BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

PENGATASAN KESEPIAN PADA WARAKAWURI DI USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. seksualnya sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang dimilikinya (Lis Susanti,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (World Health Organization,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 Juni Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Salib Putih Kopeng - Salatiga.

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan yang akan dialami oleh semua individu. Proses ini merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000 adalah dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

LONELINESS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DEWANATA CILACAP SKRIPSI

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi dalam dua tahap yaitu lanjut usia awal (early old age) yaitu usia 60-70

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti mengalami fase fase perkembangan sejak. menjelaskan bahwa perkembangan bergerak secara berangsur angsur tapi

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses menua (aging process) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita dan proses ini terjadi secara terus menerus (berlanjut) secara ilmiah. Menua bukanlah suatu penyakit melainkan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi stressor dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya dan sangat individual. Adakalanya seorang yang masih muda umurnya, namun terlihat tua dan begitu juga sebaliknya. Banyak faktor yang mempengaruhi penuaan seseorang seperti genetik (keturunan), asupan gizi, kondisi mental, pola hidup, lingkungan, dan pekerjaan sehari-hari (Darmojo & Martono, 2004). Orang yang mengalami penuaan pada usia lanjut biasa dikenal dengan sebutan lansia (lanjut usia). Lansia menurut Stanley dan Beare (2007) berdasarkan karateristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak 1

2 dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam masyarakat Amerika, seseorang dianggap tua ketika ia berfungsi sebagai kepala dari garis keturunan keluarganya. Dengan bertambahnya usia pada lansia maka semakin banyak masalah yang mereka alami baik dari segi fisik, mental, spiritual, dan psikososial. Masalah kesepian pada lansia di Indonesia menurut Darmojo dan Martono (2004) merupakan masalah psikososial terbesar kedua setelah masalah pelupa. Masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia pada umumnya adalah kesepian, kesepian merupakan perasaan terasing (terisolasi atau kesepian) adalah perasaan tersisihkan, terpencil dari orang lain, karena merasa berbeda dengan orang lain (Probosuseno, 2007). Kesepian terjadi saat klien mengalami terpisah dari orang lain dan mengalami gangguan sosial (Copel, 1987 dalam Maryam, 2008). Dalam banyak kasus kesepian menyebabkan kesehatan fisik dan mental mengalami penekanan karena mereka tidak mempunyai teman berbelanja dan makan bersama (Murray, 1991 dalam Sabri, 2003). Penyebab umum terjadinya kesepian ada tiga faktor, faktor yang pertama adalah faktor psikologis yaitu harga diri rendah pada lansia disertai dengan munculnya perasaan-perasaan negatif seperti perasaan takut, mengasihani diri sendiri dan berpusat pada diri sendiri. Faktor kedua yang mempengaruhi kesepian adalah faktor kebudayaan dan situasional yaitu terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya dimana keluarga yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini lebih banyak menitipkan lansia ke panti dengan alasan kesibukan dan ketidakmampuan dalam merawat lansia. Faktor ketiga adalah faktor spiritual yaitu

3 agama seseorang dapat menghilangkan kecemasan seseorang dan kekosongan spiritual seringkali berakibat kesepian (Martin dan Osborn, 2001). Hal itu menandakan bahwa kasus kesepian hampir atau mungkin dirasakan oleh semua para lansia dan belum lagi jumlah lansia yang tiap tahunnya semakin bertambah. Jumlah lansia di seluruh dunia tahun 2025 menurut perkiraan WHO akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang. Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu Data Susenas Badan Pusat Statistik 2012 menunjukkan lansia di Indonesia sebesar 7,56% dari total penduduk Indonesia. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Tengah Menurut data (Badan Pusat Statistik, 2013), jumlah lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2010 adalah sebanyak 2.323.542 jiwa, kemudian jumlah lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas mengalami penurunan pada tahun 2011 adalah sebanyak 2.283.048 jiwa, lalu jumlah lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas, pada tahun 2012 adalah sebanyak 2.460.406 jiwa mengalami peningkatan. Dan untuk di kabupaten Cilacap jumlah lansia menurut data Badan Pusat Statistik (2008-2012) sebanyak 118.936 jiwa pada tahun 2008, terjadi penurunan pada tahun 2009 yaitu sejumlah 101.114 jiwa, kemudian mengalami peningkatan secara drastis pada tahun 2010 yaitu 116.489 jiwa, dan terjadi penurunan kembali secara signifikan pada tahun 2011 yaitu 114.476 jiwa, sedangkan pada tahun 2012 terjadi peningkatan lagi yaitu sejumlah 123.021 jiwa.

4 Lansia yang tinggal di rumah pada dasarnya bisa mengalami kesepian karena berbagai macam faktor apalagi dengan lansia yang tinggal di panti. Jumlah lansia yang terdapat di Panti Dewanata Cilacap saat ini berjumlah 90 jiwa, dari pengalaman praktek dilihat dari pola hidup dan aktivitas sehari-hari para lansia mayoritas melakukan aktivitasnya secara mandiri tanpa ada interaksi dengan yang lain. Kemudian para lansia juga kebanyakan menghabiskan waktunya untuk menyendiri dibanding melakukan kegiatan bersama lansia lain, merasa terasing, merasa tidak ada yang peduli dengan dirinya serta sulit mendapatkan teman. Untuk menguatkan peneliti bahwa hal tersebut merupakan salah satu dari tanda kesepian, maka peneliti melakukan studi pendahuluan pada hari Sabtu 1 November 2014 dengan membagikan kuisioner skala kesepian menurut UCLA (University of California, Los Angeles) kepada 20 orang lansia yang berbeda dan didapatkan hasil bahwa 18 lansia tersebut mengalami kesepian. Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian, yaitu Gambaran Kesepian Dan Cara Lansia Mengatasi Kesepian di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Bagaimana gambaran kesepian dan cara lansia mengatasi kesepian di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap?.

5 C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesepian dan cara lansia mengatasi kesepian di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap. 2. Tujuan Khusus a) Mendeskripsikan jenis kesepian yang dialami lansia b) Mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya kesepian c) Mendeskripsikan cara lansia mengatasi kesepian D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, gambaran, dan manfaat dalam pengembangan ilmu kesehatan, khususnya keperawatan gerontik sehingga dapat menambah wawasan ilmu berkenaan dengan gambaran kesepian dan cara mengatasi kesepian pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap. 2. Secara Praktis a) Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam penelitian untuk mengembangkan cara berpikir secara ilmiah melalui kegiatan penelitian dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi penelitian selanjutnya.

6 b) Bagi Institusi Pendidikan Menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai studi literatur di perpustakaan atau referensi mengenai pengetahuan tentang gerontik, khususnya tentang masalah kesepian dan cara mengatasi kesepian pada lansia. c) Bagi Pembaca Sebagai informasi bahwa kesepian merupakan sesuatu hal yang paling sering dialami lansia serta sebagai bahan referensi hal-hal yang dilakukan lansia untuk mengatasi rasa kesepiannya. d) Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan terhadap penelitian selanjutnya tentang kesepian dan cara mengatasi kesepian pada lansia.

7 E. PENELITIAN TERKAIT 1. Rahmawati dan Puspitawati (2010), penelitian yang berjudul pengatasan kesepian pada warakawuri di usia lanjut. Penelitian ini adalah kualitatif yang dilakukan dengan wawancara dan observasi pada 3 lansia warakawuri yaitu istri dari anggota Tentara Nasional Indonesia yang telah meninggal dunia. Hasil penelitian menunjukkan pengatasan kesepian yang dilakukan oleh lansia antara lain pengingkaran seperti menangis, merenung dan menonton televisi. Lalu dengan aktif isolasi atau meningkatkan aktivitas yaitu dengan bekerja, membaca dan mengisi teka-teki silang, mengerjakan sesuatu yang disenangi. Pengatasan kesepian juga dilakukan dengan kontak sosial atau jaringan dukungan sosial yaitu dengan menelepon, berkunjung ke rumah teman, bergabung dalam kelompok dan organisasi, serta ikut dalam kegiatan sosial. Pengatasan terakhir yaitu dengan pengatasan mental, yaitu memperkuat agama dan keyakinan. Lansia melakukan pengatasan kesepian dengan salat dan mengaji dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, membuat hati subjek tenang, lega dan lebih berpasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berkebun karena memang sudah hobi, kemudian menonton televisi, untuk iseng dan mengisi waktu luang, serta merenda untuk selingan. Pengatasan kesepian juga dengan membaca, dan mengisi teka teki silang dapat menemani menjelang tidur, membuat cepat tertidur dan untuk mengisi waktu, dengan merenung agar dapat terhibur, dengan menangis agar dapat menyalurkan

8 perasaan dan membuat hati lega, dengan mengerjakan pekerjaan rumah agar dapat menghibur, merasa sibuk, melupakan kesepiannya dengan menelepon dan berkunjung ke rumah teman agar tidak merasa bosan di rumah, dengan ikut dalam kegiatan di kompleks perumahan agar kesepiannya hilang, merasa sibuk, melupakan kesepiannya dan dapat bersama-sama dengan teman-teman. Kemudian dengan pergi ke makam suami agar dapat mengeluarkan beban yang ada. Persamaan dengan penelitian yaitu sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan cara pengatasan kesepian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu gambaran kesepian dan cara lansia mengatasi kesepian di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap. 2. Rokach dan Orzeck (2004), dengan penelitian yang berjudul coping with loneliness in old age: a cross-cultural comparison. Penelitian ini dilakukan pada 141 lansia yaitu 36 jiwa dengan kewarganegaraan Kanada dan 105 jiwa dengan kewarganegaraan Portugal. Usia rata-rata dari 141 peserta kisaran 60-83 tahun. 15% peserta yang tunggal, 38% menikah, dan 47% menjanda, berpisah atau bercerai. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kanada memiliki skor yang lebih tinggi daripada Portugis untuk pengatasan kesepian dalam kategori Refleksi, Penerimaan, menjauhkan, penolakan, Agama, dan Iman. Skor subskala rata-rata pria dan wanita di dua budaya tidak berbeda secara signifikan karena tidak ada nilai rata-rata laki-laki lintas budaya. Nilai

9 rata-rata perempuan di lintas budaya berbeda secara signifikan (F ( 6,76) = 2.30, p <.05). Persamaan dengan penelitian yaitu sama-sama menggunakan variable pengatasan kesepian pada lansia. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu gambaran kesepian dan cara lansia mengatasi kesepian di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap dan menggunakan penelitian kualitatif, sedangkan pada penelitian rokach dan Orzeck (2004) membahas pengatasan kesepian pada lansia yang berbeda kultur budaya. 3. Meltzer, Bebbington, Dennis, Jenkins, McManus, dan Brugha (2012), dengan penelitian yang berjudul feeling of loneliness among adults with mental disorder. Penelitian ini Menggunakan metode desain sampel probabilitas acak, dengan jumlah responden 7461 orang dewasa diwawancarai dengan metode cross-sectional Survei di Inggris. Hasil penelitian menunjukan perasaan kesepian lebih umum terjadi pada wanita, orang-orang yang hidup sendiri, janda, bercerai atau berpisah, ekonomi yang rendah, yang tinggal di rumah sewa, dan orang yang memiliki utang. Kesepian terbesar ditemukan pada orang yang bercerai atau berpisah, dan bagi mereka yang mempunyai utang. Kesepian juga meningkat 20 kali lipat bagi orang yang memiliki gangguan mental. Dukungan sosial merupakan salah satu cara yang diperlukan dalam pengatasan kesepian untuk meminimalisir atau mengurangi tingkat kesepian.

10 Persamaan dengan penelitian yaitu sama-sama menggunakan variabel kesepian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu gambaran kesepian dan cara lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap dan menggunakan penelitian kualitatif, sedangkan pada penelitian Meltzer, dkk (2012) membahas perasaan kesepian pada orang dewasa dengan gangguan mental.