Assalamu alaikum wr wb KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya kami telah dapat menyelesaikan buku yang berjudul Something Called Love. Buku ini adalah kumpulan dari beberapa cerita cinta yang kami susun sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah buku. Kami berharap buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca, karena di dalam buku ini terdapat nilainilai islami yang berkaitan dengan cinta. Cinta merupakan anugerah yang telah Allah SWT berikan kepada kita sebagai manusia. Mengutip cerita salah seorang teman, Cinta tidak dapat diucapkan dengan kata-kata, tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa apapun. Mencintai adalah memberi cinta sedangkan dicintai adalah diberi cinta, maka ketika kau mencintai seseorang, apa yang sebenarnya kau inginkan dari rasamu itu? Apakah balasan untuk dicintainya? Ataukah tanpa balasan apapun untuk cintamu itu? (Ari Nurahman). Saat ini banyak yang beranggapan kalau cinta mesti pacaran padahal pacaran itu terjalin bukan berlandaskan rasa cinta tapi nafsu. Rasa cinta lebih mulia daripada itu. Kalau memang belum mampu untuk mencintai dan dicintai lebih baik berpuasa cinta terlebih dahulu. Namun rasa cinta tidak hanya sebatas itu, seseorang berpuasa cinta dari yang belum menjadi haknya tetapi setiap orang memiiki hak cinta yang lain seperti cinta kepada Allah SWT sang Maha pemilik cinta,
ibu, ayah, saudara, sahabat, bahkan kepada binatang yang disenanginya. Buku ini kami buat untuk memenuhi program kerja organisasi kami yaitu Zahirul Ma'ala President University. Namun kami tidak menyangka bahwa niat kami membuat buku ini mendapatkan tanggapan yang baik dari teman-teman, baik teman di kampus President University maupun teman di luar kampus dan kami sangat bersyukur tidak sedikit teman yang antusias dan turut berpartisipasi dalam kegiatan kami ini. Kami juga berterimakasih kepada semua pihak-pihak yang membantu menyukseskan kegiatan ini terutama para penulis yang telah bersedia berbagi cerita, semoga cerita kalian bermanfaat dan bisa menginspirasi pembaca. Selanjutnya kepada seluruh anggota Zahirul Ma'ala atas dukungan dan kesabarannya. Sebelumnya kami mohon maaf jika masih banyak kekurangan di dalam buku ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa depan. Wassalamu'alaikum wr wb Cikarang, 28 Agustus 2016. Team ZM Nulisbuku. 2
DAFTAR ISI Kata Pengantar... 3 Daftar Isi... 5 Sunset Bersama Gadis Berkerudung Putih Penghias Balkon Sekolah... 8 Pemberian Pencipta Untuk Ciptaan-Nya... 23 Teman Tapi Mesra... 33 With The Most Painful Experience... 41 My First Islamic Love Story... 50 Undangan Kosong... 62 Cinta dan Akal... 80 Sholat Jangan Cuma di Indonesia Aja!... 89 Aku Merindu pada Ia yang Kini Tiada... 95 Cinta dari Maha Pemilik Cinta... 103 Love (?)... 109 3
Bukan Restu Biasa... 116 That Unforgetttable Love, Once in a Lifetime... 128 My Hijrah, My Adventure... 135 Aku Cinta Sahabat Cantikku... 146 Tunggu Dulu, Cinta... 156 Cinta Si Sulung... 165 Sadar Aku, Lewat Kesempurnaanmu... 171 Janji Allah itu Nyata... 186 Bagaikan Matahari yang Menyinari Bumi... 195 Cinta yang Sebenarnya... 203 Daftar Nama-nama Penulis... 205 4
If you want the love of the people, stop running after it. The more you chase it, the more it escapes you. Love doesn t come from the people. It comes fom Allah SWT. (Yasmin Mogahed) 5
Sunset Bersama Gadis Berkerudung Putih Penghias Balkon Sekolah 17.00 Sore itu, semburat sinar mentari kemerahan terlihat indah, hampir tenggelam di garis Cakrawala. Berpendar semakin menjauhi puncak langit, bersiap kembali ke peraduan. Kulihat gadis berkerudung khas, putih bersih dengan ujung-ujung rambut tersembul malumalu di pipi kanan dan kirinya, tengah berdiri di balkon depan ruang staff sekolah. Aku yang tertarik merasakan sensasi yang sama, ikut berdiri di sisi balkon sekolah yang berbeda, agak jauh memang tapi cukup untuk melihat wajahnya yang menawan, sendu dan teduh. Bukan kali pertama aku melihatnya berdiri disana, memandang kelas-kelas kosong tak berpenghuni di ujung balkon yang menurutku biasa saja. Sudah berkali-kali aku melihatnya, tak terhitung, yang pasti sejak aku mulai tertarik memperhatikannya. Aku tak tahu, kenapa aku memperhatikannya, tak terhitung sejak kapan. Emm, mungkin sejak teman-temanku mengatakan bahwa ia memiliki rasa padaku. <<>> 6
Farel, Fitri bilang, Farel ganteng deh teriak seorang teman perempuanku, sontak membuatku kaget. Hah, apa? tanyaku bingung. Bukan karena tak mendengar tapi lebih kepada penasaran atas pernyataan yang ia bilang barusan. Iyaa, Fitri bilang, kamu ganteng Farel ucapnya dengan nada meyakinkan demi melihatku mendengar jawabannya dengan seksama. Bingung. Sistem otak kepalaku mulai bekerja, menyaring informasi yang baru saja diterima, memasukkannya ke amigdala melewati sistem syaraf limbik dengan cepat, dan berhenti tanpa ampun di korteks. Korteks berproses keras, memikirkan respon terbaik demi menjawab stimulus ucapan temanku barusan. Ohh kata terbaik yang mampu dikeluarkan korteks dalam proses yang begitu rumit. Ya, hanya kata itu yang keluar, seakan otak ini mati dari berbagai alternatif pilihan respon terbaik. Oke deh, nah ini Fitri kata temanku yang tak curiga sedikit pun tentang lamanya proses berpikirku dalam memberikan jawaban terbaik untuknya. Ia membalikkan badan agar gadis di belakangnya dapat 7
terlihat. Gadis itu, Fitri namanya, adalah teman sekelasku sejak kelas 10 semester 2. Ia pindah dari sekolah lamanya yang lebih bagus, mengikuti ayahnya di sekolah sederhana ini. Itulah awal kali ketertarikanku pada gadis berkerudung khas itu, putih bersih dengan ujung-ujung rambut tersembul malu-malu di pipi kanan dan kirinya. Demi memperhatikan wajahnya yang menawan, sendu dan teduh membuatku lupa bahwa aku harus segera masuk kelas. Jam istirahat segera berakhir, memaksaku beranjak dari kursi taman. Farel masuk kelas dulu ya Moz, kataku mengakhiri percakapan siang itu dengan teman perempuanku barusan, Mozza namanya. Oke Farel, daah jawabnya santun menutup percakapan kami. Kulihat dari kejauhan, gadis berkerudung khas itu berjalan mengikuti langkah Mozza sambil bergandeng tangan dan sesekali melirik ke belakang. Ia tersenyum, melihatku? Entahlah, ku harap begitu. Masya Allah, ku potong lamunanku segera dan masuk ke kelas. <<>> 8
17.10 Masih di tempat dan moment yang sama, balkon sekolah pukul 17.10. Masih kulihat gadis itu berdiri tegak, menatap takzim ke sebrang balkon tempatnya berdiri. Aku yang sejak tadi mengenang awal kali memperhatikannya, merasa tenang, damai dan tentram. Demi melihat wajah menawan, sendu dan teduhnya aku rela berdiri lebih lama, meneruskan kenangan, menggali sisa-sisa memori satu tahun belakangan. Tak peduli langit semakin sore, udara dingin berhembus dan rasa risih menghantui. Apakah ia tahu sedang diperhatikan? Entahlah, tak ada jawaban yang pasti. Pandangannya sempurna menatap takzim ke sebrang balkon tempatnya berdiri, tak mempedulikan tatapanku dari kejauhan. Tak apalah, setidaknya aku senang, Masya Allah. <<>> Farel, dapet salam dari Fitriii!, esok lusanya Mozza kembali menemuiku, tapi kali ini beda. Ia mengejar sambil terengah-engah demi mengucapkan kata yang lagi-lagi membuatku kaget. Mengurungkan niat untuk segera pulang sekolah. Hah? Apa? tanyaku mengulang. Lagi-lagi bukan karena tak mendengar tapi lebih kepada penasaran atas pernyataannya barusan. 9
Dapet salam dari Fitrii! ulangnya sembari mendekat demi melihatku mendengar ucapannya dengan seksama. Oh iya, makasih ya lagi-lagi korteks ku tak mengeluarkan banyak alternatif jawaban terbaik sore itu. Mengambil sesukanya, muncul asal jadi. Aku meninggalkan Mozza melanjutkan langkah kaki untuk pulang. Menyumpahi diriku sendiri, menyesal telah merespon dengan kata seadanya, tak berbobot dan tentu tak menghargai sang pembawa pesan. Tapi terlepas dari itu semua, satu hal yang kupikirkan selama perjalanan pulang yaitu tentang pesan itu. Benarkah Fitri yang mengirimkan salamnya untukku? Atau ini hanya lelucon biasa? Ah entahlah, kembali tak ada jawaban yang pasti, lama ku termenung, mencoba merangkai kejadian dua hari lalu dengan kejadian barusan. Farel ganteng Dapet salam dari Fitrii! Aarghh semua ini cukup membuat pikiran ku pusing, kalut, tak menemukan jawaban pasti. Klakson angkot tanda berhenti berbunyi dan menyadarkanku atas pikiran tak berujung ini. Aku turun dan menyambung angkot lain, pulang ke rumah. <<>> 10