BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, suatu produk barang atau jasa yang dibuat pelaku usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dalam perdagangan barang dan jasa pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai isu internasional, HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berkembang

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran yang ada, termasuk dalam bidang hak atas kekayaan intelektual.

BAB I PENDAHULUAN. pelaku usaha atau produsen untuk menggunakan unsur-unsur seperti nama, logo

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan. pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan persaingan bisnis antar para pelaku usaha, tentu saja tiap-tiap pihak

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlindungan Dan Pengaturan Tentang Hak Merek Di Indonesia.

BAB III KASUS KEMIRIPAN MEREK PADA PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang wiraswasta. Dengan program Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. yang hari ini diproduksi di suatu negara, di saat berikutnya telah dapat dihadirkan

BAB I PENDAHULUAN. dan kepercayaan terhadap merek tersebut. untuk memperoleh/meraih pasar yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut,

PENTINGNYA PERLINDUNGAN MEREK

BAB I PENDAHULUAN. Hak merek merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual yang timbul

BAB I PENDAHULUAN. dan hubungan-hubungan ini diatur oleh hukum untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan

KAJIAN PEMBATALAN MEREK PUTUSAN NOMOR 08/HAKI/M/2007/ PN.NIAGA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Sejak dasawarsa delapan puluhan (era 1980-an), hak kekayaan intelektual atau

BAB I Pendahuluan. suatu barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan diperlukan tanda

b. Merk jasa Merk jasa yaitu merk yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan teori dan analisis terhadap Putusan Pengadilan Dalam Perkara

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran manusia yang lain. Pada masa dahulu ketika kehidupan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar tercipta keadilan demikian halnya di Indonesia yang menjadikan

ANALISA YURIDIS TERHADAP PEMBONCENGAN KETENARAN MEREK ASING TERKENAL UNTUK BARANG YANG TIDAK SEJENIS (KASUS MEREK INTEL CORPORATION LAWAN INTEL JEANS)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PUTUSAN NOMOR 012 K/N/HAKI/2002

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mendorong

PENERAPAN UNSUR PERSAMAAN PADA POKOKNYA DALAM PENENTUAN SENGKETA MEREK (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 194K/PDT.SUS/2011) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB I PENDAHULUAN. berkehidupan bersama dengan manusia yang lain. Mereka sebagai individu yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ada dua terjemahan resmi atas istilah Intellectual Property Rights (IPR),

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 Online di

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian seperti telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. produk barang/jasa satu dengan yang lainnya. Dengan merek konsumen lebih mudah

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun;

BAB I PENDAHULUAN. atas Kekayaan Intelektual (HAKI) juga berkembang pesat. Suatu barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. merek dalam bentuk persamaan pada pokoknya semakin menjamur di. karena mereknya didompleng, juga dapat menimbulkan kekeliruan pada

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) merupakan langkah maju bagi bangsa Indonesia yang akan memasuki era

MEREK. Umum. 1. Apakah merek itu?

PUTUSAN Nomor 19/Merek/2003/PN.Niaga.Jkt.Pst. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS HUKUM TENTANG UNDANG-UNDANG RAHASIA DAGANG DAN KETENTUAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

DISSENTING OPINION DALAM PERKARA Nomor 36/Merek/2003/PN.Niaga.Jkt.Pst.

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN WARALABA YANG DILAKUKAN SAAT PROSES PENDAFTARAN MEREK. Djarot Pribadi, SH., MH. 1

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. menganalisa bahwa sebenarnya kebaruan atau Novelty jelaslah dalam. Penerapannya tidak dilakukan dengan maksimal, sehingga putusan

yang menjadi uraian teori skripsi ini adalah sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 PENJELASAN ATAS TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 MEREK

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana tidak setiap usaha baik dalam skala kecil, menengah, meupun

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka dapat ditarik. kesimpulan:

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual, selanjutnya disingkat sebagai HKI timbul

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut atau memberikan izin pada pihak lain untuk menggunakannya. 3 Dengan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG MEREK TERHADAP PELANGGARAN MEREK MENURUT UU MEREK INDONESIA. R. Eddy Haryadi ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan UUDTLST yang menjadi payung hukum DTLST di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

STUDI TENTANG PERLINDUNGAN MEREK DAGANG DI PT. MONDRIAN

P U T U S A N No: 666 K / Pdt / 2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa pekara perdata dalam

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG MEREK DONA PRAWISUDA, SH KANTOR WILAYAH JAWA BARAT KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENERAPAN ASAS ITIKAD TIDAK BAIK SEBAGAI SALAH SATU ALASAN PEMBATALAN MEREK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan dan hasil data di lapangan yang

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi perubahan-perubahan yang begitu cepat di masyarakat ditandai

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 318 K/Pdt/2010 tertanggal 26 Juli

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, suatu produk barang atau jasa yang dibuat pelaku usaha diberi suatu tanda tertentu, yang berfungsi sebagai pembeda dengan produk barang dan jasa lainnya yang sejenis. Tanda tertentu disini merupakan tanda pengenal bagi produk barang dan jasa yang bersangkutan yang lazimnya disebut dengan merek. Wujudnya dapat berupa suatu gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Pada zaman modren dewasa ini, dengan perkembangan industri dan perdagangan, peranan tanda pengenal berkaitan dengan hasil industri dan barang dagangan makin menjadi penting. 3 Merek telah menjadi suatu bagian penting dalam kehidupan masyarakat modern. Merek merupakan sebuah kebutuhan pelaku usaha dalam memasarkan produk barang dan jasa yang diproduksinya. Dari sisi produsen, merek digunakan sebagai jaminan nilai hasil poduksinya, khususnya mengenai kualitas kemudian pemakainya. Dari segi pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencapai dan meluaskan pasar. Dari sisi konsumen, merek diperlukan untuk melakukan pilihan barang yang akan dibeli. Bahkan terkadang penggunaan merek tertentu bagi seorang konsumen dapat menimbulkan image tertentu pula. 4 3 Rachmadi Usman, S.H., 2003, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual : Perlindungan dan Dimensi hukumnya di Indonesia, Alumni, Bandung, hlm. 320 4 Erma wahyuni, S.H., M.Si. et.all, 2002, Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, Yogyakarta, hlm. 3

2 Untuk memiliki hak atas merek, berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, pelaku usaha wajib untuk mendaftarkan merek mereka terlebih dahulu. Dalam kepustakaan dikenal dua macam sistem (stelsel) pendaftaran merek, yaitu sistem konstitutif (atributif) dan sistem deklaratif. Dalam sistem konstitutif, hak atas merek diperoleh melalui pendaftaran, artinya hak eksklusif atas suatu merek diberikan karena adanya pendaftaran. Dengan sistem ini, yang berhak atas suatu merek adalah pihak yang telah mendaftarkan mereknya. Sedangkan pada sistem deklaratif, pendaftaran merek tidak merupakan keharusan, jadi tidak ada wajib daftar merek. Pendaftaran itu tidak menimbulkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan hukum atau presumption juris bahwa pihak yang mereknya terdaftar itu adalah pemakai pertama dari merek yang didaftarkan. Pendaftaran merek dibawah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 menganut sistem deklaratif yang dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (2) undangundang ini. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang mencabut berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961, sistem pendaftaran merek diubah menjadi sistem konstitutif, berhubung sistem konstitutif lebih menjamin kepastian hukum daripada sistem deklaratif. 5 Demikian pentingnya peran pendaftaran merek, sehingga dalam Pasal 4 Undang-Undang Merek telah diatur bahwa pendaftaran merek harus didasarkan pada itikad baik pendaftar. Itikad baik dalam penjelasan undang-undang merek diartikan sebagai meniru atau membonceng suatu merek terkenal dengan tujuan untuk memperoleh 5 Rachmadi Usman S.H., Op. Cit, hlm. 331-333

3 keuntungan daripadanya. Ketidaktahuan pelaku usaha mengenai sudah ada atau belumnya merek yang mirip atau serupa dengan merek yang dimilikinya menjadi suatu faktor yang paling mempengaruhi untuk menentukan ada atau tidaknya itikad baik seorang pelaku usaha dalam mendaftarkan merek yang dimilikinya. Salah satu kasus yang berkaitan dengan itikad baik pendaftaran merek ini adalah dalam pendaftaran merek Ayam Lepaas. Ayam Lepaas merupakan sebuah merek rumah makan yang telah banyak membuka gerai rumah makan di beberapa tempat di pulau Sumatera dan Jawa. Rumah makan Ayam Lepaas ini awalnya berdiri di Lampriet Banda Aceh pada pertengahan tahun 2009. Modal pendirian rumah makan Ayam Lepaas ini berasal dari 2 (dua) orang, yaitu Ahmad Syaiful Bahri, S.Sos. dan Suparno, STP. Ahmad Syaiful kemudian dengan menggunakan modal dan tempat sendiri mulai membuka gerai-gerai rumah makan Ayam Lepaas di berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera antara lain Malang, Tanggerang, Jakarta, Bekasi, Palembang dan Jawa Timur. Selain itu, bersama-sama dengan Suparno, Ahmad Syaiful juga membuka gerai rumah makan Ayam Lepaas di beberapa tempat di provinsi Aceh. Rumah makan Ayam Lepaas ini juga telah meraih penghargaan franchise Tercepat Award. Masalah kemudian muncul, tanpa sepengetahuan Ahmad Syaiful, Suparno mengajukan permohonan pendaftaran merek Ayam Lepaas ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menham) Aceh, dengan Nomor Permohonan: J012010023382, tertanggal 28 Juni 2010. Termasuk juga nomor Pendaftaran: IDM000327853, tertanggal 25 Oktober 2011. Tindakan yang

4 dilakukan oleh Suparno ini dilakukan tanpa terlebih dahulu memberitahukan rekannya Ahmad Syaiful sebagai rekan kongsi bisnisnya. Atas tindakan Suparno ini kemudian Ahmad Syaiful mengajukan permohonan pembatalan merek ke Pengadilan Niaga Medan dengan dasar bahwa permohonan pendaftran merek yang dilakukan Suparno tidak berdasarkan pada itikad baik. Atas perkara ini Suparno di kalahkan baik pada pengadilan tingkat pertama maupun pada tingkat kasasi dan Suparno dinyatakan sebagai pemohon pendaftar merek yang tidak memiliki itikad baik. Penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 mengatur bahwa Pemohon yang beritikad baik adalah Pemohon yang mendaftarkan Mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apa pun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Contohnya, Merek Dagang A yang sudah dikenal masyarakat secara umum sejak bertahun-tahun, ditiru demikian rupa sehingga memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek Dagang A tersebut. Dalam contoh itu sudah terjadi itikad tidak baik dari peniru karena setidak-tidaknya patut diketahui unsur kesengajaannya dalam meniru Merek Dagang yang sudah dikenal tersebut. Pada kasus ini, merek Ayam Lepaas yang menjadi objek sengketa tidak memiliki kesamaan dengan merek terkenal lain ataupun merek yang telah dimiliki oleh pihak lain sebagaimana dimaksudkan oleh undang-undang merek terkait ikitad baik. Itikad baik dalam kasus ini diinterpretasikan secara berbeda oleh

5 hakim dengan penjelasan mengenai itikad baik dalam undang-undang. Pembatalan pendaftaran merek Ayam Lepaas ini dengan alasan tidak adanya itikad baik dari Suparno selaku pemohon pendaftar merek ini tentunya mengakibatkan kerugian baik materil maupun immateril bagi pihak terkait. Berdasarkan hal ini, Penulis menarik kesimpulan bahwa dibutuhkan suatu penjelasan lebih lanjut terkait apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup itikad baik demi menjamin adanya kepastian hukum dalam hal pendaftaran merek. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Penulis mengangkatnya kedalam Penulisan hukum dengan judul Analisis Penerapan Syarat Itikad Baik dalam Pendaftaran Merek berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 (Studi Kasus Putusan MA No. 581/K/Pdt.Sus-HKI/2013) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, ditemukan dua pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaturan mengenai itikad baik dalam hukum merek Indonesia? 2. Bagaimanakah penerapan syarat itikad baik dalam pendaftaran Merek Ayam Lepaas? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan beberapa hal mengenai tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini yaitu :

6 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui pengaturan mengenai itikad baik dalam hukum positif Indonesia b. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan syarat itikad baik dalam pendaftaran merek dalam kasus Merek Ayam Lepaas 2. Tujuan Subjektif Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan atau data guna penyusunan penelitian hukum sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh Penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Penulisan hukum dengan judul Analisis Penerapan Syarat Itikad Baik dalam Pendaftaran Merek berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 (Studi Kasus Putusan MA No. 581/K/Pdt.Sus-HKI/2013) belum pernah dilakukan. Penulis mengetahui bahwa Penelitian dengan tema yang sama yaitu Merek Dagang dan HKI sudah pernah dilakukan sebelumnya namun dengan objek penelitian yang berbeda, sehingga penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada. Berdasarkan penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, ditemukan penelitian hukum berjudul :

7 1. Permohonan Pendaftaran Merek Tidak Beritikad Baik dalam Teori dan Praktik di Indonesia oleh Walter Simandjuntak, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tahun 2014 2. Alasan Itikad Tidak Baik Dalam Pembatalan Merek sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal PRADA di Indonesia (Studi Kasus Putusan PK MARI No. 274/Pdt/2003 antara PRADA S.A Melawan Fahmi Babra dan Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek) oleh Medya Rischa Lubis, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tahun 2014 3. Azas Itikad Baik dalam Pendaftaran Merek, Implementasi Pelaksanaannya Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Analisis Putusan-Putusan Pembatalan Merek) oleh Diah Astuti Miftafiatun, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tahun 2014 Namun dari penelitian diatas, terdapat perbedaan dengan penelitian hukum yang dibuat oleh Penulis. penelitian diatas, mempunyai objek penelitian yang berbeda dengan penelitian hukum yang dilakukan oleh Penulis. Penelitian yang dilakukan oleh Walter Simandjuntak membahas mengenai kasus-kasus pembatalan merek dengan dasar asas itikad baik secara umum tanpa mengkhususkan salah satu kasus dalam pembahasannya dan dalam pembahasan yang dilakukan oleh Walter Simandjuntak tidak ada pembahasan yang terkait dengan kasus merek Ayam Lepaas sedangkan dalam penelitian hukum ini, Penulis lebih mengkhususkan penelitian terkait asas itikad baik dalam kasus pendaftaran merek Ayam Lepaas. Terhadap penelitian hukum yang dilakukan oleh Medya

8 Rischa Lubis lebih menekankan pada penerapan asas itikad baik dalam pendaftaran merek yang meniru merek terkenal PRADA yang sebelumnya telah didaftarkan, sedangkan dalam penelitian ini Penulis membahas tentang pendaftaran merek Ayam Lepaas yang sebelumnya tidak pernah didaftarkan siapapun dan tidak ada meniru salah satu merek yang ada di Indonesia ataupun merek terkenal. Terhadap penelitian hukum yang dilakukan oleh Diah Astuti Miftafiatun pada pokoknya terdapat kesamaan dengan penelitian hukum yang dilakukan oleh Walter Simandjuntak, yaitu membahas kasus-kasus pembatalan merek atas dasar itikad baik secara umum. Penelitian hukum yang dilakukan Diah Astuti Miftafiatun ini juga tidak ada membahas mengenai kasus merek Ayam Lepaas. Dengan demikian, penelitian hukum dengan judul Analisis Penerapan Syarat Itikad Baik dalam Pendaftaran Merek berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 (Studi Kasus Putusan MA No. 581/K/Pdt.Sus-HKI/2013) adalah asli dan untuk pertama kalinya dilakukan dalam penelitian hukum. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai wujud pelaksanaan suatu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Dharma Penelitian. Penulis mengharapkan hasil penelitian ini akan berguna memperkaya khasanah ilmu pengetahuan hukum khususnya mengenai merek, serta diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman di dalam penelitian-penelitian selanjutnya. Penulis juga mengharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan

9 referensi bagi peneliti selanjutnya dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai merek di Indonesia. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sarana menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan di bidang penelitian pada umumnya dan di bidang Hak atas Kekayaan Intelektual pada khususnya. Bagi kalangan pelaku bisnis, penelitian ini bermanfaat sebagai gambaran tentang konsekuensi hukum dari pendaftaran merek dengan itikad tidak baik. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini mampu memberikan pengetahuan terkait pentingnya itikad baik dalam pendaftaran merek. Bagi instansi pemerintahan, khususnya yang membidangi HAKI yaitu Ditjen HAKI atau lebih khususnya Direktorat Merek sebagai instansi terkait diharapkan mampu menangani permasalahanpermasalahan merek di Indonesia, meliputi pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenangnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran bagi pengembangan Ilmu Hukum, khususnya di bidang Hukum Kekayaan Intelektual.