BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. peruntukan bangunan mixed-use kantor dan apartemen karena berada di. dengan pusat perkantoran dan perumahan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab III. Aspek Tanah dan Arsitektural Desain. : Puri Indah, Jakarta Barat

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB IV. ANALISA PERENCANAAN.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Penentuan konsep perencanaan dan perancangan di dasar kepada:

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PARIWISATA DI KABUPATEN PEMALANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN

1. Penumpang ANALISA LAHAN PABRIK KARET. 2. Pengunjung 3. Pengantar. 6. Pedagang / penyewa stan JEMBATAN SUTOYO JALAN SUTOYO PEMUKIMAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari.

Transkripsi:

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Tapak Pemilihan tapak proyek berdasarkan lokasi yang sesuai dengan peruntukan bangunan mixed-use kantor dan apartemen karena berada di daerah yang mengalami kemacetan pada saat jam kerja. Tapak berada dekat dengan pusat perkantoran dan perumahan. 4.1.1 Data Non-Fisik Gambar 4.1 Lokasi Tapak di Jalan Lingkar Luar Barat (LRK) Sumber : www.tatakota-jakartaku.net Data-data fisik lingkungan tapak yang terletak di Jalan Lingkar Luar Barat, Puri Kembangan, Jakarta Barat adalah : 1. Suhu : 26-33º C 2. Kelembaban : 84 % 3. Orientasi Bangunan terhadap matahari : Barat daya 4. Arah Angin Sehari-hari : Tenggara dan Selatan 5. Kecepatan Angin : 8 km/h 47

48 4.1.2 Data Fisik Gambar 4.2 Lokasi Tapak di jalan Lingkar Luar Barat Sumber : Google Maps Lokasi Tapak Jalan Lingkar Luar Barat, Puri Kembangan. Peruntukan lahan : Kkt/Kpd : (Karya Kantor/Jasa atau Kantor Perdagangan). Tipe masa Banggunan : Tunggal Luas Tanah : 7490 m² GSB : Barat 15 m Timur 7 m KDB : 55% Luas Lantai yang boleh dibangun : 55% x 7490 m² : 4119,50 m² KLB : 3 Luas total bangunan yang boleh dibangun : 3 x 7490 m² : 22.470 m² Maksimum ketinggian lantai : 8

49 Batas Area Lahan : - Utara : Showroom Honda - Timur : Tanah Kosong - Barat : Jalan Raya - Selatan : Showroom dan workshop Auto2000 Foto keadaan tapak Gambar 4.3 Keadaan Tapak dan Sekitarnya 180º Sumber : Dokumentasi Pribadi 4.1.3 Akses Kendaraan Umum Pencapaian Site Lokasi tapak dilewati oleh beberapa angkutan umum B14 yang akan melewati Daan Mogot, Kalideres, Puri Indah, Jln. Arjuna, Kedoya, Tanjung Duren dan S.Parman; angkutan umum B04 yang akan melewati Kalideres, Bojong, Meruya dan Kebun Jeruk; metromini 85 yang tujuannya berasal dari terminal Kalideres sampai Lebak Bulus dan Kopaja P16 yang akan melewati Tangerang, Ciledug, Puri Kembangan, dll. Lokasi tapak juga berada dekat dengan area feeder busway yang terletak pada Puri Kembangan dan terhubung dengan halte busway di Jalan Panjang. Halte yang dilalui oleh feeder busway 1 adalah Taman Kota (koridor 3) Kedoya Green Garden (Koridor 8).

50 4.1.4 Fasilitas Pada Sekitar Tapak Gambar 4.4 Peta Radius Fasilitas sekitar Lokasi Tapak Sumber : Google Maps Fasilitas-fasilitas sarana prasarana dan fasilitas penghubung yang ada disekitar tapak dengan radius berdasarkan warna : 1. Hijau, Lokasi Tapak di Jalan Lingkar Luar Barat 2. Kuning dengan radius 0,5 KM - Pompa Bensin Pertamina, Pintu Tol menuju Cengkareng, feeder busway Puri Kembangan, Masjid 3. Oranye dengan radius 1 KM - Area rekreasi Mall Puri Indah, rumah sakit Puri Indah Group, kantor walikota, feeder busway Puri Indah, pompa bensin Shell, Gereja, pusat pemadam kebakaran 4. Merah dengan radius 2 KM - Pusat perbelanjaan Hypermart, Restoran, Cafe, Tempat rekreasi St.Moritz, berbagai sekolah nasional dan internasional, Jalur Busway Koridor, Pintu Tol menuju Tangerang-Merak 5. Ungu dengan radius 3 KM - Pusat perbelanjaan Hypermart, Restoran, Cafe, Tempat rekreasi, stasiun kereta api rawa buaya

51 4.2 Analisa Kebutuhan Ruang Analisis aspek manusia bertujuan untuk mengetahui luasan dari tiap kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh para pelaku kegiatan dalam bangunan mixed-use kantor dan apartemen dan hubungan antar ruang yang dibutuhkan. 4.2.1 Analisis Luasan Ruang Apartemen Analisis Perbandingan besaran Kamar Apartemen Besarnya unit-unit yang ada didalam apartemen didapat melalui perbandingan melalui tipe-tipe unit apartemen serupa yang sesuai dengan kebutuhan penghuni apartemen saat ini. Jenis apartemen yang dibandingkan merupakan apartemen menengah ke atas yang seluruhnya memiliki kesamaan seperti perancangan apartemen pada penelitian ini, yaitu setiap kamar memiliki taman pribadi. Berikut adalah tabel luasan dan fasilitas yang tersedia pada kamar apartemen St Moritz dan The Windsor: Tabel 4.1 Perbandingan Luasan Apartemen Pemilik Tipe Ruang St. Moritz (New Royal Suite Tower) 2 Bed Room 2 Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Besaran Ruang 96 m²

52 St. Moritz (New Ambassador Suite Tower) 2 Bed Room 2 Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon & Gudang 139 m² Pemilik Tipe Ruang Besaran Ruang The Windsor St. Moritz (New Ambassador Suite Tower) St. Moritz (Presidential Suite Tower) The Windsor 2 Bed Room 3 Bed Room 3 Bed Room 3 Bed Room 2 Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Gudang 3 Kamar tidur 3 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balko Gudang 3 Kamar tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Gudang 3 Kamar tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Gudang 111 m² 167 m² 158 m² 145 m²

53 Tabel 4.1 menunjukkan luasan dan ruang yang ada pada unit apartemen saat ini. Semakin besar luas ruangan setiap unit apartemen, semakin luas ukuran ruang yang ada didalamnya atau semakin bertambah kebutuhan ruang yang dapat dipenuhi. Analisis Perbandingan Luasan kamar apartemen dan taman Dalam menentukan luasan taman yang ada pada hunian di dalam apartemen, dilakukan studi banding terhadap besaran hunian dan taman apartemen yang sudah ada sehingga dapat mengetahui perbandingan luasannya. Berikut adalah perbandingan luasan hunian dengan taman pada beberapa tipe apartemen : Tabel 4.2 Perbandingan Luasan Hunian dan Taman Apartemen St.Moritz Luas Total Luas Hunian & Taman Perbandingan 509 m² 395 m² & 114 m² 1 : 3,5 The Windsor 295 m² 235 m² & 57 m² 1 : 4

54 357 m² 285 m² & 72 m² 1 : 4 282 m² 256 m² & 26 m² 1 : 9 4.2.2 Program Ruang Pembagian program ruang dalam bangunan mixed-use antara kantor dan hunian apartemen didasari oleh luas total bangunan yang boleh dibangun sesuai dengan ketentuana tapak ini yaitu sebesar ± 22.470 m². Berikut adalah diagram pembagian program ruang dalam bangunan : Tabel 4.3 Program Ruang No. Ruangan Standar Ruang (m2/org) Kapasitas Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Luas Total (m2) A Apartemen Hunian 70% 5.275 Tipe A 30 3-5 90-150 24 3600 Taman Tipe A 5 3-5 15-25 24 600 Tipe B 35 5-7 105-180 5 900 Taman Tipe B 5 5-7 25-35 5 175 Fasilitas 20% 2.348

55 Restoran 2 50-80 150-240 3 720 Dapur 2 15-25 30-50 3 150 Child Care 4 35 140 1 140 Lobby 2 400 800 1 800 Fitness 3 66 198 1 198 Spa 3 33 99 1 99 Toko 5 15 75 2 150 No. Ruangan Standar Ruang Kapasitas Luasan Ruang Jumlah Ruang Luas Total Kantor Apartemen Marketing Office 5 30 150 1 150 8 15 120 1 120 Servis 10% 446.5 House 1.75 16 28 8 224 Laundry 6.25 10 62.5 1 62.5 Gudang 40 2 80 Ruang Karyawan 4 20 80 1 80 TOTAL LUASAN APARTEMEN 8069.5

56 No. Ruangan Standar Ruang (m2) Kapasitas Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Luas Total (m2) B Kantor Kantor 70 % 3.600 Kantor 10 15-30 300 12 3.600 Fasilitas 25% 1.670 Lobby 2 350 700 1 700 Lounge 5 80 400 1 400 Kantin Karyawan Ruang Meeting 2 60 120 1 120 4 6-15 24-60 9 450 Servis 5% 150 Pantry 4 5 20 1 20 Ruang OB 4 5 20 1 20

57 Janitor 2.5 2 5 2 10 Gudang 50 50 2 100 TOTAL LUASAN KANTOR 5.420 No. Ruangan Standar Ruang Kapasitas Luasan Ruang Jumlah Ruang Luas Total C Fasilitas & Service Bangunan Fasilitas 3.136 R. Serbaguna 2 100 200 1 200 Mini Market 4 20 80 1 80 Banking & ATM Medical Emergency 3 40 120 1 120 3.5 10 35 1 35 Parkir Mobil 12.5 200 2500 2 2.500 Pakir Motor 2.5 50 125 1 125 Parkir Bus 28 2 56 1 56 Service 140 Ruang Mesin 80 80 1 80 Ruang M&E 40 40 1 40

58 Ruang Sekuriti 20 20 1 20 TOTAL LUASAN FASILITAS 3.276 TOTAL LUAS BANGUNAN L. APARTEMEN + KANTOR + FASILITAS 9.088,5+ 5.420 + 3.276 = 17.784,5 +20 % SIRKULASI 21.341,5

59 4.2.3 Hubungan Antar Ruang Gambar 4.5 Hubungan Antar Ruang Berikut adalah hubungan antar ruang yang tercipta. Fungsi dalam bangunan berupa kantor dan apartemen akan dirancang terpisah sehingga aktivitas kedua kantor ini tidak akan berpengaruh satu sama lain. Masingmasing kantor dan apartemen akan memiliki lobby tersendiri untuk menerima tamu ataupun penghuni apartemen sehingga tercipta privasi bagi masingmasing akticitas. Sedangkan beberapa fasilitas dan area servis untuk kantor dan apartemen dibuat menyatu sehingga dapat melayani kedua fungsi bangunan seperti restoran, loading dock, dll.

60

61 4.3 Analisa Tapak Tabel 4.4 Analisa Tapak

62

63

64 4.4 Analisa Zoning Zoning Horizontal Pembagian zoning horizontal didasari oleh hubungan antar ruang, bubble diagram, dan analisa lingkungan tapak yaitu matahari, kebisingan, sirkulasi, dan keramaian. Keterangan : Gambar 4.6 Zoning Horizontal Hunian Kantor Servis Fasilitas Bangunan Bangunan Sekitar Dua jenis fungsi bangunan dalam tapak yaitu hunian dan kantor, sehingga fungsi bangunan terpisah menjadi dua sisi yang berbeda dan tidak akan saling terganggu dengan adanya aktivitas masing-masing pelaku kegiatan. Fasilitas bangunan dan servis bangunan berada di antara hunian dan kantor sehingga fasilitas dan servis dapat melayani kedua kegiatan yang terjadi di dalam tapak. Fasilitas bangunan menjadi salah satu akses penghubung antara kantor dan apartemen, sedangkan servis bangunan diletakkan pada bagian belakang bangunan sehingga dekat dengan side entrance. Side entrance disediakan khusus untuk kegiatan loading pada bagian Loading dock.

65 Zoning Vertikal Pembagian zoning area secara vertikal diperlukan sehingga hubungan antar ruang berlangsung secara jelas dan terlihat bukan hanya secara horizontal. Pembagian zoning secara vertikal dapat menjelaskan pembagian ruangan yang tidak dapat dijelaskan oleh pembagian zoning horizontal. Gambar 4.7 Zoning Vertikal 1 Pada Zoning vertikal terlihat bahwa fungsi parkir dan servis bangunan diletakkan pada bagian paling dasar bangunan. Servis yang berada pada bagian dasar bangunan (basement) digunakan untuk meletakkan mesin generator, STP, ruang pompa dan ruangan lainnya. Sedangkan parkir diletakkan pada dasar bangunan sehingga pengerasan tanah yang terjadi pada lantai dasar karena adanya lahan untuk parkir dapat diminimalisir, hal ini membuat area hijau dapat menjadi lebih luas. Lobby berada di lantai dasar bangunan yang paling dekat dengan jalan raya, sehingga seluruh pelaku kegiatan akan terlebih dahulu memasuki lobby, kemudian berpencar ke letak kegiatan mereka masing-masing. Lobby dibagi menjadi 2 yaitu lobby apartemen dan lobby untuk kantor. Terdapat area penghubung pada bagian tengah bangunan yang akan berfungsi untuk menghubungkan area hunian dan area kantor beserta fasilitas bangunan ini.

66 4.5 Analisa Jenis Tanaman Berikut adalah kebutuhan panjang penyinaran cahaya matahari dan pengelompokkan jenis tanaman kedalam 3 jenis yaitu Full Sun, Part Shade dan Full Shade : Tabel 4.5 Jenis Tanaman dan kebutuhannya terhadap penyinaran matahari Nama Tanaman Lama Penyinaran secara langsung Jenis Tanaman 1. Cabai ± 6 jam Full Sun 2. tomat ± 7 jam Full Sun 3. Jeruk nipis ± 6 jam Full Sun 4. 5. Tomat Cherry Bawang merah ± 6 jam Full Sun ± 7 jam Full Sun 6. terong ± 8 jam Full Sun 7. seledri ± 6 jam Full Sun 8. sawi ± 6 jam Full Sun 9. anggur ± 6 jam Full Sun 10. jahe ± 5 jam Part Shade 11. selada ± 4-5 jam Part Shade

67 Pemilihan jenis tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman dapur hidup yang dapat digunakan untuk hunian apartemen. Tanaman yang digunakan berjumlah 11 jenis tanaman dan dapat dilihat pada tabel 4.5 bahwa setiap jenis tanaman memerlukan penyinaran cahaya matahari yang berbeda dan setiap jenis tanaman dikelompokkan berdasarkan banyak atau sedikitnya matahari yang dibutuhkan. Dari 11 jenis tanaman yang digunakan pada apartemen, hanya terbagi menjadi 2 kelompok jenis tanaman yaitu Jenis tanaman Full Sun dan Part Shade dan tidak ada jenis tanaman dari golongan Full Shade, didapatkan bahwa: 1. Jenis tanaman Full Sun = 9 jenis tanaman - Tanaman cabai, tomat, jeruk nipis, tomat cherry, bawang merah, terong, seledri, sawi, dan anggur. 2. 2 jenis tanaman Part Shade = 2 jenis tanaman - Tanaman jahe dan selada. Sehingga jumlah kebutuhan luas lahan tanam yang dibutuhkan pada hunian apartemen untuk menanam tanaman Full Sun dan Part Shade memiliki perbandingan sebesar 9:2. Perbandingan ini akan menjadi acuan pada perancangan bangunan supaya kebutuhan tanaman dapat terpenuhi dan setiap tanaman mendapatkan pencahayaan yang dibutuhkan supaya dapat tumbuh dengan baik.

68 4.6 Analisa Pembentukan Gubahan Massa Pembentukan bangunan didasari oleh beberapa aspek yang dipengaruhi oleh hasil dari analisa tapak yang telah dilakukan dan melalui zoning perancangan. Kemudian setelah bentuk dasar gubahan massa bangunan didapatkan, maka dilakukan analisa cahaya matahari terhadap bangunan untuk menentukkan letak tanaman pada apartemen. Analisa cahaya matahari pada bangunan dilakukan pada tanggal 21 maret dan 23 September dimana matahari berada di lintang 0º. Bentuk gubahan massa akan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan cahaya matahari dimana jenis tanaman yang digunakan diantaranya 9 tanaman full sun (membutuhkan cahaya matahari minimal 6 jam) dan 2 tanaman part shade (membutuhkan cahaya matahari minimal 4 jam). Sehingga perbandingan kebutuhan area tanam bangunan yang disinari oleh matahari adalah 9:2. Seluruh tahapan analisa matahari pada bangunan dengan menggunakan software Ecotect terdapat pada lampiran 1. Pembentukan Massa Tahap 1

69 Gambar 4.8 Tahap 1 Gubahan Massa Bentuk massa awal yang akan digunakan adalah bentuk massa yang mengikuti bentuk tapak nya sendiri yang telah disesuaikan dengan peraturan GSB dan KDB yang ada. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan responsi bangunan terhadap bentuk tapak dan pemanfaatan lahan yang menjadi lebih maksimal dengan bentuk massa yang mengikuti bentuk tapak. Pembentukan Massa Tahap 2 Gambar 4.9 Tahap 2 Gubahan Massa Setelah mendapat bentuk massa awal, pada bagian dasar massa yang telah didapatkan dibuat lebih ke dalam, hal ini sesuai dengan beberapa aspek yang terdapat pada analisa tapak agar tapak dapat menerima kendaraankendaraan yang datang dari luar ke dalam tapak menjadi lebih leluasa, tidak menciptakan kemacetan pada dalam maupun luar tapak, juga terhindar dari kebisingan dan keramaian jalan raya yang terjadi.

70 Pembentukan Massa Tahap 3 Gambar 4.10 Tahap 3 Gubahan Massa Pada tahap ketiga ini, bagian atas dari massa bangunan diciptakan hal yang serupa dengan massa bangunan pada bagian bawah yang terjadi pada tahap 2. Dengan adanya kesamaan antara kedua sehingga tercipta keseimbangan antara bagian atas dan bawah bangunan. Bagian dasar dan atas bangunan dipisahkan oleh sebuah lantai yang lebih lebar dibandingkan dengan lantai lainnya sebagai penanda dan juga pemisah fungsi antara bagian bawah yang bersifat publik dan bagian atas yang bersifat private seperti yang ada pada zoning. Selain itu bagian bangunan yang lebih lebar terdapat pada lantai 2, sehingga memiliki fungsi lainnya yaitu dapat menaungi bangunan pada lantai dasar, dapat menaungi aktivitas-aktivitas yang terjadi pada lantai dasar dan menaungi kendaraan yang berada di dalam tapak (khususnya pada bagian drop off).

71 Pembentukan Massa Tahap 4 Gambar 4.11 Tahap 4 Gubahan Massa Kemudian pada tahap empat, bangunan bagian atas dibagi menjadi dua massa yang terpisah sesuai dengan zoning perancangan horizontal yang ada untuk memisahkan fungsi antara kantor dan apartemen. Bukan hanya massa pada bagian atas saja yang dipisah, melainkan massa bangunan pada bagian bawah juga dibuat terpisah. Pembagian bangunan menjadi dua massa terpisah ini membuat aktivitas yang terjadi pada kedua fungsi yang terdapat pada bangunan mixed-use menjadi terpisah dan tidak mengganggu satu sama lainnya. Massa bangunan yang terpisah membuat entrance dan drop off pada bangunan menjadi terpisah pula sesuai dengan tujuan pengguna bangunan terhadap bangunan mixed-use yang dituju. Bangunan yang berada pada bagian sebelah kiri (menurut gambar ini) akan berfungsi sebagai kantor, sedangkan bagian sebelah kanan berfungsi sebagai apartemen sesuai dengan beberapa aspek dari analisa tapak dan pembagian zoning yang telah dibuat.

72 Pembentukan Massa Tahap 5 Gambar 4.12 Tahap 5 Gubahan Massa Langkah selanjutnya yang diambil pada tahap lima ini adalah menyesuaikan kemiringan muka bangunan terhadap arah pencahayaan matahari, sehingga seluruh muka bangunan mendapatkan pencahayaan matahari secara langsung selama beberapa saat. Panjang atau lamanya penyinaran cahaya matahari secara langsung pada bangunan akan dianalisa pada tahap berikutnya dengan menggunakan software Ecotect. Hasil analisa lamanya penyinaran cahaya matahari terhadap bangunan akan mempengaruhi keputusan dan pertimbangan letak tanaman dan jenis tanaman yang dapat ditanam pada setiap sisi nya. Setiap muka bangunan dibuat miring dengan bentuk yang semakin keatas semakin mengecil, sehingga dapat menangkap cahaya matahari dengan waktu yang lebih panjang. Pembentukan muka bangunan tidak hanya dilakukan pada bagian apartemen saja, tetapi juga dilakukan pada bagian kantor sehingga kedua massa tetap terlihat menyatu.

73 Pembentukan Massa Tahap 6 Gambar 4.13 Tahap 6 Gubahan Massa Massa bangunan yang telah terbentuk pada tahap 5 dibagi menjadi 8 lapis sesuai dengan ketentuan dan peraturan bangunan yang berlaku. 8 lapis tersebut terdiri dari 1 lapis lantai dasar bangunan yang digunakan sebagai area penerima, kemudian lapis ke 2 merupakan massa yang lebih lebar dan menjadi pemisah antara bagian dasar dan tower bangunan. Kemudian kedua tower bangunan dibagi menjadi masing-masing 6 lapis. Pembentukan Massa Tahap 7 Gambar 4.14 Tahap 7 Gubahan Massa

74 Muka bangunan yang memiliki kemiringan pada tahap 6 dijadikan bertangga seperti terasering dengan menyesuaikan kemiringan yang ada sehingga setiap sisi bangunan tetap mendapatkan pencahayaan matahari secara langsung pada bangunan. Bentuk terasering pada bangunan menciptakan balkon-balkon yang akan menjadi area tanam penghuni apartemen pada setiap balkon lantai unit apartemen. Bentuk bangunan ini akan menjadi bentuk dasar penelitian panjang penyinaran cahaya matahari secara langsung pada bangunan. Pembentukan Massa Tahap 8 U B T S Gambar 4.15 Tahap 8 Gubahan Massa Pada tahap 8 Massa bangunan kantor diperkecil sedangkan massa bangunan hunian diperbesar. Hal ini bertujuan untuk menciptakan persentase luasan ruang sesuai dengan yang dibutuhkan pada program ruang dimana apartemen memiliki kebutuhan luasan ruang yang lebih banyak. Secara tidak langsung, hal ini berpengaruh terhadap luasan bidang penanaman pada bangunan apartemen.

Hasil penelitian perbandingan luas area balkon yang tercipta pada tahap 8 melalui adalah : 75 Tabel 4.6 Perbandingan Massa Tahap 8 Jam Penyinaran Lama Penyinaran Full Sun Luas Area (m²) Part Shade B 06.15-12.45 6 jam 30 menit 160 - S 06.15-12.30 6 jam 15 menit 115 - T 11.30-17.45 6 jam 15 menit 159 - U 08.00-17.45 9 jam 45 menit 139 - Total Luas Area untuk setiap jenis tanaman 570 - Perbandingan Jenis Tanaman 11 0 Setelah analisa dilakukan terhadap bangunan yang ada pada tahap 8, didapatkan bahwa keseluruhan bangunan ini mendapatkan pencahayaan matahari lebih dari 6 jam. Dimana panjang pencahayaan selama 6 jam dan lebih dari 6 jam merupakan pencahayaan yang dibutuhkan untuk jenis tanaman Full Sun, sehingga 2 jenis tanaman Part Shade yang ada tidak dapat tumbuh dengan baik karena mendapatkan cahaya matahari yang terlalu berlebih. Supaya tercipta area yang dapat ditumbuhi jenis tanaman Part Shade maka harus ada bagian bangunan yang dirubah sehingga panjang pencahayaan matahari langsung pada bangunan dapat berkurang diantara 3-6 jam sesuai dengan kebutuhan panjang pencahayaan yang dibutuhkan jenis tanaman Part Shade.

76 Pembentukan Massa Tahap 9 U B T S Gambar 4.16 Tahap 9 Gubahan Massa Dengan adanya perubahan yang dibutuhkan berdasarkan tahap 8, maka pada tahap 9 ini terdapat satu sisi bangunan apartemen yang dirubah. Sisi yang dirubah merupakan sisi selatan karena memiliki lama penyinaran yang paling mendekati berdasarkan kebutuhan jenis tanaman Part Shade, yaitu antara 3-6 jam dan merupakan sisi yang lebih kecil dibandingkan sisi lainnya sehingga sesuai dengan perbandingan jenis tanaman part shade yang lebih sedikit dibandingkan jenis tanaman full sun. Responsi bangunan terhadap pencahayaan matahari langsung pada sisi bangunan bagian selatan adalah dengan menambah massa bangunan pada bagian ujung dan semakin keatas semakin bertambah. Dengan adanya hal ini, bangunan bagian atas dapat menciptakan pembayangan pada bangunan dibawahnya, sehingga lama pencahayaan matahari langsung pada bangunan dapat diminimalisir dan menjadi lebih sesuai untuk penananaman jenis tanaman Part Shade.

Hasil penelitian perbandingan luas area balkon yang tercipta pada tahap 9 melalui adalah : 77 Tabel 4.7 Perbandingan Massa Tahap 9 Jam Penyinaran Lama Penyinaran Full Sun Luas Area (m²) Part Shade T 06.15-12.45 6 jam 30 menit 154 - S 06.15-10.00 3 jam 45 menit - 125 B 11.30-17.45 6 jam 15 menit 146 - U 08.00-17.45 9 jam 45 menit 135 - Total Luas Area untuk setiap jenis tanaman 435 125 Perbandingan Jenis Tanaman 8 3 Dengan bentuk gubahan massa tahap 9, terjadi perbedaan perbandingan luasan bidang untuk tanaman Full Sun dan Part Shade yang pada tahap sebelumnya 11:0 menjadi 8:3 seperti yang terlihat pada tabel 4.7. Jumlah ini membuat luasan lahan untuk jenis tanaman Part Shade menjadi bertambah pada sisi selatan dan membuat luasan lahan untuk jenis tanaman Full Sun berkurang. Tetapi perbandingan antara luas lahan untuk jenis tanaman Full Sun dan Part Shade sebesar 8 : 3 masih belum sesuai dengan perbandingan kebutuhan 9 : 2 yang diperlukan, sehingga perlu dilakukan penyesuaianpenyesuaian lagi pada beberapa bidang bangunan.

78 Pembentukan Massa Tahap 10 T U B S Gambar 4.17 Tahap 10 Gubahan Massa Supaya membuat luasan untuk tanaman Part Shade menjadi berkurang dan sesuai dengan perbandingan kebutuhan 9:2, maka bidang yang merupakan bidang untuk penanaman tanaman Part Shade, dibuat mengecil. Secara tidak langsung, dengan berkurangnya bidang penanaman tanaman Part Shade membuat bidang penanaman Full Sun menjadi bertambah. Dengan bentuk gubahan massa seperti pada gambar 4.17 dengan perbandingan luasan bidang untuk tanaman Full Sun dan Part Shade menjadi 9:2 (terdapat pada tabel 4.9). Jumlah ini sesuai dengan kebutuhan dari penggunaan jenis tanaman pada hunian apartemen, sehingga gubahan massa tahap 10 menjadi acuan pada skematik perancangan.

Berikut ini adalah gambar area bangunan apartemen yang terkena sinar matahari yang didapatkan dengan menggunakan software Ecotect : 79 Tabel 4.8 Pencahayaan Matahari pada Bangunan Jam Sisi Selatan-Timur Sisi Barat-Utara 06.15 09.00 12.00 15.00 17.45

80 Hasil penelitian panjang penyinaran matahari langsung pada setiap sisi bangunan yang didapatkan melalui software Ecotect adalah sebagai berikut : Gambar 4.18 Bangunan dan area penyinaran 1 Gambar 4.19 Bangunan dan area penyinaran 2 Gambar 4.18 menunjukkan sisi barat yang diwarnai dengan warna kuning dan sisi selatan bangunan dengan warna merah. Sedangkan gambar 4.19 menunjukkan sisi utara bangunan yang diwarnai dengan warna hijau dan sisi timur bangunan yang berwarna biru. Gambar 4.20 menunjukkan ke 4 sisi melalui bagian atas sehingga menunjukkan letak masing-masing warna pada hunian apartemen.

79 Gambar 4.20 Bangunan dan area penyinaran tampak atas Setiap sisi mendapatkan panjang penyinaran matahari langsung secara berbeda sesuai dengan arah orientasi sisi bangunan terhadap sudut arah cahaya matahari. Data panjang penyinaran dan perbandingan 9:2 yang didapatkan dijelaskan pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Perbandingan Massa Tahap 10 Jam Penyinaran Lama Penyinaran Luas Area (m²) Full Sun Part Shade B 11.30-17.45 6 jam 15 menit 285 - S 06.15-09.45 3 jam 30 menit - 176 T 06.15-12.15 6 jam 0 menit 279 - U 08.00-17.45 9 jam 45 menit 184 - Total Luas Area untuk setiap jenis tanaman 748 186 Perbandingan Jenis Tanaman 9 2

80 4.7 Analisis Sistem Struktur Gambar 4.21 Ilustrasi Balok Transfer Sumber : Ilustrasi Pribadi Penggunaan struktur pada perancangan bangunan ini merupakan sistem struktur portal yang biasa digunakan pada bangunan lainnya. Tetapi terdapat beberapa bagian dari bangunan ini yang menggunakan sistem balok transfer. Penggunaan balok transfer digunakan supaya dapat menyesuaikan dengan perancangan bangunan yang bentuknya merupai terasering, sehingga pada bagian bangunan yang bentuknya menyerupai terasering digunakan balok transfer yang sumbu nya berubah semakin mendekati inti struktur atau core yang berada di tengah bangunan. Jarak pergeseran kolom tidak memiliki jarak yang sama, namun setiap pergeseran disesuaikan jaraknya dengan bentuk bangunan dan memperhatikan efisiensi penggunaan ruang dan struktur pada bangunan.

81 4.8 Analisis Sistem Utilitas Bangunan 4.8.1 Pengolahan dan penyaluran air serta pembuangan limbah Gambar 4.22 Sistem Utilitas Air Bersih Jalur Distribusi air bersih menggunakan dua jenis reservoir, reservoir atas yang mendistribusikan air untuk lantai 1-8 sedangkan rservoir bawah yang mendistribusikan air untuk lantai basement. Air untuk penyiraman tanaman didapatkan melalui reservoir atas dengan distribusi air pada setiap lantai. Air untuk penyiraman tanaman didapatkan melalui air hujan dan blackwater yang dihasilkan oleh tanaman yang ada pada bangunan.

82 Gambar 4.23 Sistem Utilitas Pembuangan

83 4.8.2 Sistem PenyiramanTanaman Terdapat beberapa lapisan pada setiap balkon yang digunakan sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sistem penyiraman otomatis juga merupakan salah satu hal yang diperhatikan sehingga penghuni tidak perlu menyiram tanaman mereka setiap hari kecuali tanaman yang membutuhkan perlakuan khusus. Gambar 4.24 Sistem Penyiraman Pada bagian bawah balkon terdapat jalur utilitas untuk penyiraman tanaman secara otomatis. Terdapat sprinkler yang ditanam diantara bangunan yang terhubung dengan saluran drainase. Pada ujung balkon didekat railing terdapat saluran drainase yang dapat menampung air sehingga air yang tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman tidak meluap melainkan masuk ke saluran drainase yang airnya dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman.

84 4.8.3 Proteksi Kebakaran Sistem proteksi kebakaran berfungsi tempat perlindungan yang digunakan oleh pengguna bangunan apabila terjadi kebakaran atau situasi darurat. Proteksi kebakaran ini berupa proteksi aktif contohnya hidran dan sprinkler. Sprinkler disediakan setiap lantai dan adanya tangga darurat diharapkan mampu menanggulangi kejadian. Jarak radius maksimal untuk mencapai tangga darurat adalah 30 meter. Berikut adalah gambar letak tangga darurat pada bangunan beserta jarak dari bagian dari bangunan menuju tangga darurat : ± 21 m ± 25 m ± 27 m ± 20 m ± 28 m ± 28 m ± 23 m ± 27 m ± 30 m Gambar 4.25 Letak Tangga Darurat Tangga Darurat dibagi menjadi dua sisi terletak pada masing-masing tower bangunan. Tangga darurat yang berada di setiap massa bangunan letaknya

85 berada di tengah-tengah tower. Dengan letak sisi bangunan terhadap pintu masuk tangga darurat sejauh 30 m. 4.8.4 Penangkal Petir Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125 m. Gambar 4.26 Letak Penangkal Petir Perancangan ini memiliki 2 tower yang terpisah pada bagian kiri dan kanan, sehingga pada masing-masing tower diletakkan penangkal petir. Penangkal petir tersebut diletakkan pada bagian tengah dari masing-masing tower di lantai paling atas (atap). Jarak terjauh radius bangunan terjauh terhadap penangkal petir yang berada pada bagian tengah tower pada perancangan ini adalah sekitar 30 m. Yang masih berada dalam lingkup perlindungan penangkal petir yang digunakan.

86 4.8.5 Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah pada perancangan ini menggunakan sistem shaft yang menyediakan sebuah ruangan shaft dari lantai paling atas sampai dengan lantai dasar. Di setiap lantai apartemen terdapat shaft tersendiri untuk membuang sampah setiap penghuni apartemen. Gambar 4.27 Diagram Distribusi Pembuangan Sampah Gambar 4.28 Shaft Pembuangan Sampah Shaft pembuangan sampah pada bangunan ini terletak didalam core, dekat dengan letak transportasi vertikal. Sehingga setiap lantai memiliki 1 lubang shaft

87 yang dapat digunakan untuk membuang sampah ke tempat penampungan sementara yang terdapat pada bagian basement.