WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN USAHA TEMPAT MAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri : C

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, TEMPAT MAKAN DAN JASA BOGA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, TEMPAT MAKAN DAN JASA BOGA

PEMERINTAH KOTA PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, BAR DAN JASA BOGA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA HOTEL DAN PENGINAPAN

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA IMPRESARIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONVENSI, PERJALANAN INSENTIF DAN PAMERAN

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG USAHA BAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG USAHA PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 2 TAHUN 2002 (2/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA HOTEL DAN PENGINAPAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR..TAHUN TENTANG TATA KELOLA HOTEL, PENGINAPAN DAN KOS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 7 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN HOTEL, PENGINAPAN ATAU WISMA DAN PONDOK WISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI USAHA RUMAH MAKAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1996 TENTANG USAHA RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

WALIKOTA PALANGKA RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

TENTANG. a. bahwa untuk mendukung sektor pariwisata diperlukan usaha*usaha. 3. Undang-Undang Nomor g Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

WALIKOTA PANGKALPINANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN BERBAHAYA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PEMBERIAN IZIN UNDIAN (PROMOSI PRODUK BARANG/JASA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGGILINGAN PADI, HULLER DAN PENYOSOHAN BERAS

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM RETRIBUSI IZIN USAHA PERINDUSTRIAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA RUMAH MAKAN / RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kota Yogyakarta)

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG USAHA BAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

WALIKOTA PANGKALPINANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2009

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEI,OLA HOTEL, PENGINAPAN, DAN RUMAH KOS

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Transkripsi:

~ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN USAHA TEMPAT MAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM 87/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman, kegiatan usaha tempat makan termasuk kedalam golongan usaha di bidang kepariwisataan dan wajib mendapatkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata. b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan penetapan tanda daftar usaha pariwisata di kabupaten/kota menjadi wewenang Daerah Kota/Kabupaten; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkanperaturan Daerah tentang Perizinan Usaha Tempat Makan; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); fs, 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 9. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 12 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Kota Banjarmasin Tahun 2008 Nomor 12); >-s lo.peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 28, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 23), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 25 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 16); 11. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 27 Tahun 2012 tentang Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPPNS) Dilingkungan Pemerintah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 2012 Nomor 27); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARMASIN dan WALIKOTA BANJARMASIN MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERIZINAN USAHA TEMPAT MAKAN

BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kota Banjarmasin. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Banjarmasin. 3. Walikota adalah Walikota Banjarmasin. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Kota Banjarmasin yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang pemakaman di daerah. 5. Tempat Makan adalah usaha pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang semi permanen/tidak permanen, yang bersifat menetap dan menurut ketentuan yang berlaku termasuk dalam golongan usaha tempat makan. 6. Pengusaha Pariwisata yang selanjutnya disebut dengan pengusaha adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha r-\ pariwisata bidang usahajasa makanan dan minuman. 7. Restoran adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajian, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah. 8. Rumah makan adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses penyimpanan dan penyajian, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindahpindah. 9. Bar/rumah minum adalah usaha penyediaan minuman beralkohol dan nonalkohol dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah. 10. Kafe adalah penyediaan makanan ringan dan minuman ringan dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang f. tidak berpindah-pindah. 11. Jasa boga adalah usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penyajian, untuk disajikan di lokasi yang diinginkan oleh pemesan. 12. Daftar Usaha Pariwisata adalah daftar usaha pariwisata bidang usaha jasa makanan dan mmuman yang berisi hal-hal yang menurut Peraturan Daerah ini wajib didaftarkan oleh setiap pengusaha. 13. Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan adalah sanitasi dan kesehatan yang mencakup perorangan, makanan dan minuman serta lingkungan. BABD RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi seluruh jenis usaha dalam bidang usahajasa makanan dan minuman. (2) Usaha Tempat Makan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. restoran; b. rumah makan; c. bar/rumah minum;

d. kafe; e. pusatjajanan makanan; dan f. jasa boga; BAB III BENTUK USAHA Pasal 3 (1) Usaha tempat makan adalah Pelayanan yang disediakan yang meliputi penjualan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pembeli baik dikonsumsi ditempat makan atau ditempat lain. (2) Usaha tempat makan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa usaha perseorangan atau berbentuk badan usaha Indonesia berbadan hukum atau tidak berbadan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. r*s BABIV - TEMPAT MAKAN Bagian Pertama Pengusahaan Pasal 4 n (1) Usaha tempat makan meliputi penyediaan jasa pelayanan makan dan minum kepada tamu sebagai usaha pokok serta dapat menyelenggarakan hiburan atau kesenian didalam bangunan atau diluar bangunan sebagai usaha penunjang yang tidak terpisah dari usaha pokoknya. (2) Penyelenggaraan hiburan kesenian atau kegiatan lainnya sebagaimana dimaksud pada Ayat (l),wajibberpedoman pada ketentuan peraturan Perundang-Undangan. Bagian Kedua Daftar Usaha Pariwisata Pasal 5 Untuk mengusahakan Rumah Makan harus memiliki Daftar Usaha Pariwisata yang diberikan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 (1) Pendaftaran usaha pariwisata dilakukan terhadap: a. restoran, rumah makan, bar/rumah minum, kafe, atau pusat makanan pada setiap lokasi; atau b. setiap kantorjasa boga. (2) Pendaftaran usaha pariwisata dilakukan oleh pengusaha. (3) Pengusaha perseorangan yang tergolong usaha mikro atau kecil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibebaskan dari keharusan untuk melakukan pendaftaran usaha pariwisata.

(4) Pengusaha perseorangan yang tergolong usaha mikro atau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mendaftarkan usaha pariwisatanya berdasarkan keinginan sendiri. Pasal 7 (1) Permohonan pendaftaran usaha pariwisata diajukan secara tertulis oleh pengusaha kepada Walikota atau SKPD yang ditunjuk. r*s w (2) Pengajuan permohonan pendaftaran usaha pariwisata disertai dengan dokumen: a. fotokopi akta pendirian badan usaha yang mencantumkan usaha jasa makanan dan minuman sebagai maksud dan tujuannya, beserta perubahannya apabila ada, untuk pengusaha yang berbentuk badan usaha, atau fotokopi kartu tanda penduduk untuk perseorangan; b. fotokopi izin teknis dan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. keterangan tertulis dari pengusaha tentang perkdraan kapasitas jasa makanan dan minuman yang dinyatakan dalam jumlah kursi untuk restoran, rumah makan, bar/rumah minum, kafe, dan pusat makanan. (3) Pengajuan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dengan memperlihatkan dokumen aslinya atau memperlihatkan fotokopi atau salinan yang telah dilegalisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Pengusaha wajib menjamm melalui pemyataan tertulis bahwa data dan dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) adalah absah, benar, dan sesuai dengan fakta. (5) Ketentuan lebih lanjut Pendaftaran Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. ^ Pasal 8 Penyediaan jasa lainnya di lingkungan Rumah Makan yang tidak menjadibagian dari Izin Usaha, wajib diselenggarakan atas dasar Izin Usaha sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 9 (1) Dikhususkan untuk usaha restoran, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Usaha restoran meliputi: 1. Restoran Bintang; dan 2. Restoran Non Bintang. b. Restoran Bintang sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1 memiliki penggolongan sebagai berikut: 1. Restoran Bintang 3; 2. Restoran Bintang 2; dan 3. Restoran Bintang 1. c. Restoran Non Bintang sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2 tidak memiliki penggolongan restoran.

d. Setiap usaha restoran wajib memiliki Sertifikat Usaha Restoran dan melaksanakan Sertifikasi Usaha Restoran. (2) Ketentuan penggolongan dan sertifikasi usaha restoran diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BagianKetiga Kewajiban Pasal 10 O (1) Pemilik tempat makan berkewajiban dan bertanggungjawab untuk : a. memberikan perlindungan kepada tamu; b. tidak menggunakan Usaha Jasa Tempat Makan untuk perjudian,penyalahgunaan Narkotika Psikotropika, zat aditif dan zatzat berbahaya lainnya, kegiatan yang melanggar kesusilaan, keamanan dan ketertiban umum; c. tidak menggunakan bahan pangan yang dilarang dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. mencatat, menyimpan barang-barang milik tamu yang tertinggal di lingkungan usaha dan mencatat nama yang menemukan, waktu dan tempat barang tersebut ditemukan serta menyimpan barang tamu tersebut sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) bulan, kecuali untuk usaha tempat makan; e. menjamin terpenuhinya kewajiban pungutan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku; g. menyampaikan laporan berkala kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Pemilik tempat makan berhak untuk mengambil tindakan terhadap tamu yang melanggar ketentuan dimaksud pada ayat (1) huruf b. ^ Pasal 11 (1) Dalam penyelenggaraan perlindungan kepada tamu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat(l) huruf a Peraturan Daerah ini, pemilik usaha bertanggungjawab atas : a. pencegahan penjualan dan peredaran minuman keras; b. pencegahan peredaran Narkotika Psikotropika dan zat aditif lainnya (NAPZA); c. pemekharaan kesehatan dan sanitasi lingkungan; d. kelaikan teknis alat perlengkapan untuk menjamin kepentingan dan keselamatan umum. (2) Dikecualikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, usaha bar/rumah minum dapat melakukan penjualan minuman keras sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (3) Persyaratan kesehatan dan sanitasi serta kelaikan teknis alat perlengkapan yang dimaksud padaayat (1) huruf c dan d harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12 Apabila waktu penyimpanan barang tamu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d ini melampaui 3 (tiga) bulan, maka pemilik tempat makan dapat melepaskan tanggungjawab atas barang yang ditemukan dan dapat menyerahkan kepada pihak yang berwajib. Pasal 13 (1) Laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf g Peraturan Daerah ini adalah laporan tahunan yang dikirimkan selambatlambatnya 2 (dua) bulan berikutnya dariakhir tahun takwim pelaporan. (2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 14 1^ (1) Pemilik tempat makan wajib memenuhi ketentuan yang ditetapkan untuk menyelenggarakan kegiatan keramaian dan/atau pertunjukan terbatas. (2) Ketentuan bagi penyelenggaraan sebagimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota. Pasal 15 Pemilik tempat makan menetapkan peraturan yang berlaku di tempat usaha, untuk diketahui tamu sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan di dalam Peraturan Daerah ini. BABV PERUBAHAN USAHA Pasal 16 ^ (1) Perubahan kepemilikan Tempat Makan wajib dilaporkan secara tertulis kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dan dilampiri dengan : a. salinan Akte peralihan hak; b. salinan Akte Pendirian Badan Usaha Pemilik yang baru. (2) dikecualikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) usaha yang dimiliki oleh perorangan. (3) Dalam hal terjadinya perubahan nama dan atau lokasi usaha tempat Makan, harus dilaporkan secara tertulis kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. (4) Untuk pemindahan atas kepemilikan, perubahan nama dan lokasi Tempat Makan wajib memperbaharui tanda daftar usaha pariwisata. Pasal 17 (1) Dalam hal pengusaha Tempat Makan akan melakukan perubahan fasilitas dan kapasitas usahanya harus sesuai dengan peraturan Perundang- Undangan yang berlaku dan wajib melaporkan kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan.

(2) Perubahan fasilitas dan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini yang mengakdbatkan perubahan golongan usaha, wajib memperbaharui tanda daftar usaha pariwisata. BAB VI PEMBEKUAN SEMENTARA DAN PEMBATALAN Pasal 18 (1) Tanda Daftar Usaha Pariwisata dibekukan sementarajika pengusaha: a. terkena sanksi pembatasan kegiatan usaha dan/atau pembekuan sementara kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau b. tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus-menerus dalam jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih. n (2) Tanda Daftar Usaha Pariwisata tidak berlaku untuk sementara apabila pendaftaran usaha pariwisata dibekukan sementara. (3) Pengusaha wajib menyerahkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada Walikota paling lambat dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah mengalami hal sebagaimana dimaksudpada ayat (1). Pasal 19 (1) Pengusaha dapat mengajukan permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata apabila telah: a. terbebas dari pembatasan kegiatan usaha dan/atau pembekuan sementara kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (l)hurufa; atau b. memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan kembali kegiatan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b. rs (2) Pengajuan permohonan pengaktifan kembali pendaftaran usaha pariwisatadisertai: a. dokumen yang membuktikan bahwa pengusaha telah terbebas dari sanksi pembatasan kegiatan usaha dan/atau pembekuan sementara kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a;atau b. surat pemyataan tertulis dari pengusaha yang menyatakan kesanggupannya untuk menyelenggarakan kembali kegiatan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b. (3) Pengusaha wajib menjamin bahwa dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah absah, benar, dan sesuaidengan fakta. Pasal 20 (1) Tanda Daftar Usaha Pariwisata dibatalkan jika pengusaha: a. terkena sanksi penghentian tetap kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus-menerus untuk jangka waktu 1 (satu) tahun atau lebih; atau c. membubarkan usahanya. (2) Tanda Daftar Usaha Pariwisata tidak berlaku lagi apabila dibatalkan.

(3) Pengusaha wajib mengembalikan Tanda Daftar Usaha kepada Walikota, paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah mengalami hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 21 Ketentuan lebih lanjut ketentuan pembekuan sementara dan pembatalan Tanda Daftar Usaha Pariwisata diatur dengan Peraturan Walikota. BABVn PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 22 ^ (1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian usaha dilakukan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dan dapat bekerjasama dengan Instansi lain yang terkait (2) Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dapat meminta laporan hal-hal yang dianggap perlu kepada pimpinan usaha. (3) Dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian usaha, sewaktuwaktu petugas dapat melakukan pemeriksaan ditempat usaha dan secara berkala melakukan penelitian terhadap persyaratannya. (4) Untuk memudahkan pengawasan maka Tanda Daftar Usaha Pariwisata dipasang di tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh umum. (5) Mekanisme pembinaan, pengawasan dan pengendalian usaha akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BABVHI PENYIDIKAN Pasal 23 r*s Penyidikan atas tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah. Pasal 24 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Peraturan Daerah ini berwenang : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa

identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e Pasal ini; h. mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidikpolri memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana, menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB IX KETENTUAN PIDANA r> Pasal 25 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 dan Pasal 10 Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. Pasal 26 Selain sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BABX KETENTUAN LAIN-LAIN ^ Pasal 27 (1) Perizinan bagi Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. (2) Dalam memelihara hubungan kerja, pimpinan usaha wajib memenuhi ketentuan di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan Perundang- Undangan yang berlaku. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 28 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka izin Usaha Tempat Makan, yang diperoleh berdasarkan peraturan Perundang-Undangan sebelum Peraturan Daerah ini diberlakukan dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa daftar ulang berikutnya. (2) Peraturan Daerah ini berlaku efektif setelah diterbitkannya Peraturan Walikota tentang Petunjuk dan Pelaksanaan Peraturan Daerah ini.

(3) Pengusaha restoran yang telah memiliki sertifikat penggolongan restoran sebelum berlakunya peraturan daerah ini, tetap dapat menggunakan sertifikat dimaksud untuk menyelenggarakan usaha restoran sampai dengan masa berlaku berakhir namun tidak lebih lama dari 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini. BABXD KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 33 Tahun 2004 tentang Izin Usaha Restoran, Rumah Makan, Tempat Makan Dan Jasa Boga (Lembaran Daerah Kota Banjarmasin Tahun 2004 Nomor 33) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 30 ^ Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah inidengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Banjarmasm pada tanggal 11 Agustus 2015 WALIKOTA BANJARMASIN, Diundangkan di Banjarmasin pada tanggal i3 Agustus 2015 UHIDIN ~ SEKRETARIS DAERAH KOTA BANJARMASIN, H.ZULFADLI GAZALI TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2015 NOMOR 3 NOREG PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN: (119/2M5)