BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dikatakan kuasi eksperimen karena subjek penelitian tidak diacak sepenuhnya.

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi-experimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian ini bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kaliurang Km 17 Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (experiment research).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini

BAB III BAB III METODOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (Quasi Experiment). Menurut Syaodih (2011:59), bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment atau Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN. KH. Ahmad Dahlan 130, Kota Yogyakarta. Adapun mengenai pelaksanaan. Sabtu, 28 November 2015 tahun ajaran 2015/2016.

BAB III METODE PENELITIAN. experiment. Penelitian quasy experiment memiliki variabel kontrol, tetapi

Kelas Eksperimen : O X O

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar

Keterangan: O : Pretes, Postes X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2013: 77) jenis

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. desain pretest-posttest control group design. Didalam desain ini, kontrol atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk penelitian, sehingga peneliti harus menerima apa adanya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Penelitian. kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menyelidiki pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Pre-Experimental Design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan judul penelitian yaitu Perbedaan Metode Inquiry dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

(Sumber: Fraenkel dan Wallen, 2007)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian menurut Sugiyono (2012: 3) adalah cara ilmiah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis quasi eksperiment.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Matlaul Anwar Padangcermin.

III. METODE PENELITIAN. Pringsewu yang terdiri dari enam kelas, yaitu VIII-1 sampai VIII-6 dengan ratarata

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu model pembelajaran

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi experiment mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam penelitian di sekolah, sering tidak memungkinkan untuk menentukan kelompok kontrol sesuai dengan kaidah dalam penelitian eksperimen. Hal ini dikarenakan siswa telah dikelompokkan kedalam kelas-kelas. Oleh karena itu, quasi experiment digunakan apabila sulit mendapatkan kelompok kontrol. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Yogyakarta yang beralamat di Jalan RW Monginsidi 1 Yogyakarta, Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Pengambilan data dilaksanakan pada tahun ajaran 2016/2017 semester genap, yaitu pada tanggal 5 sampai 26 Januari 2017. Jadwal pelaksanaan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A halaman 99. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 7 kelas, yaitu 34

kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, dan VIII G. Masing-masing kelas terdiri dari 34 siswa. 2. Sampel Penelitian Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak karena setiap kelas mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Pengambilan dua kelas dilakukan secara acak dengan mengundi tujuh kelas di SMP Negeri 6 Yogyakarta yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, dan VIII G. Dari hasil undian diperoleh kelas VIII E dan kelas VIII F sebagai sampel penelitian. Selanjutnya dilakukan undian lagi untuk menentukan kelas mana yang menjadi kelas eksperimen dan kelas mana yang menjadi kelas kontrol. Dari undian diperoleh kelas VIII E sebagai kelas kontrol dan kelas VIII F sebagai kelas eksperimen. D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu strategi metakognitif dan strategi ekspositori. Strategi metakognitif diterapkan di kelas eksperimen, sedangkan strategi ekspositori diterapkan di kelas kontrol. 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest pada kedua kelas. 35

Variabel yang dikontrol dalam penelitian ini meliputi guru yang mengajar, materi pelajaran, dan jumlah jam pelajaran. Pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan oleh guru yang sama yaitu peneliti, materi pelajaran yang sama yaitu lingkaran, dan jumlah jam pelajaran yang sama yaitu 16 jam pelajaran. E. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilahistilah pada variabel penelitian, perlu dikembangkan definisi operasional variabel sebagai berikut. 1. Strategi Metakognitif Pembelajaran dengan strategi metakognitif pada penelitian ini didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran yang mengacu pada pengetahuan, ketrampilan, dan kesadaran terhadap kognitif seseorang sehingga dapat membantu orang tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Strategi metakognitif meliputi aktivitas merencanakan (planning), memantau (monitoring), dan mengevaluasi hasil belajar yang telah dilakukan (evaluating). 2. Strategi Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, dengan guru merupakan sumber informasi utama bagi siswa. Strategi ekspositori mencakup langkah-langkah sebagai berikut. (1) pembukaan, dengan menyampaikan tujuan, motivasi, dan apersepsi, (2) isi, ceramah materi pelajaran/rumus, memberikan contoh soal dan latihan soal, serta (3) penutup, ditutup dengan kesimpulan dan PR (Pekerjaan Rumah) atau kuis. 36

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kemampuan pemecahan masalah matematika didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan matematika yang diberikan oleh guru. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana, serta menginterpretasikan jawaban ke masalah semula. Indikator dari setiap aspek tersebut disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika No. Aspek yang diukur Indikator 1. Memahami masalah 1.1.Siswa dapat menuliskan informasi yang diketahui pada soal. 1.2.Siswa dapat menuliskan masalah yang perlu diselesaikan. 1.3.Siswa dapat membuat ilustrasi untuk menggambarkan situasi soal jika diperlukan. 2. Merencanakan penyelesaian masalah 3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana 4. Menginterpretasikan jawaban ke masalah semula 2.1.Siswa dapat merepresentasikan informasi yang terdapat pada soal ke dalam notasi matematika. 2.2.Siswa dapat menyusun langkah-langkah atau strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. 3.1.Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan rumus atau langkah-langkah yang sesuai dengan rencana penyelesaian. 3.2.Siswa dapat melakukan perhitungan sesuai rencana penyelesaian dengan benar. 4.1.Siswa dapat menjelaskan hasil yang diperoleh dari perhitungan ke permasalahan semula dengan kalimat yang benar. 37

F. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Pada desain penelitian ini terdapat dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random, kemudian kedua kelompok ini diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal, setelah itu diberikan perlakuan/treatment dan dilanjutkan dengan posttest untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Desain penelitian pretest-posttest control group design diilustrasikan sebagai berikut. Tabel 2. Desain Penelitian pretest-posttest control group design Group Pretest Treatment Posttest E O 1 X M O 2 K O 3 X K O 4 Keterangan: E = kelas eksperimen K = kelas kontrol O 1 = pretest kelas eksperimen O 3 = pretest kelas kontrol X M = pembelajaran dengan strategi metakognitif X K = pembelajaran dengan strategi ekspositori O 2 = posttest kelas eksperimen = posttest kelas kontrol O 4 G. Perangkat Pembelajaran Untuk memperlancar proses pembelajaran, maka perlu disusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Sebelum perangkat pembelajaran ini digunakan untuk penelitian, perangkat pembelajaran dikonsultasikan pada dosen pembimbing, perangkat pembelajaran juga divalidasi dan direvisi sesuai saran. 38

Berikut penjelasan mengenai perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol. 1. Perangkat Pembelajaran Kelas Eksperimen Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kelas eksperimen berupa RPP dan LKS. RPP merupakan pedoman dan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan di dalam kelas pada setiap pertemuan. RPP yang digunakan dalam kelas eksperimen sesuai dengan langkah-langkah dalam strategi metakognitif yaitu meliputi kegiatan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. RPP kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran B.1. halaman 102. Pada setiap pertemuan, pembelajaran dilaksanakan dengan media LKS. LKS disusun untuk memfasilitasi siswa dalam memahami materi dengan menggunakan strategi metakognitif, sehingga pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi bermakna. LKS berisi tentang petunjuk penggunaan LKS, indikator pencapaian tujuan pembelajaran, informasi keterkaitan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dimiliki, maupun kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan oleh siswa. Pada setiap kegiatan tersebut, terdapat perintah untuk memeriksa kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dan melakukan perbaikan jika terdapat kesalahan.selain itu, dalam LKS juga terdapat pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa untuk melakukan penilaian terhadap apa yang telah dikerjakan. LKS dapat dilihat pada lampiran B.3. halaman 166. 39

2. Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kelas kontrol hanyalah RPP, artinya tidak menggunakan media LKS. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas kontrol menggunakan strategi ekspositori dimana guru tidak terbiasa menggunakan LKS dalam proses pembelajarannya. Penyusunan RPP untuk kelas kontrol disesuaikan dengan langkah-langkah pada strategi ekspositori. RPP memberikan pedoman bagi guru dalam memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi, menjelaskan materi pelajaran, memberikan contohcontoh sehubungan dengan materi pelajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa dengan tujuan untukmengetahui sampai manakah materi pelajaran telah dikuasai, memberikan soal latihan, serta membuat simpulan. RPP kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran B.2. halaman 136. H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen data kuantitatif berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis, sedangkan instrumen data kualitatif berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan tentang instrumen penelitian secara rinci. 1. Instrumen data kuantitatif Instrumen data kuantitatif berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Terdapat dua jenis tes 40

yang digunakan dalam penelitian yaitu pretest dan posttest.pretest dan posttest dilakukan di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa terhadap pemecahan masalah matematis sebelum pelaksanaan pembelajaran, sedangkan posttest digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Penyusunan instrumen didasarkan pada indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Soal pretest dan posttest dalam penelitian ini berupa soal uraian yang terdiri dari 5 butir soal. Hal ini bertujuan agar penulis dapat mengetahui proses pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah mempunyai komponen-komponen kemampuan pemecahan masalah atau belum. Soal yang digunakan dalam pretest dan posttest dibuat setipe dengan tingkat kesulitan yang sama. Sebelum instrumen ini digunakan untuk pengambilan data, instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan divalidasi oleh dosen ahli. Kisi-kisi dan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematika dapat dilihat pada lampiran C halaman 223. 2. Instrumen data kualitatif Instrumen data kualitatif berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Pada penelitian ini disusun dua macam lembar observasi, yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan strategi metakognitif dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan strategi ekspositori. Lembar observasi disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran untuk kelas 41

eksperimen dan kelas kontrol. Lembar observasi ini akan digunakan dengan cara observasi langsung oleh satu observer pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran akan diamati apakah telah sesuai dengan aspek-aspek yang diharapkan. Kriteria untuk mengisi lembar observasi adalah dengan memberi tanda centang pada kolom Ya jika aspek yang diamati terlaksana dan memberi tanda centang pada kolom Tidak jika aspek yang diamati tidak terlaksana. Selain lembar observasi, peneliti juga menyiapkan alat bantu observasi berupa lembar catatan lapangan untuk mencatat hal-hal tambahan yang tidak termuat dalam lembar observasi. Hasil catatan lapangan ini digunakan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan bagi peneliti dalam melaksanakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. I. Validitas Instrumen Sebelum instrumen digunakan untuk pengambilan data, maka perlu dilakukan validasi terhadap instrumen tersebut. Sugiyono (2011:121) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Jika instrumen dikatakan tidak valid, maka instrumen harus diperbaiki hingga instrumen tersebut dapat dikatakan valid dan layak untuk digunakan dalam pengambilan data. Validitas instrumen yang digunakan terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur (Sukardi, 2011:123). Validitas isi pada umumnya 42

ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Proses validasi diawali dengan pengamatan instrumen oleh para ahli, kemudian para ahli mengoreksi semua item-item pada instrumen sesuai atau tidak dengan kisi-kisi instrumen, dan selanjutnya instrumen direvisi berdasarkan masukan para ahli. Setelah memeriksa hasil revisi dan mengevaluasi secara sistematis, para ahli memberikan penilaian apakah instrumen layak digunakan atau tidak. Kriteria penilaian instrumen ada tiga yaitu instrumen layak digunakan tanpa revisi, layak digunakan dengan revisi, atau tidak layak digunakan. Instrumen pada penelitian ini divalidasi oleh dua dosen ahli Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Instrumen yang divalidasi oleh para ahli berupa instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, RPP, dan LKS. Hasil keterangan validasi oleh dosen ahli dapat dilihat selengkapnya pada lampiran F halaman 306. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan validitas konstruk terhadap butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diberikan. Validitas konstruk adalah validitas yang mengukur sejauh mana itemitem tes mampu mengukur apa yang benar-benar ingin diukur sesuai dengan konsep dan definisi konseptual yang telah ditetapkan. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Sugiyono (2010:212) sebagai berikut. 43

Keterangan: N X Y : koefisien korelasi : jumlah subjek : skor item : skor total Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan dengan pada taraf signifikansi 5%. Jika maka soal valid, sedangkan jika maka soal tidak valid. Hasil perhitungan uji validitas konstruk dari soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada lampiran E.1. halaman 298. J. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan strategi metakognitif, yang pertama akan diuji efektivitas strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan yang kedua akan diuji apakah terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Untuk menguji dua hal tersebut, dilakukan analisis data pada nilai pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji asumsi analisis, uji perbedaan kemampuan awal, dan uji hipotesis. Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang memberikan informasi hanya mengenai data yang diamati dan tidak bertujuan untuk membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Untuk membuat kesimpulan yang 44

berlaku secara umum digunakan uji hipotesis, namun sebelumnya dilakukan uji asumsi analisis dan uji perbedaan kemampuan awal terlebih dahulu. Uji asumsi analisis digunakan terhadap pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan uji perbedaan kemampuan awal digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kemampuan awal kelas eksperimen dengan kemampuan awal kelas kontrol. Uji perbedaan kemampuan awal tersebut dilakukan dengan menggunakan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji perbedaan kemampuan awal tersebut akan menentukan uji hipotesis yang akan digunakan. Berikut ini dijelaskan mengenai analisis deskriptif, uji asumsi analisis, uji perbedaan kemampuan awal, dan uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini. 1. Analisis Deskriptif Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dan data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang terdiri dari data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uraiannya adalah sebagai berikut. a. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil observasi akan dianalisis dengan skor 1 untuk pilihan jawaban ya dan skor 0 untuk pilihan jawaban tidak. Cara menghitung persentase skornya adalah sebagai berikut. 45

Data hasil perhitungan kemudian dikualifikasikan sendiri oleh peneliti dengan ketentuan seperti pada tabel berikut. Tabel 3. Kualifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran No. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Kualifikasi 1. 80% P 100% Sangat Baik 2. 60% P< 80% Baik 3. 40% P< 60% Cukup 4. 20% P< 40% Rendah 5. 0% P< 20% Sangat Rendah b. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Data pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis dideskripsikan dengan menggunakan teknik statistik. Teknik statistik yang digunakan meliputi rata-rata, variansi, simpangan baku, nilai tertinggi, dan nilai terendah. 2. Uji Asumsi Analisis Uji analisis asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut penjelasannya secara lengkap. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut. 46

Dengan kriteria keputusan ditolak jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kesamaan variansi atau tidak. Uji ini dilakukan pada nilai pretest dan posttest menggunakan Uji Levene Test dengan taraf signifikansi α = 0,05. Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS 16. Perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut. (data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama) (data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang berbeda) Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. pada tabel Test of Homogeneity of variances kurang dari α = 0,05. 3. Uji Perbedaan Kemampuan Awal Sebelum melanjutkan ke uji hipotesis, perlu dilakukan uji perbedaan kemampuan nilai awal. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kemampuan nilai awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji perbedaan kemampuan awal tersebut dilakukan dengan menggunakan rata-rata 47

nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan α = 0,05. Hasil uji perbedaan kemampuan awal tersebut akan menentukan uji hipotesis yang digunakan. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian kemampuan nilai awal adalah sebagai berikut. (tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol) (terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol) Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05. 4. Uji Hipotesis Berdasarkan hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh dua kemungkinan yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol atau terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut penjelasan uji hipotesis yang akan digunakan berdasarkan dua kemungkinan tersebut. a. Tidak Terdapat Perbedaan Kemampuan Awal Apabila dari hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan nilai posttest dari kedua kelas tersebut. Berikut penjelasan tentang uji hipotesis yang akan dilakukan. 48

1) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1 Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen minimal mencapai 78. Suharsimi Arikunto (1997:251) menyatakan bahwa nilai pada rentang 66-79 termasuk dalam kategori baik. Pemilihan kriteria minimal juga didasarkan pada KKM di SMP Negeri 6 Yogyakarta yaitu 78. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. (strategi metakognitif tidak efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa) (strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa) Keterangan: : rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif (kelas eksperimen). Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji one sample t-test dengan taraf signifikansi α = 0,05 menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0. Kriteria keputusan yang diambil adalah ditolak jika nilai Sig. kurang dari α = 0,05. 2) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2 Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori, perlu dilakukan pengujian terhadap rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan 49

menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan α = 0,05. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. (tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol) (terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol) Keterangan: : rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif (kelas eksperimen). : rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori (kelas kontrol). Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05. 3) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3 Strategi metakognitif dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika mencakup dua hal berikut. a) Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Untuk mengetahui efektivitas strategi metakognitif ini dapat melihat hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang pertama. b) Terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. 50

Kesimpulan tentang perbedaan ini dapat dilihat pada hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang kedua. Jika terdapat perbedaan yang signifikan, maka perlu ditunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Strategi metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori, apabila rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai posttest kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan α = 0,05. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. (pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori) (pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori) Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05. 51

b. Terdapat Perbedaan Kemampuan Awal Apabila dari hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan data skor gain. Rumus indeks gain menurut Hake (1999:1) adalah sebagai berikut. Keterangan: = Skor posttest = Skor pretest = Skor maksimal Hasil perhitungan skor gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi skor gain (Hake, 1999:1) seperti pada tabel berikut. Skor Gain Tabel 4. Klasifikasi Gain Klasifikasi Tinggi Sedang Rendah 1) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1 Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika skor gain lebih dari atau sama dengan 0,7. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. (strategi metakognitif tidak efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa) (strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa) 52

Menurut Sugiyono (2010:96), pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan rumus statistika berikut. Keterangan: = rata-rata skor gain kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas eksperimen = variansi skor gain kelas eksperimen = nilai yang dihipotesiskan, yaitu 0,69 Dengan derajat bebas dan α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah ditolak jika 2) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2 Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori, perlu dilakukan pengujian terhadap rata-rata skor gainkelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. (tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol) (terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol) Keterangan: : rata-rata skor gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif (kelas eksperimen). 53

: rata-rata skor gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori (kelas kontrol). Menurut Walpole (1992:305), pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan rumus statistika berikut. dengan dan Keterangan: = rata-rata skor gain kelas eksperimen = rata-rata skor gain kelas kontrol = banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol = variansi skor gain kelas ekperimen = variansi skor gain kelas kontrol = simpangan baku gabungan Kriteria keputusannya adalah ditolak jika. 3) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3 Strategi metakognitif dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika mencakup dua hal berikut. a) Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Untuk mengetahui efektivitas strategi metakognitif ini dapat melihat hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang pertama. b) Terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Kesimpulan tentang perbedaan ini dapat dilihat pada hasil pengujian hipotesis pada rumusan masalah yang kedua. Jika terdapat perbedaan yang 54

signifikan, maka perlu ditunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Strategi metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi ekspositori, apabila rata-rata skor gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor gain kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. (pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori) (pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori) Menurut Walpole (1992:305), pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan rumus statistika berikut. dengan dan Keterangan: = rata-rata skor gain kelas eksperimen = rata-rata skor gain kelas kontrol = banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol = variansi skor gain kelas ekperimen = variansi skor gain kelas kontrol = simpangan baku gabungan Kriteria keputusannya adalah ditolak jika. 55

K. Jadwal Penelitian Tabel 5. Jadwal Penelitian No. Kegiatan Waktu 1. Penyusunan proposal September Oktober 2016 2. Penyusunan instrumen November Desember 2016 3. Pengambilan data Januari 2017 4. Analisis data Februari 2017 5. Penyusunan laporan Maret April 2017 56