garis ayah lurus keatas. 15 Arti pemecahan (kloving), ialah bahwa tiaptiap bagian atau dalam tiap-tiap garis,pewarisan dilaksanakan seakan-akan merupakan kesatuan yang berdiri sendiri. Dengan demikian dalam garis yang satu mungkin ada ahli waris yang lebih jauh derajatnya dengan Pewaris dibandingkan dengan ahli waris dalam garis yang lain. Harta waris dipecah menjadi dua,1/2 bagian untuk garis ayah,1/2 bagian untuk garis ibu.dalam garis ibu yang berhak mewaris adalah saudara sepupu. Garis ayah yang berhak mewaris adalah kakek dan nenek. Ketentuan lain yang merupakan alternatif pengaturan kewarisan dalam golongan ketiga adalah Pasal 861 KUHPerdata dalam pewarisan garis lurus keatas, tidak dikenal penggantian tempat Pasal 843 KUHPerdata. Oleh karena keluarga yang lebih dekat menutup keluarga yang perderajatannya lebih jauh dari Pewaris. 16 Ahli Waris Golongan Keempat Ahli waris golongan keempat yaitu keluarga sedarah lainnya dalam garis menyimpang sampai derajat keenam. Golongan keempat diatur dalam Pasal-Pasal berikut ini Pasal 858 KUHPerdata menyatakan: Bila tidak ada saudara laki-laki dan perempuan dan juga tidak ada keluarga sedarah yang masih hidup dalam salah satu garis keatas, maka separuh harta peninggalan itu menjadi bagian dari keluarga sedarah dalam garis keatas yang masih hidup, sedangkan yang separuh lagi menjadi bagian keluarga sedarah garis kesamping dari ke atas lainnya, kecuali dalam hal yang tercantum dalam pasal berikut. 17 Bila tidak ada saudara laki-laki dan perempuan dan keluarga sedarah yang masih hidup dalam kedua garis keatas maka keluarga sedarah terdekat dalam tiap garis kesamping masing-masing mendapat warisan separuhnya. Bila dalam satu garis kesamping terdapat beberapa keluarga sedarah dalam derajat yang sama, maka mereka kepala demi kepala, tanpa mengurangi ketentuan Pasal 845 KUHPerdata. Dalam Pasal 858 KUHPerdata tersebut dia atas dapat diartikan sebagai berikut: 1. Apabila tidak ada saudara laki-laki dan perempuan (berarti golongan II). 2. Saudara dalam salah satu garis lurus keatas (berarti Golongan ke III). 3. Harta warisan dibagi dua, yaitu a.1/2 bagian warisan (kloving), menjadi bagian keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas yang masih hidup (kelompok ahli waris yang satu). b.1/2 bagian lainnya, kecuali dalam hal tersebut dalam pasal berikut, menjadi bagian para sanak saudara dalam garis lain. Sanak saudara dalam garis yang lain, adalah para paman dan bibi serta sekalian keturunan mereka yang telah meninggal dunia lebih dahulu dari Pewaris,mereka adalah ahli waris golongan keempat. Dalam garis masing-masing garis berlaku prinsip bahwa mereka yang bertahan keluarga dalam derajat yang lebih dekat dengan pewaris menutup mereka yang lebih jauh. Dalam hal mewaris golongan keempat ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Dalam tiap jenis sebagai akibat pembelahan (kloving) pewarisan dianggap sebagai suatu pewarisan yang berdiri sendiri. 2. Dalam masing-masing garis sekalian keluarga sedarah dalam derajat yang sama mewaris kepala demi kepala (Pasal 858 KUHPerdata). 18 3. Pada dasarnya didalam golongan keempat tidak dikenal adanya penggantian tempat, setidaknya penggantian tempat yang dikenal dalam golongan pertama dan kedua. B. Penghambat penerimaan Suatu Warisan dan Cara Pengurusan Warisan Meskipun seseorang sebenarnya berhak mendapatkan warisan baik secara absentantio atau testamentair tetapi di dalam KUHPerdata telah ditentukan beberapa hal yang 15 Penjelasan dari Pasal 853 KUHPerdata 16 Opcit hal 29 17 Penjelasan Pasal 858 KUHPerdata 18 Penjelasan Pasal 858 70

menyebabkan seorang ahli waris dianggap tidak patut menerima warisan. Kategori pertama adalah orang yang dengan putusan hakim telah dinyatakan bersalah dan dihukum karena membunuh atau telah mencoba membunuh pewaris. Kedua adalah orang yang menggelapkan, memusnahkan, dan memalsukan surat wasiat atau dengan memakai kekerasan telah menghalang-halangi pewaris untuk membuat surat wasiat menurut kehendaknya sendiri. Ketiga adalah orang yang karena putusan hakim telah terbukti memfitnah orang yang meninggal dunia dan berbuat kejahatan sehingga diancam dengan hukuman lima tahun atau lebih. Keempat, orang yang telah menggelapkan, merusak, atau memalsukan surat wasiat dari pewaris. Dengan dianggap tidak patut oleh Undang-Undang bila warisan sudah diterimanya maka ahli waris terkait wajib mengembalikan seluruh hasil dan pendapatan yang telah dinikmatinya sejak ia menerima warisan. Pengurusan Harta Warisan Masalah warisan biasanya mulai timbul pada saat pembagian dan pengurusan harta warisan. Sebagai contoh, ada ahli waris yang tidak berbesar hati untuk menerima bagian yang seharusnya diterima atau dengan kata lain ingin mendapatkan bagian yang lebih. Guna menghindari hal tersebut, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan oleh Anda yang kebetulan akan mengurus harta warisan, khususnya untuk harta warisan berupa benda tidak bergerak (tanah dan bangunan). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat Surat Keterangan Kematian di Kelurahan/Kecamatan setempat. Setelah itu membuat Surat Keterangan Waris di Pengadilan Negeri setempat atau Fatwa Waris di Pengadilan Agama setempat, atau berdasarkan Peraturan Daerah masing-masing. Surat/fatwa tersebut akan dinyatakan secara sah dan resmi siapa-siapa saja yang berhak mendapatkan warisan dari pewaris. Apabila di antara para ahli waris disepakati bersama adanya pembagian warisan, maka kesepakatan tersebut wajib dibuat dihadapan Notaris. Jika salah satu pembagian yang disepakati adalah pembagian tanah maka Anda harus melakukan pendaftaran di Kantor Pertanahan setempat dengan melampirkan Surat Kematian, Surat Keterangan Waris atau Fatwa Waris, dan surat Wasiat atau Akta Pembagian Waris bila ada. 19 Cara Mengurus Surat Keterangan Ahli Waris untuk Ahli Waris Pribumi Agar lebih mudah dan aman dalam pengurusannya, ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam mengurus Surat Keterangan Hak Waris (SKHW) khusus untuk ahli waris pribumi sebagai berikut: 1. Perhatikan dokumen prasyarat yang digunakan untuk registrasi SKHW di kantor kelurahan Mendaftar SKHW, siapkan dulu berkas surat keterangan ahli waris dari kelurahan dilengkapi dengan dokumen fotocopy KK dan KTP semua ahli waris, fotocopy Surat Nikah orang tua di legalisir oleh KUA setempat (jika yang mengurus anak), dan surat kematian dari kelurahan. 2. Membuat surat pengantar dan surat keterangan waris Surat pengantar dapat dibuat setelah semua dokumen lengkap. RT dan RW akan membuat surat pengantar dan Surat Keterangan Waris bermaterai minimal 6.000 yang ditanda tangani para ahli waris dan diketahui serta di tanda tangani oleh para saksi yaitu Ketua RT / RW setempat. 3. Pengajuan pemohon ke kantor kelurahan ke bagian pelayanan umum Dengan persyaratan dokumen yang telah ditentukan diatas, pemohon hanya perlu datang ke Kantor Kelurahan ke Bagian Pelayanan Umum. Disana kelengkapan formulir telah disediakan dan bisa dibawa kerumah terlebih dahulu untuk dilengkapi jika ada syarat yang belum siap dikumpulkan. 4. Mendapatkan fatwa waris Apabila Surat Keterangan Hak Waris (SKHW) dan pernyataan dua orang saksi telah selesai dibuat, selanjutnya tinggal menuju Pemerintah Kota setempat untuk mendapatkan Fatwa Waris yang dikeluarkan dan disahkan oleh Bagian Pemerintahan atau dinas yang berwenang. Produk hukum berupa penetapan merupakan produk hukum yang hanya dapat dihasilkan oleh lembaga Pengadilan. 5. Jangka waktu proses dan biaya 19 Iksan Shi.2016.Surat Keterangan Ahli Waris.Jakarta:Kencana:54 71

Jangka waktu proses dan besar biaya yang diperlukan, proses pengadilan berpijak pada asas peradilan yaitu cepat, sederhana, dan biaya ringan. Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1998 tentang Penyelesaian Perkara maka segala jenis perkara yang berada di Pengadilan harus sudah diputus atau diselesaikan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan. Mengenai biaya, pemohon hanya akan dikenakan biaya administrasi ketika mendaftarkan permohonan serta biaya perkara di Pengadilan. Nominal biaya perkara tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 90 ayat (2) UU Peradilan Agama ditentukan oleh Mahkamah Agung. 6. Jika ada kelengkapan dokumen yang hilang Ada salah satu dokumen yang hilang, maka sebelum mengurus lebih lanjut pihak pemohon harus melapor dan membuat surat kehilangan pada polisi. Selain untuk melanjutkan proses administratif, surat kehilangan juga sangat penting agar dokumen tidak disalahgunakan pihak lain. Menetapkan ahli waris sebagaimana yang dikehendaki, prosedur yang harus ditempuh yaitu mengajukan Surat Permohonan Penetapan Ahli Waris ke Pengadilan. Untuk WNI beragama Islam, maka permohonan diajukan kepada Pengadilan Agama. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 49 huruf b UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ( UU Peradilan Agama ) yang berbunyi: Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang waris Apabila ahli waris beragama selain Islam, maka surat permohonan tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri (lihat Pasal 833 KUHPerdata). 20 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Menurut KUHPerdata, yang berhak menerima bagian warisan adalah anak keluarga dari yang meninggal dunia (mereka yang saling mempunyai hubungan darah). Dengan demikian dalam Hukum Waris BW ahli waris pada 20 Penjelasan Pasal 833 KUHPerdata dasarnya dibagi menjadi 4(empat) kelompok, yaitu: Ahli waris golongan pertama meliputi keluarga sedarah dalam garis lurus kebawah pewaris anak dan istri /suami; Ahli waris golongan kedua meliputi orang tua, saudara, dan keturunan dari saudara; Ahli waris golongan ketiga adalah kakek dan nenek serta leluhur; Ahli waris golongan keempat adalah keluarga selanjutnya yang menyamping. 2. Pasal 838 BW mengatur tentang yang dianggap tidak patut menjadi ahli waris dan karenanya pun dikesampingkan dari pewarisan, yaitu : Orang yang dihukum karena membunuh/mencoba membunuh si pewaris; Orang yang dihukum karena memfitnah si pewaris pada waktu masih hidup; Orang yang telah menggelapkan dan merusak atau memalsukan surat wasiat. B. Saran 1. Dalam pembagian warisan diperlukan KUHPerdata untuk membagi warisan terhadap pewaris yang berhak menerimanya, untuk itu dalam pembagian warisan setiap orang harus tahu takaran pembagian warisan menurut KUHPerdata agar pembagian warisan bisa merata bagi ahli waris yang sudah ditentukan. 2. Dengan adanya KUHPerdata ini diharapkan agar tidak terjadi lagi ketidakadilan dalam pembagian warisan karena didalam pembagian warisan sudah ada pembagian golongan jadi diharapkan bagi setiap penegak hukum bisa secara adil dalam pembagian warisan. DAFTAR PUSTAKA Affandi,Ali. Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Jakarta, Rineka Cipta,2004. Dan R. Tjittosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jalarta: PT Pradnya Paramita, 1989 Effendi Peranginangin. Hukum Waris.Kumpulan Kuliah. Jurusan Notariat, Fakultas Hukum Univeristas Indonesia Fatchur Rahman. Ilmu Waris. Bandung,1975 72

Fuady, Munir. Teori Negara Hukum Modern, Bandung, Refika Aditama, 2009. http://nurassajatipurnamaalam.blogspot.co.id/ 2013/07/hukum-waris-secaraperdata.html. http://nasional.kompas.com/read/2008/05/28/ 08423140/bagaimana.membagi.waris.me nurut.kuh.perdata. http://handarsubhandi.blogspot.co.id/2014/11 /hal-hal-yang-menghalangi-waris.html J.Satrio. Hukum Waris. Bandung: Alumni, 1992 L.J. van Apeldoorn. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Pradnya Paramith, 1993. Muhammad, Abdulkadir. Perdata Hukum Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti,2014. Pitlo. Hukum Waris. Jilid 1. Jakarta: PT Intermasa,1979 Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Warisan di Indonesia Bandung. R.Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata.Jakarta: Pt Intermasa,1975 Subekti, R.dan Tjitro Sudbio, KUHPerdata, PT. Pradiya Paramita, Jakarta 1995. Subekti, R. Pokok-Pokok Hukum Perdata,cet.28, PT. Intermasa, Jakarta, 1996. Subekti, R. Hukum Keluarga dan Hukum Waris, Intermasa, Jakarta 1990. Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan 6. Rineka Cipta, Jakarta, 2009. Tamakarin, Asas-Asas Hukum Waris Menurut Tiga Sistem Hukum, Pioner Jaya, Bandung, 1992. Undang- Undang tentang Pokok Agraria no 5 tahun 1960. 73