JURNAL. FORMULA PEMBERIAN KAPUR DOLOMIT DAN KOMPOS KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI Azolla pinnata TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.))

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicumannum L.

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK HAYATI (Bio organic fertilizer) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poir)

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan Kacang Tanah. dalam kehidupan dan perkembangan suatu species. Pertumbuhan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.) di Tanah Gambut yang Diberi Pupuk Kandang Kotoran Sapi

PENGARUH DOSIS PUPUK SP 36 DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L) VARIETAS GAJAH

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

JURNAL SAINS AGRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT DI TANAH GAMBUT

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

III. BAHAN DAN METODE

UJI POTENSI PUPUK ORGANIK DARI BAHAN CANGKANG TELUR UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) JURNAL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

Pengaruh Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Terung Ungu (Solanum Melongena L.)

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terjadi peningkatan produksi tanaman (Syekfani,2000). Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

PRAKTIKUM RANCANGAN PERCOBAAN KATA PENGANTAR

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PUPUK KANDANG KOTORAN SAPI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L.) DI LAHAN RAWA LEBAK

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

Made Deviani Duaja 1), Nelyati 1) and Hisar Tindaon 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jamabi

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN KAPUR DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu gambut topogen dan ombrogen. 2

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang digunakan untuk menyusun berbagai komponen sel selama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea var. Botrytis L.) TERHADAP APLIKASI BIO-7 DAN PUPUK KANDANG KAMBING DI POLIBAG

Transkripsi:

JURNAL FORMULA PEMBERIAN KAPUR DOLOMIT DAN KOMPOS KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) FORMULA PROVISION OF DOLOMITE LIME AND COMPOSTEDGOAT MANURE ON CROP GROWTH CAYENNE PEPPER (Capsicum frutescens L.) Oleh: ASTITI KUSUMASARI 12.1.01.06.0005 Dibimbing oleh : 1. Dr. Sulistiono, M.Si. 2. Mumun Nurmilawati, S.Pd., M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2017

1

FORMULA PEMBERIAN KAPUR DOLOMIT DAN KOMPOS KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) Astiti Kusumasari 12.1.01.06.0005 astitikusuma@ymail.com Sulistiono dan Mumun Nurmilawati UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) adalah salah satu sayuran yang memiliki harga jual yang cukup tinggi sehingga dalam menanamnya harus secara tepat. Kapur dolomit (CaMg(CO 3) 2) sebagai sumber hara penyedia kalsium (Ca 2+ ) dan Magnesium (Mg 2+) diperlukan untuk menyuburkan tanah. Kompos kotoran kambing yang mempunyai unsur hara makro N,P,K yang tinggi mempunyai kemampuan dalam membantu pertumbuhan tanaman dengan maksimal. Oleh karena itu pemberian kapur dolomit dan kompos kotoran kambing diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai rawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis optimal untuk pertumbuhan tanaman cabai rawit. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-November 2016 dengan metode eksperimen menggunakan desain Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial, yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor I pemberian kapur dolomit yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0; 1,90; 3,80 dan 7,60 gram dan factor II pemberian kompos kotoran kambing yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0; 75; 150 dan 225 gram dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 60 HST. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis variansi, dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan jumlah daun dipengaruhi oleh pemberian kapur dolomit dan kompos kotoran kambing. Hasil tertinggi parameter tinggi tanaman cabai rawit yakni 49,66 cm yang didapatkan dari perlakuan pemberian kapur dolomit 7,60 g dengan kompos kotoran kambing 225 g, sedangkan hasil terbanyak jumlah daun cabai rawit yakni 22 helai didapatkan dari perlakuan pemberian kapur dolomit 3,80 g dengan kompos kotoran kambing 75 g. KATA KUNCI : Capsicum frutescens L., kapur dolomit dan kompos kotoran kambing I. LATAR BELAKANG Cabai rawit adalah tanaman berumur pendek atau tanaman semusim (annual) yang habitat perdu dan tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun daratan rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai rawit adalah kondisi tanah yang subur agar pertumbuhan tanaman dapat optimal. Namun kondisi tanah yang asam akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan tanaman menjadi layu 1 2

maupun mati, tanah yang asam dapat diperbaiki dengan pemberian dolomit yang berfungsi untuk menaikkan ph tanah, sehingga jika tanaman tumbuh pada tanah yang asam dan tidak sesuai dengan ph yang dibutuhkan untuk hidup maka tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dengan optimal dan bisa mati oleh karena itu harus diberikan kapur dolomit. Kapur dolomit sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation Ca 2+, tersedianya Ca 2+ dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan vegetatif menjadi lebih baik (Lestari, Y dkk., 2007). Kotoran kambing sebagai pupuk organik dapat meningkatkan unsur hara tanah karena kandungan unsur makronya yang tinggi daripada kompos kotoran sapi maupun hewan lainnya (Arisha et al,2003 dalam Mardiana 2011). Kotoran kambing kering mempunyai kemampuan dalam membantu pertumbuhan tanaman dengan maksimal. Sebuah formula antara kapur dolomit dan kompos kotoran kambing ini diharapkan dapat membantu pertumbuhan tanaman cabai rawit dengan maksimal II. METODE Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola factorial, yang terdiri dari dua faktor perlakuan. faktor pertama adalah kapur dolomit (c) yang terdiri dari 4 taraf yaitu c0 (0 g), c1 (1,90 g), c2 (3,80 g), c3 (7,60 g). Faktor kedua adalah kompos kotoran kambing (d) yang terdiri dari 4 taraf yaitu d0 (0 g), d1 (75 g), d2 (150 g) dan d3 (225 g), obyek penelitian terdiri dari 16 perlakuan tanaman cabe rawit (Capsicum frutescens) dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Waktu Penelitian ini berlangsung selama ± 3 bulan yaitu dari bulan Juli sampai bulan November 2016. Teknik analisis data menggunakan analisis variansi (Anova) faktorial. III. HASIL DAN KESIMPULAN A. Tinggi tanaman Data penelitian rata-rata tinggi tanaman cabai rawit (Capsicum frutencens L.) pada umur 60 HST dapat dilihat pada gambar 1. 3

Gambar 1. Diagram batang rata-rata tinggi tanaman cabai rawit (Capsicum frutencens L.) pada umur 60 HST dengan kombinasi perlakuan kapur dolomit c0 (0 g), c1 (1,90 g), c2 (3,80 g) c3 (7,60 g ) dan kompos kotoran kambing d0 (0 g), d1 (75 g), d2 ( 150 g), d3 (225 g). Berdasarkan Gambar 1 rata-rata tinggi tanaman cabai rawit dengan pemberian kombinasi kapur dolomit 0 g, 1,90 g, 3,80 g, 7,60 g dan kompos kotoran kambing 0 g, 75 g, 150 g, 225 g berturutturut dari perlakuan c0d0, c0d1, c0d2, cod3, c1d0, c1d1, c1d2, c1d3, c2d0, c2d1, c2d2, c2d3, c3d0, c3d1, c3d2, c3d3 adalah 23,33; 25,5; 32,33; 32,33; 25,66; 29,66; 27,5; 31,66; 28,83; 36,83; 32,66; 29; 33,5; 36,66; 27,16 dan 49,66 cm. Hasil ringkasan analisis variansi disajikan pada Tabel 1. 4

Tabel 1 Ringkasan analisis variansi tinggi tanaman. Sumber db JK MK F.Hit F.Tab variansi Ulangan 2 37,260 18,63 0,67 3,32 Perlakuan 15 1739,979 115,99 4,21 2,01 Kombinasi F1 3 404,562 134,854 4,89 2,92 Kapur Dolomit F2 3 378,437 126,145 4,58 2,92 Kompos Kotoran Kambing Interaksi 9 956,98 106,33 3,86 2,21 Galat 30 826,0002 27,53 - - Total 47 2603,2392 162,15 - - Berdasarkan Tabel 1 hasil perhitungan analisis variansi interaksi antara pemberian kapur dolomit dan kompos kotoran kambing diperoleh F. Hit (3,86) > F. Tab (2,21) menunjukkan adanya interaksi antara kedua perlakuan tersebut, hal tersebut berarti bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara kapur dolomit dan kompos kotoran kambing, sedangkan ringkasan uji BNT dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pengaruh interaksi pemberian kapur dolomit dan kompos kotoran kambing terhadap tinggi tanaman (cm). Kapur Kompos Kotoran Kambing Dolomit d0 (0 g) d1 (75 g) d2 (150 g) d3 (225 g) c0 (0 g) 23,33 no 25,5 mn 32,33 ef 32,33 ef c1 (1,90 g) 25,66 lm 29,66 gh 27,5 jk 31,66 fg c2 (3,80 g) 28,83 ij 36,83 b 32,66 de 29 hi c3 (7,60 g) 33,5 cd 36,66 bc 27,16 kl 49,66 a BNT 5 % 8,74 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap uji BNT 5%. Berdasarkan Tabel 2. diketahui, bahwa pemberian kapur dolomit dengan dosis 7,60 g dengan kompos kotoran kambing 225 g (c3d3) dan pemberian 5

kapur dolomit 3,80 g dengan kompos kotoran kambing 75 g (c2d1) memberikan hasil tinggi tanaman tertinggi. Sedangkan pemberian kapur dolomit 1,90 g yang di kombinasikan dengan kompos kotoran kambing 0 g (c1d0) dan pemberian kapur dolomit 0 g yang di kombinasikan dengan kompos kotoran kambing 75 g (c0d1) memberikan hasil tinggi tanaman terendah. Meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 60 HST erat kaitannya dengan kandungan unsur hara yang terdapat pada interaksi tersebut hal ini karena dosis pada perlakuan tersebut merupakan dosis yang paling besar. Pada perlakuan 1,90 g yang di kombinasikan dengan kompos kotoran kambing 0 g (c1d0) dan pemberian kapur dolomit 0 g yang di kombinasikan dengan kompos kotoran kambing 75 g (c0d1) tidak berdampak pada tinggi tanaman karena kandungan unsur hara yang rendah. Hal ini didukung oleh Lingga (2008 dalam Saukani, 2015) yang menyatakan bahwa N, P dan K dimanfaatkan tanaman untuk Pemberian kapur dolomit (CaMg(CO3)2) sebagai bahan penyedia kalsium (Ca 2+ ) dan magnesium (Mg 2+ ) penting dalam mempercepat pembelahan sel-sel meristem, membantu pengembalian nitrat dan mengatur enzim, berpengaruh baik terhadap pertumbuhan Sutarto et al (1985 dalam Wijaya, 2011). Jacobs (1986 dalam Mathius, 1994) mengemukakan bahwa kandungan hara pada kotoran kambing mengandung lebih sedikit air sehingga dalam proses dekomposiasi sangat mudah dan dapat meningkatkan jumlah humus tanah sehingga pertumbuhan dapat optimal. pembentukan organ-organ vegetatif terutama batang, daun dan akar sehingga apabila tanaman kekurangan unsur-unsur tersebut pertumbuhannya tidak optimal. B. Jumlah Daun Data penelitian jumlah daun cabai rawit (Capsicum frutencens L.) pada umur 60 HST. Rata-rata jumlah daun disajikan pada Gambar 2. 65

c0d0 c0d1 c0d2 c0d3 c1d0 c1d1 c1d2 c1d3 c2d0 c2d1 c2d2 c2d3 c3d0 c3d1 c3d2 c3d2 Jumlah Daun (Helai) Artikel Skripsi 25 20 15 10 5 0 15.66 16.66 10 12.33 14.3313 14.66 1112.33 22 16 12.66 14.66 12.33 1315.33 Perlakuan Gambar 2 Diagram batang rata-rata jumlah daun tanaman cabai rawit (Capsicum frutencens L.) pada umur 60 HST dengan kombinasi perlakuan kapur dolomit c0 (0 g), c1 (1,90 g), c2 (3,80 g) c3 (7,60 g ) dan kompos kotoran kambing d0 (0 g), d1 (75 g), d2 ( 150 g), d3 (225 g). Berdasarkan Gambar 2 rata-rata jumlah daun cabai rawit dengan pemberian kombinasi kapur dolomit 0 g, 1,90 g, 3,80 g, 7,60 g dan kompos kotoran kambing 0 g, 75 g, 150 g, 225 g berturut-turut dari perlakuan c0d0, c0d1, c0d2, cod3, c1d0, c1d1, c1d2, c1d3, c2d0, c2d1, c2d2, c2d3, c3d0, c3d1, c3d2, c3d3 adalah 10; 12,33; 15,66; 14,33; 13; 16,66; 11; 12,33; 14,66; 22; 16; 12,66; 14,66; 12,33; 13 dan 15,33 helai. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis variansi, sedangkan hasil ringkasan analisis variansi disajikan pada Tabel 3. 67

Tabel 3 Ringkasan analisis variansi jumlah daun. Sumber Db JK MK F.Hit F.Tab variansi Ulangan 2 6,5 3,25 0,37 3,32 Perlakuan 15 352,583 23,505 2,68 2,01 Kombinasi F1 3 51,08 17,026 1,94 2,92 Kapur Dolomit F2 3 81,75 27,25 3,11 2,92 Kompos Kotoran Kambing Interaksi 9 219,753 24,417 2,79 2,21 Galat 30 262,667 8,20 - - Total 47 621,75 35,505 - - Berdasarkan Tabel 3 hasil perhitungan analisis variansi interaksi antara pemberian kapur dolomit dan kompos kotoran kambing diperoleh F. Hit (2,79) > F. Tab (2,21) menunjukkan adanya interaksi antara kedua perlakuan tersebut, hal tersebut berarti bahwa jumlah daun dipengaruhi oleh interaksi antara kapur dolomit dan kompos kotoran kambing, ringkasan uji BNT dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengaruh interaksi pemberian kapur dolomit dan kompos kotoran kambing terhadap jumlah daun (helai). Kapur Kompos Kotoran Kambing Dolomit d0 (0 g) d1 (75 g) d2 (150 g) d3 (225 g) c0 (0 g) 10 lm 12,33 jk 15,66 cd 14,33 fg c1 (1,90 g) 13,0 gh 16,66 b 11,0 kl 12,33 jk c2 (3,80 g) 14,66 ef 22,0 a 16,0 bc 12,66 hi c3 (7,60 g) 14,66 ef 12,33 jk 13,0 gh 15,33 de BNT 5% 4,92 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap uji BNT 5%. 58

Berdasarkan Tabel 4. diketahui, bahwa pemberian kapur dolomit dengan dosis 3,80 g dengan kompos kotoran kambing 75 g dan kapur dolomit 1,90 g dengan kompos kotoran kambing 75 g memberikan hasil jumlah daun terbanyak. Sedangkan perlakuan pemberian kapur dolomit 1,90 g dan kompos kotoran kambing 150 g memberikan hasil jumlah daun paling sedikit yakni 11 helai. Interaksi antara kapur dolomit dan kompos kotoran kambing pada pemberian perlakuan dengan dosis yang besar tidak menunjukkan hasil yang signifikan pada parameter jumlah daun, karena rata-rata jumlah daun yang paling banyak pada umur 60 HST dihasilkan dari perlakuan interaksi pemberian kapur dolomit 3,80 g/ polybag dengan kompos kotoran kambing 75 g/polybag (c2d1) yaitu 22 helai, hal ini disebabkan karena jumlah daun pada perlakuan tersebut daunnya tidak mengalami kerusakan. Selain itu kandungan kapur dolomit (CaMg(CO3)2) sebagai bahan penyedia kalsium (Ca 2+ ) dan magnesium (Mg 2+ ) cukup tinggi sehingga mempercepat pembelahan sel-sel meristem Sutarto et al (1985 dalam Wijaya, 2011) dan ketersedian kompos kotoran kambing yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan yang maksimal (Mardiana, 2011). Perlakuan dengan pemberian kapur dolomit dengan dosis 7,60 g dengan kompos kotoran kambing 225 g (c3d3) walaupun perlakuan tersebut merupakan perlakuan dengan dosis tinggi dan hasil parameter tinggi tanamannya tertinggi tetapi jumlah daunnya banyak mengalami kerusakan sekalipun jumlah daunnya juga banyak, ini disebabkan karena faktor eksternal yaitu daunnya terkena penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici penyakit tersebut dapat terjadi karena hujan ringan yang terus menerus, serangan meningkat pada peralihan musim. Hal ini sejalan dengan Duriat dkk (2007) bercak daun Cercospora capsici terjadi jika intensitas hujan tinggi, daun yang mengalami bercak daun berbentuk oblong (bulat) sirkuler dimana bagian tengahnya mengering berwarna abu-abu tua dan warna coklat dibagian pinggirannya. Sedangkan perlakuan pemberian kapur dolomit 1,90 g dan kompos kotoran kambing 150 g memberikan hasil jumlah daun paling sedikit. Hal ini karena kandungan unsur hara Ca 2+, Mg 2+ dan N, P, dan K yang rendah. Hal ini didukung oleh Lingga (2008 dalam Saukani, 2015) yang menyatakan bahwa N, P dan K dimanfaatkan tanaman untuk pembentukan organ-organ vegetatif tanaman kekurangan 96

unsur-unsur tersebut sehingga pertumbuhannya tidak optimal. Berdasarkan hasil penelitian terdapat interaksi antara pemberian kapur dolomit dan kompos kotoran kambing terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L). Hasil tertinggi untuk parameter tinggi tanaman umur 60 HST yakni 49,66 cm yang dihasilkan pada perlakuan interaksi pemberian kapur dolomit 7,60 g/polybag dengan kompos kotoran kambing 225 g/polybag (c3d3) merupakan dosis yang paling besar. Hasil tertinggi parameter jumlah daun umur 60 HST yakni 22 helai yang dihasilkan oleh perlakuan interaksi pemberian kapur dolomit 3,80 g/ polybag dengan kompos kotoran kambing 75 g/polybag (c2d1). Sebagai Pupuk Organik. Depok:Universitas Indonesia. Mathius, I. 1994. Potensi dan Pemanfaatan Pupuk Organik Asal Kotoran Kambing-Domba. Bogor:Balai Penelitian Ternak. Saukani, A. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kapur Dolomit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis Bunga ( Brassica oleracea var botrytis L.) pada Tanah Gambut Pedalaman. Palangkaraya:Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Wijaya, A. 2011. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Kapur terhadap Pertumbuhan dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogeae, L.). Bogor: Institut Pertanian Bogor. IV. DAFTAR PUSTAKA Duriat, A., Gunaeni, N. & Wulandari, A. 2007. Penyakit Penting Tanaman Cabai dan Pengendaliannya. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lestari, Y., Noor, M., Pangaribuan, E. 2007. Pemberian Dolomit dan Unsur Cu, Zn pada Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Lahan Gambut. Banjarbaru: Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Mardiana, A. 2011. Karakteristik Pelet Kompos Berbasis Kotoran Kambing Hasil Biofiltrasi 10 11