Pendahuluan. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

BAB V KEPUTUSAN INVESTASI

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 5 Penganggaran Modal

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

TEHNIK PENGANGGARAN BARANG MODAL (CAPITAL BUDGETING) Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak 1

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS. bahanajar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

METODE ACCOUNTING RATE OF RETURN (ARR)

Investasi dalam aktiva tetap

INVESTASI DALAM AKTIVA TETAP

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

METODE PENILAIAN INVESTASI. Jakarta, 20 Oktober 2005

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

BAB 14. Keputusan Investasi & Penganggaran Modal. Ekonomi Manajerial Manajemen

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB II LANDASAN TEORI

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Proudly present. Penganggaran Modal. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M

BAB IX Analisis Keputusan Investasi Modal

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI PENILAIAN EKSPANSI USAHA (Studi Kasus pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha sekarang ini, persaingan yang terjadi semakin ketat.

9 Universitas Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO

KONSEP PENILAIAN INVESTASI PADA RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH: SESILIA ODILIA FAU

KRITERIA PENILAIAN INVESTASI

Capital Budgeting. adalah proses pengambilan keputusan jangka panjang.

VII. RENCANA KEUANGAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

BAB 5 Capital Budgeting Dan Analisa Investasi

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha

TUGAS ASPEK KEUANGAN STUDI KELAYAKAN BISNIS. Dosen : Tita Borshalina, S.E, M.S.M.. Kelompok 8 Muhammad iqbal al-kahfi (0113u427)

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

BAB III LANDASAN TEORI

Penganggaran Modal. Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. Nurahasan Wiradjegha, S.E.,M.

STUDI KELAYAKAN BISNIS METODE PEMIILIHAN INVESTASI IRR, PI, NPV, DISCOUNT PI

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

BAB VI ASPEK KEUANGAN. proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan

MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS PENILAIAN INVESTASI DAN RESIKO INVESTASI

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP DENGAN TEKNIK CAPITAL BUDGETING (Studi Kasus Pada Po. Pion Transport Malang)

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Modal (Capital) menunjukkan aktiva tetap yang digunakan untuk produksi

ANALISIS CAPITAL BUDGETING UNTUK MENILAI KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP (Studi Pada CV. Alfa 99 Malang)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis.

Manajemen Keuangan. Keputusan Investasi. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha pada masa sekarang ini menuntut pelaku

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis di zaman globalisasi ini kian hari semakin ketat.

BAB XII PEMBELANJAAN KAPITAL

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENGUKUR KELAYAKAN INVESTASI (Studi Pada PT. Wahana Makmur Bersama Gresik)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba

BAB VI ASPEK KEUANGAN

Penganggaran Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan

BAB IV METODE PENELITIAN

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI. Nama : Aji Tri Sambodo NPM : Kelas : 3EA18

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

1. Studi Kelayakan Proyek. 2. Capital Budgeting. 3. Analisis Biaya-Volume-Laba

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

Pendahuluan Suatu program capital budgeting atau rencana investasi yang baik membutuhkan beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengambilan keputusan. Langkah-langkah tersebut adalah : 1) Penelitian dan penemuan adanya peluang investasi; 2) Pengumpulan data; 3) Evaluasi dan pengambilan keputusan; 4) Revaluasi dan penyesuaian. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi 1

Akuntansi Pembelanjaan Teknik Pengembangan Ide Pengumpulan Data Pengambilan Keputusan Hasil Penentuan Probabilitas Penentuan Ulang Probabilitas Revaluasi Capital Budgeting atau Rencana Investasi dapat dilakukan oleh investor sendiri maupun dengan menggunakan jasa dari Biro Konsultan. Namun laporan studi 2

kelayakan yang disusun oleh Biro Konsultan belum menjamin bahwa investasi dalam proyek yang dimaksud pasti berhasil. Hal ini berkaitan erat dengan asumsiasumsi yang digunakan dalam penyusunan Feasibility Study. Kelemahan-kelemahan yang sering dijumpai dalam laporan kelayakan dari suatu proyek/investasi antara lain : a. Dalam menganalisa pasar, proyeksi permintaan sering dilakukan atas dasar permintaan potensial (potential demand), seharusnya dari permintaan efektif (effective demand). b. Akibat dari kekurangan data, maka proyeksi disusun terlalu optimis, baik biaya maupun pemasaran. c. Pengambilan keputusan atas pemberian kredit investasi pada umumnya memakan waktu, sehingga studi kelayakan yang diajukan ke bank sudah out of date atau kadaluwarsa. Penilaian Kelayakan Investasi dilihat dari Aspek Keuangan 3

Suatu investasi merupakan pengadaan barang-barang modal dan atau jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek baik proyek baru, rehabilitasi, modernisasi, ataupun ekspansi, penelitian dan pengembangan. Lebih luas lagi suatu investasi dapat diartikan sebagai penanaman baru ke dalam masyarakat untuk menghasilkan suatu barang dan atau jasa. Kredit yang diberikan untuk membiayai suatu investasi disebut Kredit Investasi. Penilaian kelayakan investasi ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Dana yang tertanam dalam modal investasi lebih lama dari pada untuk membiayai modal kerja. b. Pengembalian pinjaman investasi berasal dari proceeds atau net cash in flow, yaitu laba bersih ditambah dengan penyusutan. c. Risiko lebih tinggi karena dana yang tertanam dalam jangka panjang. d. Jaminan utama dari proyek yang dibiayai dalam bentuk barang modal. 4

Keberhasilan pemberian pinjaman untuk keperluan investasi tidak terlepas dari keberhasilan proyek yang dibiayainya. Suatu proyek dikatakan berhasil apabila proyek tersebut mampu memperoleh hasil yang cukup sehingga dapat hidup dan berkembang serta bermanfaat, baik untuk bank, investor maupun masyarakat. Penilaian kelayakan atas suatu investasi, pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh RISIKO yang mungkin timbul atas dana yang diinvestasikan. Oleh karena itu dilihat dari aspek keuangan, investasi dalam suatu proyek harus profitable : dalam arti proyek tersebut dapat menghasilkan keuntungan, sehingga mampu mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya. Beberapa Permasalahan 5

Masalah utama dalam penilaian aspek keuangan terhadap kelayakan investasi adalah : a. Bagaimana meneliti rencana pembiayaan investasi yang telah tersusun. b. Sampai sejauh mana investasi tersebut dari aspek keuangan (cash flow)dapat memperoleh hasil yang cukup, sehingga mampu mengembalikan dana yang tertahan, membayar kembali pinjaman dan bunganya. 6

Secara garis besar, biaya/pengeluaran untuk investasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 unsur, yaitu : a. Pengeluaran Fisik Merupakan pengeluaran untuk pengadaan barang, misalnya tanah, bangunan, mesin-mesin, alat pengangkutan, inventaris, dan lain-lain. Biaya physik ini sendiri dibedakan menjadi : - Import Content, yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk barang-barang yang harus diimpor dari luar negeri. - Local Content, yaitu pengeluaran untuk barang-barang yang dapat diperoleh di dalam negeri. b. Pengeluaran Nonfisik Merupakan pengeluaran untuk biaya perizinan, biaya notaris, biaya konsultan, biaya tenaga kerja selama masa konstruksi dan biaya non barang lainnya. 7

c. Bunga dalam Masa Konstruksi (IDC) Merupakan pengeluaran untuk pembayaran bunga selama masa pembangunan proyek (Interest During Construction). Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, bunga masa konstruksi ini diatur sebagai berikut : - bagi perusahaan baru dapat dimasukkan dalam biaya proyek; dengan perkataan lain dapat diberikan kredit investasi. - bagi perusahaan yang sudah berjalan dan kredit investasi dipergunakan dalam rangka perluasan/rehabilitasi serta perusahaan dinilai mampu, maka bunga yang dimaksud harus dibayar efektif oleh nasabah. d. Pengeluaran untuk masa Trial Run Merupakan seluruh biaya yang diperlukan untuk mengadakan percobaan hasil produksi sebelum perusahaan melakukan produksi komersial. Hal - hal lain yang perlu diperhatikan dalam rencana pembiayaan investasi adalah : 8

a. Adanya larangan untuk membiayai komponen-komponen proyek tertentu. b. Ketentuan besarnya penyertaan pembiayaan nasabah (self financing) yang didasarkan pada prioritas atau tidaknya proyek yang akan dilaksanakan. c. Adanya sumber pembiayaan lain diluar kredit bank dan dana sendiri. Beberapa Teknik Untuk Mengukur Kelayakan Suatu Investasi Dilihat Dari Aspek Keuangan 9

a. Metode Pay Back Period Pay Back Period adalah periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceed atau net cash inflow. Sesudah pay back period tersebut dihitung, maka tahap berikutnya adalah membandingkan pay back period dari investasi yang diusulkan tersebut dengan maximum pay back period yang dapat diterima. Apabila pay back period dari investasi yang diusulkan lebih pendek daripada umur proyek, maka rencana investasi tersebut dapat dikatakan viable. Sebaliknya kalau lebih panjang, maka rencana investasi tersebut tidak viable. Contoh 1 : 10

Nilai investasi suatu proyek sebesar Rp. 10.000.000,00. Umur proyek 5 tahun. Pola cash flow dari proyek tersebut adalah sebagai berikut : Tahun 1 2 3 4 5 Cash Inflow Rp. 5.000.000,00 Rp. 5.000.000,00 Rp. 2.000.000,00 Rp. 1.000.000,00 Rp. 500.000,00 Payback Period = 2 tahun. Cara menghitung adalah : 11

Nilai investasi 10.000.000,00) (Rp. Cash inflow tahun ke-1 Rp. 5.000.000,00 5.000.000,00) (Rp. Cash inflow tahun ke-2 Rp. 5.000.000,00 0 ============= Umur proyek 5 tahun, payback period yang dibutuhkan hanya 2 tahun. Jadi dengan menggunakan metode ini, maka proyek viable untuk dibiayai. 12

Contoh 2 : Suatu proyek membutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 10.000.000,00. Umur proyek 5 tahun. Pola cash flow sebagai berikut : Tahun 1 2 3 4 5 Cash Inflow Rp. 2.000.000,00 Rp. 2.000.000,00 Rp. 2.000.000,00 Rp. 6.000.000,00 Rp. 13

6.000.000,00 Perhitungan Payback Period : Nilai investasi (Rp. 10.000.000,00) Cash inflow Tahun ke-1 Rp. 2.000.000,00 (Rp. 8.000.000,00) Tahun ke-2 Rp. 2.000.000,00 (Rp. 6.000.000,00) Tahun ke-3 Rp. 2.000.000,00 14

(Rp. 4.000.000,00) Tahun ke-4 Rp. 6.000.000,00 Surplus Rp. 2.000.000,00 ============= Cash inflow untuk tahun ke-4 Rp. 6.000.000,00 dibutuhkan untuk menutup payback period pada tahun keempat cukup dibutuhkan waktu : 4.000.000 6.000.00 0 X 12 bulan = 8 bulan. Jadi payback period = 3 tahun 8 bulan. Dan masih lebih pendek dari umur proyek. Dengan demikian proyek layak untuk dibiayai. Cash flow sesudah masa payback period tercapai, diabaikan. 15

Contoh 3 : Suatu investasi dan apabila pada cash flow yang diharapkan sama, sebagai berikut : Tahun Nilai Investasi Cash Flow Tahunan 1 Rp. 12.000.000,00 0 2 4.000.000 3 4.000.000 4 4.000.000 16

5 4.000.000 Payback period = Rp. 12.000.000 / Rp. 4.000.000 = 3 tahun Apabila cash flow tidak seragam, maka digunakan perhitungan payback period sebagai berikut : Nilai investasi misalnya Rp. 20.000.000,00. Tahun Nilai Investasi (Rp. 000) Cash Flow (Rp. 000) Cash Flow Kumulatif (Rp. 000) 0 20.000 0 0 1 8.000 8.000 17

2 6.000 14.000 3 4.000 18.000 4 2.000 20.000 5 2.000 22.000 Payback period = 4 tahun. Contoh 4 : Tahun Nilai Investasi (Rp. 000) Cash Flow (Rp. 000) Cash Flow Kumulatif (Rp. 000) 0 0 0 1 Rp. 13.000 5.000 5.000 2 5.000 10.000 3 5.000 15.000 18

4 5.000 20.000 Karena sifatnya cash flow seragam, maka payback period dapat dihitung : Rp. 13.000 / 5.000 = 2,6 tahun. ====== Kelebihan metode Payback Period : 1. Konsepnya mudah untuk dimengerti. 2. Mudah dihitung. 3. Menekankan segi likuiditas. 4. Interpretasi secara terang/jelas. Kelemahan-kelemahan prinsipiil metode ini adalah : 1. Metode ini mengabaikan proceed yang diperoleh setelah masa payback period tercapai. 19

2. Metode ini mengabaikan time value of money. b. Metode Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) dimaksudkan untuk mengukur nilai bersih dari proyek setelah jangka waktu tertentu dari pelaksanaan proyek. Net Present Value adalah selisih antara cash inflow dengan cash outflow. Untuk menghitung NPV, maka cash flow / proceed harus didiskontokan atas dasar biaya modal (cost of capital) atau rate of return yang diharapkan, NPV dapat dirumuskan sebagai berikut : n CIF t - COF t 20

NPV = t = 0 (1+i) t atau n NCF t NPV = t = 0 (1+i) i NPV = Net Present Value CIF t = Cash Inflow COF t = Cash Outflow i = tingkat bunga t = tahun n = jangka waktu proyek NCF = Net Cash Inflow = CIF COF 21

NPV > 0 = NPV < 0 = Proyek bermanfaat Proyek tidak bermanfaat Dalam evaluasi suatu proyek, bilamana NPV > 0, berarti proyek mempunyai manfaat / keuntungan yang lebih besar dari jumlah pengorbanan (investasi) yang dikeluarkan. Bilamana NPV = 0, maka pada tingkat discount rate yang diperhitungkan besarnya manfaat / keuntungan sama besarnya dengan tingkat pengorbanan. Sedangkan bilamana NPV < 0, berarti besarnya pengorbanan lebih besar dari manfaat / keuntungan yang diperoleh. Jadi proyek tidak layak untuk dibiayai. 22

Contoh 1 : Suatu usulan proyek untuk pembelian mesin dengan harga Rp. 250 juta. Umur mesin 5 tahun. Depresiasi menggunakan metode garis lurus. Rate of return yang diminta sebesar 20%. Estimasi laba setiap tahun : Asumsi bahwa anda telah menyusun rugi laba proforma untuk lima tahun. Rugi laba proforma sebagai berikut : T A H U N 1 2 3 4 5 Penjualan 120 600 1.480 1.000 400 Harga pokok penjualan 72 360 888 600 240 Laba kotor 48 240 592 400 160 Biaya penjualan 6 30 74 50 20 Biaya administrasi umum 12 60 148 100 40 Penyusutan 50 50 50 50 50 Biaya bunga (diabaikan) ---------------------------------------------------------------------------- 23

Laba bersih sebelum pajak (20) 100 320 200 50 P a j a k 50 160 100 25 ---------------------------------------------------------------------------- Laba bersih 50 160 100 25 Cash Flow : Laba bersih 50 160 100 25 Penyusutan 50 50 50 50 50 ---------------------------------------------------------------------------- Cash Flow 50 100 210 150 75 ====================================== Perhitungan Net Present Value : Tahun NCIF DF 20% P.V 1 50.8333 41.665 2 100.6944 69.440 3 210.5787 121.527 4 150.4823 72.345 5 75.4019 30.143 Total Present Value 335.120 Biaya Investasi 250.000 24

Net Present Value + 85.120 ======= Atas dasar perhitungan dengan menggunakan metode Net Present Value, maka usulan proyek tersebut layak untuk dibiayai karena menghasilkan NPV = Rp. 85.120,00. ====== Contoh 2 : Sebuah proyek (A) dilaksanakan dalam jangka waktu 7 tahun dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.300 juta yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu : - tahun 0 : Rp. 800 juta - tahun 1 : Rp. 500 juta Biaya operasional yang dikeluarkan tiap tahun rata-rata Rp. 300 juta. Dari hasil penanaman modal tersebut mendapatkan hasil sebesar : 25

- tahun 1 : Rp. 100 juta - tahun 2 : Rp. 200 juta - tahun 3 s.d 7: rata-rata Rp. 1.000 juta. Bila diperhitungkan discount rate sebesar 15%, berapakah NPV proyek tersebut? Perhitungan NPV dengan menggunakan Tabel berikut : Tahun Cash Outflow Inv. Biaya Jumlah Manfaat/ Cash inflow Net benefit Disc. Rate (15%) Net Present Value 0 800-800 - - 800 1.000-800 1 500 300 800 100-700 0.8696-609 2-300 300 200-100 0.7561-76 3-300 300 1.000 + 700 0.6575 + 460 26

4-300 300 1.000 + 700 0.5718 + 400 5-300 300 1.000 + 700 0.4972 + 348 6-300 300 1.000 + 700 0.4323 + 303 7 300 300 1.000 + 700 0.3759 + 263 1.300 2.100 3.400 5.300 + 1.900 - + 289 Annualized Net Present Value Bilamana nilai manfaat bersihnya (net benefit / net cash flow) besarnya tiap tahun adalah sama (konstan), maka dapat digunakan perhitungan berdasarkan nilai anuited-nya. Contoh 3 : Sebuah perusahaan (B) dengan perkembangan net cash flow-nya sebagai berikut : 27

Tahun Net Cash Flow Discount Factor (10%) Present Value Annuity Factor (10%) Present Value 1 2 3 4 5 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 0.909 0.826 0.751 0.683 0.621 1.818 1.653 1.503 1.366 1.242 - - 3.791 - - - - 7.582 - - 10.000-7.582-7.582 Nilai sekarang bersih anuited dari proyek (B) dapat dihitung sebagai berikut : NPVa = (2.000) x (3,791) = 7.582,00 28

Contoh 4 : Proyek (C) dengan nilai investasi sebesar Rp. 10.000 juta dan menghasilkan ratarata pendapatan tiap tahun Rp. 4.000 juta untuk selama 6 tahun. Proyek tersebut diproyeksikan tidak mempunyai nilai sisa (salvage value) pada akhir tahun. Bilamana diinginkan rate of return 16%, berapa NPV dari proyek (C) tersebut? 6 4.000 NPV = - 10.000 29

t = 1 (1 + 0,16) 6 = (4.000) (3,6847) - (10.000) = 4.739,00 Atau dapat dibuat tabel berikut : Tahu n Cash Flow DF 16% P.V 0-10.000 1,000-10.000 1-6 + 4.000 3,6847 + 14.739 30

NPV = 4.739 ====== Gambaran dari proyek (C) dilihat dari berbagai tingkatan discount rate mulai dari 0% sampai dengan 40% adalah sebagai berikut : 31

Discount Annual Discounted Project N P V rate cash cash inflow cost inflow 0% 4.000 24.000 10.000 14.000 5% 4.000 20.303 10.000 10.303 10% 4.000 17.421 10.000 7.421 15% 4.000 15.138 10.000 5.138 20% 4.000 13.302 10.000 3.302 25% 4.000 11.806 10.000 1.806 30% 4.000 10.571 10.000 0.571 35% 4.000 9.541 10.000-0.459 40% 4.000 8.672 10.000-1.328 Tabel tersebut di atas secara grafis dapat digunakan sebagai berikut : 32

40% 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0-2000 0% 10% 20% 30% 40% 50% 40% Metode Benefit and Cost Ratio (BCR) 33

Yang dimaksud dengan benefit dalam hal ini adalah present value daripada danadana yang mampu dihimpun oleh proyek yang dimaksud. Sedangkan yang merupakan cost adalah biaya proyeknya atau present value dari pengeluaran dana / modal yang dilaksanakan. Dengan demikian BCR atau profitability index tidak lain adalah perbandingan antara present value dari dana yang dihimpun disatu pihak dengan biaya proyek di lain pihak. BCR = n t= 0 n t= 0 CIFt (1 + i)t COF t (1 + i)t Pl = Profitability Index CIF = Cash Inflow COF = Cash Outflow t = Jangka waktu i = Tingkat bunga 34

Hubungan NPV dan BCR Hubungan antara NPV dan BCR (atau PI) beserta tingkat rate of return yang diharapkan adalah sebagai berikut : N P V B C R Expected Return Negatif Nol (0) Positif < 1 = 1 > 1 Dibawah harapan Sesuai dengan harapan Lebih besar dari yang diharapkan 35

Contoh : Tiga buah proyek A, B, dan C dengan gambaran sebagai berikut : Proyek A Proyek B Proyek C PV outflow 10.000 30.000-18.000 PV inflow + 10.281 + 32.040 + 19.742 Manakah proyek yang peringkatnya lebih baik? Proyek A N P V B C R Peringkat 281 1,028 3 Proyek B 2.040 1,068 2 Proyek C 1.742 1,096 1 Internal Rate of Return ( IRR ) 36

IRR adalah merupakan rate of return atas investasi bersih suatu proyek pada jangka waktu tertentu. IRR menunjukkan tingkat discount rate yang diperhitungkan pada tingkat NPV = 0, dengan demikian IRR dapat dirumuskan sebagai berikut : IRR = NPV = 0 n NCF = = 0 t= 0 (1 + i)t Dalam mencari IRR, dapat dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error) atau mencari tingkat discount rate yang mendekati hasil NPV = 0 atau tingkat discount rate 37

yang menghasilkan NPV positif dan NPV negatif yang perbedaannya terkecil. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka dapat diperhitungkan tingkat IRR dengan perhitungan formula berikut : NPV 1 IRR = i1 + (i2 i1) (NPV 1 NPV 2) i 1 = tingkat bunga rendah i 2 = tingkat bunga tinggi Contoh 1 : 38

Suatu perusahaan ingin mempertimbangkan perluasan kemampuan usahanya dari produksi yang ada. Nilai investasi yang dibutuhkan mencapai kapasitas ekstra tersebut sebesar Rp. 7.000.000.000,00. Rate of return yang diharapkan 12%. Estimasi net cash flow dengan asumsi umur proyek 6 tahun adalah sebagai berikut : Tahu 1 2 3 4 5 6 Net Cash Inflow (Rp. jutaan) 2.000 2.000 2.000 2.000 1.000 1.000 39

Pada tahun keenam diasumsikan nilai residu (salvage value = 0). Hitunglah Net Present Value dan IRR! Tahu N C F (Rp. 000) PV Facto rs 12% PV (Rp 000) PV Factors 13% PV (Rp 000) 1 2 3 4 5 6 2.000.00 0 2.000.00 0 2.000.00 0 2.000.00 0 3,037 0,567 0,507 6.07400 0 567.000 507.000 2,974 0,543 0,480 5.948.0 00 543.000 480.000 1.000.00 0 1.000.00 0 40

Total Present Value 7.148.0 00 Project Cost 7.000.0 00 6.971.0 00 7.000.0 00 Net Present Value 148.000 29.000 148.000 IRR = 12% = (13 12) ------------- % = 12,84% 177.000 Contoh 2 : Dengan menggunakan contoh perhitungan yang ada dalam Tabel 6, maka dapat kita hitung tingkat IRR sebagai berikut : Tahun 0 1 2 Net Benefit - 800-700 - 100 DF 15% P V DF 25% P V 1,000 0,8696 0,7561-800 - 609-76 1,0000 0,8000 0,6400-800 - 560-64 41

3 4 5 6 7 + 700 + 700 + 700 + 700 + 700 0,6575 0,5718 0,4972 0,4323 0,3579 + 460 + 400 + 348 + 303 + 263 0,5120 0,4090 0,3277 0,2621 0,2097 + 358 + 287 + 229 + 183 + 147 + 1.900 + 289-220 Dengan menggunakan formula perhitungan tersebut, dapat dihitung tingkat IRR dari proyek A sebagai berikut : NPV 1 IRR = i 1 + -------------------- (i 2 - i 1 ) (NPV 1 - NPV 2 ) 289 = 15 + ---------------------- (25-15) 289 - ( - 220) 42

= 15 + 5,67 = 20,67% IRR = Internal Rate of Return NPV 1 = Net Present Value (1) NPV 2 = Net Present Value (2) i = Discount factor Hubungan NPV, Net B/C dan IRR Dalam pemilihan suatu proyek pertimbangan atas dasar NPV dan IRR perlu dilihat secara menyeluruh berdasarkan tingkat discount faktor yang akan dipertimbangkan atau return yang diharapkan akan diperoleh. Contoh 3 : 43

Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp. 1 milyar yang dapat digunakan untuk mendirikan proyek A atau B dengan kondisi sebagai berikut : - Proyek A selesai untuk 1 tahun dan akan memberikan benefit pada akhir tahun kesatu sebesar Rp. 1,5 milyar. - Proyek B selesai untuk jangka waktu 2 tahun dengan memberikan benefit pada akhir tahun kedua sebesar Rp. 1.7 milyar. Proyek mana yang akan dipilih bilamana diperhitungkan tingkat discount rate sebesar 10%? Kalau tingkat risiko yang harus dapat di-cover (tingkat bunga modal, inflasi) diperkirakan sebesar 25% proyek mana yang menguntungkan? Dalam hal ini perlu dipergunakan cross over discount rate, yaitu dalam posisi proyek dengan tingkat NPV dan Net B/C yang sama pada suatu tingkatan discount rate tertentu. Kembali pada contoh tersebut di muka, maka gambarannya adalah sebagai berikut : 44

Discount Rate (%) NPV Proyek A NPV Proyek B Perbandingan NPV-B / NPV-A 0 5 10 13.3 15 20 25 30 35 40 50 500 429 364 324 304 250 200 154 111 71 0 700 542 405 324 285 181 88 6 negatif negatif negatif 1,40 1,26 1,11 1,00 titik 0,94 cross over 0,72 0,44 0,04 negatif negatif negatif Dari tabel tersebut, dapat digambarkan secara grafik titik cross over pada tingkat discount rate sebesar 13,3% sebagai berikut : 45

NPV 800 700 600 500 400 300 200 100 0 324 0 5 10 13,3 15 20 25 30 35 40 50 Discount Rate % NPV Proyek A NPV Proyek B Kembali pada pertanyaan di atas, yaitu untuk tingkat discount rate sebesar 10% proyek yang menguntungkan adalah proyek B, dan bilamana tingkat risiko yang diperhitungkan adalah sebesar 25%, maka proyek yang menguntungkan adalah Proyek A. 46

4. Umur Investasi Yang dimaksud dengan umur investasi dalam hal ini adalah perkiraan sampai beberapa lama investasi tersebut dapat berproduksi (menghasilkan). Umur proyek tersebut biasanya dibedakan atas : a. Umur Ekonomis : biasanya ditentukan atas perkiraan sampai kapan proyek secara ekonomis masih dapat berproduksi. Jadi lebih ditekankan pada masalah efisiensi. b. Umur Teknis : lebih melihat dari segi kenyataan sampai kapan investasi tersebut secara teknis dapat digunakan untuk berproduksi, terlepas dari masalah efisiensi atau tidaknya. Dalam kaitannya dengan menghitung viabilitas investasi, dasar penentuan umur investasi yang digunakan adalah umur ekonomis untuk keperluan intern perusahaan (bukan untuk keperluan pajak). 47

5. Dana Yang Dapat Dihimpun (Proceed) Besarnya dana yang dapat dihimpun pada dasarnya terdiri dari dua unsur pokok, yaitu : a. Pendapatan setelah pajak (Net Income After Tax). b. Biaya-biaya tidak tunai (Non Cash Expenses) seperti misalnya biaya penyusutan aktiva tetap, amortisasi, dan lain-lain. Untuk keperluan tersebut, terlebih dahulu harus disusun proyeksi perhitungan laba-rugi (projected income statement). Besarnya Kredit Yang Dapat Diberikan Perhitungan viabilitas investasi yang telah diuraikan dalam bab terdahulu, hanya dimaksud untuk menentukan apakah bank bersedia memberikan kredit atau tidak, apabila proyek viable berarti dapat dilanjutkan dengan pembiayaan bank. Namun 48

sebaliknya, apabila proyek tidak viable sebaiknya bank tidak membiayainya. Jadi perhitungan viabilitas tersebut tidak dimaksudkan untuk menentukan besarnya kredit investasi yang dapat diberikan. Adapun besarnya kredit investasi yang dapat diberikan akan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : a. Besarnya dana yang diperlukan untuk investasi dalam proyek Yang dimaksud dengan dana yang diperlukan untuk investasi tersebut adalah semua biaya yang diperlukan untuk membangun proyek yang dimaksud sampai siap untuk beroperasi, termasuk pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan masa percoban. 49

b. Adanya larangan untuk membiayai komponen-komponen proyek tertentu Sesuai dengan ketentuan kredit investasi tidak dapat diberikan untuk pembelian kendaraan, alat-alat / investaris kantor, pembangunan rumah-rumah pegawai, gedung-gedung dan barang-barang lain yang tidak secara langsung diperlukan untuk proyek. c. Ketentuan besarnya penyertaan pembiayaan nasabah (self financing) Besarnya penyertaan nasabah (self financing) akan ditentukan oleh prioritas atau tidaknya proyek yang diusulkan serta golongan kredit investasinya. d. Adanya sumber pembiayaan lain di luar kredit bank dan dana sendiri Sesuai dengan ketentuan, nasabah dari suatu bank yang kredit investasinya belum lunas, tidak boleh mendapat kredit dari pihak lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari bank pemberi kredit investasi yang bersangkutan, kecuali kredit yang lazim 50

dalam kegiatan perdagangan. Dengan demikian yang dimaksud sumber pembiayaan lain di luar kredit bank dan dana sendiri tersebut adalah berupa pembiayaan dari luar negeri yang umumnya terjadi proyek AID, dimana untuk import-content lazimnya dibiayai dengan kredit luar negeri tersebut. Apabila terjadi hal yang demikian, maka maksimal kredit investasi yang dapat diberikan oleh bank adalah jumlah biaya proyek setelah dikurangi bagian self financing nasabah dan pembiayaan dari sumber lain tersebut. Sebagai contoh, misalnya : - Total biaya proyek = Rp. 500 juta - Ketentuan penyediaan self financing = 20% - Kredit luar negeri = Rp. 150 juta - Maksimal kredit investasi yang dapat diberikan : Rp. 500 juta - (Rp. 100 juta + Rp. 150 juta) = 250 juta 51

Skala Penarikan dan Skala Pelunasan Apabila bank sudah sampai pada kesimpulan bersedia untuk memberikan fasilitas kredit investasi dan besarnya kredit sudah ditentukan, maka masalah pokok selanjutnya adalah menetapkan persyaratan-persyaratan kredit yang telah disetujui. Di antara sekian banyak persyaratan yang ditetapkan, maka penetapan skala penarikan maupun skala pelunasan merupakan masalah penting yang perlu diperhatikan. a. Skala Penarikan Masalah penting yang harus diperhatikan di dalam menetapkan skala penarikan adalah bahwa skala penarikan harus sesuai dengan kebutuhan pembangunan proyek. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu disusun rencana pembangunan proyek yang menggambarkan tahap-tahap pengeluaran uang baik untuk 52

pengeluaran lokal, pengadaan barang melalui impor, pengeluaran untuk tenaga kerja dan jasa lainnya, maupun untuk kebutuhan masa trial run. Jadi yang dimaksudkan dengan rencana pembangunan dalam hal ini bukanlah semata-mata terdiri dari tahap-tahap pembangunan physik, tetapi meliputi pula tahap-tahap pengeluaran uang bagi proyek yang bersangkutan dan biasanya tahap-tahap pengeluaran uang tidak selalu sama dengan tahap perkembangan physik proyek, karena sebelum terpasang pada proyek, biasanya nasabah sudah melakukan pengeluaran-pengeluaran uang baik untuk pembelian bahan-bahan, tenaga kerja, jasa dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam meneliti rencana pembangunan, ada 2 hal yang harus diperhatikan dan dijadikan titik-tolak dalam menetapkan skala penarikan, yaitu saat pengeluaran dan besarnya pengeluaran pada setiap tahapan. b. Skala Pelunasan Skala pelunasan adalah daftar yang memuat rencana pelunasan suatu pinjaman baik pelunasan hutang pokok maupun hutang bunga. Untuk dapat menyusun skala pelunasan tersebut, terlebih dahulu perlu disusun apa yang disebut Proyeksi 53

Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Projected Cash Flow). Selain project income statement, minimal selama masa laku kredit investasi tersebut. Penyusunan projected cash flow biasanya dapat dilakukan dengan berbagai cara atau bentuk, namun biasanya secara garis besarnya dapat dibagi dalam 3 sektor, yaitu : Proyeksi Penerimaan Proyeksi penerimaan biasanya disusun berdasarkan atas pendapatan setelah pajak dan biaya-biaya noncash seperti penyusutan, amortisasi dan sebagainya. Jumlah tersebut adalah merupakan dana yang dapat dihimpun. Apabila diperkirakan ada penerimaan-penerimaan lain seperti penjualan aktiva tetap dan sebagainya, harus dimasukkan pula dalam sektor ini. Proyeksi Pengeluaran Dalam sektor ini dimasukan proyeksi pengeluaran-pengeluaran perusahaan di luar biaya operasional yang sudah dimasukkan dalam projected income statement. Namun apabila tidak memungkinkan untuk memproyeksikan pengeluaran-pengeluaran tersebut, maka cukup apabila dicadangkan saja 54

berdasarkan prosentase tertentu dengan memperhatikan debt service ratio yang wajar. Debt service ratio adalah perbandingan antar dana terhimpun dengan dana yang diperuntukkan bagi pelunasan. Dalam praktek, seringkali terjadi penunggakan-penunggakan pembayaran oleh nasabah, apabila semua dana yang terhimpun dipergunakan untuk pelunasan, karena umumnya perusahaan juga mempunyai pengeluaran-pengeluaran lain di luar pengeluaran untuk pelunasan kredit. Oleh karena itu tidak semua dana yang dapat dihimpun harus digunakan untuk pelunasan kredit. Rencana Pelunasan Kredit (Pokok dan Bunga) Selisih antara proyeksi penerimaan dengan proyeksi pengeluaran setelah ditambah dengan saldo awal kas, akan merupakan dana yang tersedia untuk pelunasan (hutang dan bunga). 55

Atas dasar projected cash flow tersebut kepada nasabah, perlu dibuatkan daftar / skala pelunasan tersendiri yang dipakai sebagai dasar atau pegangan, baik bagi bank maupun nasabah dalam mengikuti pelaksanaan pelunasan kredit. Untuk itu daftar / skala pelunasan tersebut harus dilampirkan pada Perjanjian Kredit (PK) yang ditandatangani bersama antara bank dengan nasabah dan sekaligus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari persetujuan kredit. 56

Projected Income Statement Projected income statement merupakan proyeksi laba rugi yang disusun atas dasar rencana usaha yang ingin dicapai. Pada dasarnya penyusunan proyek ini tidak berbeda dengan penyusunan laba rugi namun lebih singkat (ringkas). 57

LATIHAN 1. Ada 4 proyek A, B, C, dan D yang masing-masing jumlah investasi dan estimasi ROR yang berbeda-beda sebagai berikut : Nama Proye k A B C D Jumlah investasi Yang diperlukan Rp. 600 juta Rp. 500 juta Rp. 300 juta Rp. 700 juta Estimasi ROR 15% 17% 18,5% 19% 58

2. Jika cost of capital sebesar 18%, maka usulan proyek yang feasible adalah : a. proyek A b. proyek B c. proyek C d. proyek C dan proyek D. 3. Proyek A Proyek B Present value of net cash flows Rp. 650 juta Rp. 500 juta Initial cash outlay Rp. 500 juta Rp. 450 juta Net present value Rp. 150 juta Rp. 50 juta Profitability index 1,3 1,11 59

Sesuai dengan data tersebut di atas, maka usulan proyek a. A ditolak. b. B ditolak. c. A dan B ditolak. d. A dan B diterima. 4. Jika NPV positif sebesar Rp. 15 juta dari interest rate 17%, dan NPV negatif Rp. 2 juta dari interest 19%, maka besarnya IRR adalah : a. 17,76% b. 18,76% c. 19,76% d. 16,76% 60

5. Suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan net cash flow, disebut : a. net present value b. internal rate of return c. accounting rate of return d. payback 6. Profitability index dapat dihitung dengan cara membandingkan antara present value dari proceeds dengan : a. net sales. b. Gross sales. c. EBIT. d. Nilai investasi. 61

7. Jika anda akan mempertimbangkan 3 jenis usulan proyek dengan data sebagai berikut : Proye k In. Investme nt Cash Flow Thn. 1 Thn. 2 Thn. 3 Thn. 4 Thn. 5 A B C 55.000 53.200 54.120 16.02 1 16.24 9 16.021 16.249 15.388 16.021 16.249 15.388 16.021 16.249 15.388 16.021 16.249 15.388 15.38 8 Target Rate of Return on Equipment 12% untuk setiap jenis, maka apabila menggunakan metode IRR, proyek mana yang akan dipilih? a. Proyek A. b. Proyek B. 62

c. Proyek C. 8. Dengan menghitung NPV, IRR dan Payback Period dari cash flow dan kedua proyek berikut, nama yang anda pilih, apabila target rate of return sebesar 15%? Proyek X Y In. Investment 127.000 140.000 Thn. 1 Thn. 2 Thn. 3 Thn. 4 45.000 40.000 45.000 52.000 45.000 50.000 55.000 60.000 a. Proyek X b. Proyek Y 63

9. Suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli 3 buah peralatan baru (mutually exclusive equipment). Initial outlay dan net cash flow after tax sebagai berikut : Proye k In. Investme nt Expected Cash Flow Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 1 Rp. 8.000 Rp. 2.000 Rp. 6.000 Rp. 2.000 2 Rp. 8.200 Rp. 2.500 Rp. 5.400 Rp. 2.300 3 Rp. 7.900 Rp. 2.220 Rp. 5.700 Rp. 1.825 Dengan menggunakan NPV Criterion, dan target rate 14%, proyek mana yang anda pilih? a. Proyek 1. b. Proyek 2. 64

c. Proyek 3. d. Semua proyek ditolak. 10. Suatu perusahaan ingin memperluas product line. Investasi pada tahun 0 diperkirakan Rp. 700 juta, dan tahun 1 sebesar Rp. 1 milyar. Estimasi cash flow tahun 2 Rp. 250.000.000,00 tahun 3 Rp. 300.000.000,00 tahun 4 Rp. 350.000.000,00 tahun 5 10 Rp. 400.000.000,00 Apabila Rate of Return yang diminta 15%, maka net present value a. Positive Rp. 117.675.000,00 b. Negative Rp. 117.675.000,00 c. Negative Rp. 107.675.000,00 d. Positive Rp. 107.675.000,00 65

LEMBARAN JAWABAN Nomor 7 : Proyek A : NPV = Rp + Rp.. X = Rp.. + Rp.. =. NPV = berarti IRR =..% Proyek B : 66

NPV = Rp.. + Rp.. X = Rp.. + Rp.. = Rp.. NPV dengan DF % NPV = Rp. + Rp. X = Rp. + Rp. = Rp. IRR =.% +.. X. = % +.. % = % Proyek C : NPV = Rp + Rp. X.. = Rp + Rp. 67

= Rp NPV dengan discount factor % NPV = Rp + Rp. X = Rp + Rp. = Rp % IRR untuk proyek C : IRR =.. % +.. X =.. % +.. % =.. % 68

Ranking pengambilan keputusan : Proye I R R Target RR Keputusan I Ranking Keputusan A B C % % %. % %. %......... Proyek Y 69

Tahun Cash Flow DF % P V DF. % PV 0 1 2 3 4 (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp ) (Rp...) (Rp ).. (Rp..) (Rp..) (Rp..) (Rp..) (Rp..) (Rp.) (Rp...) (Rp.) (Rp ) NPV (Rp ) (Rp..) IRR =.. % + X.. % =.. % + % =.. % Payback Period : 70

Total Project Cost Cash Flow Tahun I (Rp ). cash Flow Tahun II (Rp..). Cash Flow Tahun III (Rp ). Kelebihan Rp. Tahun ketiga = /.. X bulan =.. bl (. bulan). Payback Period= tahun. Metrik Keputusan : 71

Proye NPV I R R Payback Period Keputusan X Y Rp Rp % %. tahun. bulan. tahun Nomor 8 : Perhitungan NPV, IRR, dan Payback Period Proyek X 72

Tahun Cash Flow DF % P V DF. % PV 0 1-4 4 (Rp.) (Rp.) (Rp ) (Rp...) (Rp..) (Rp..) (Rp..) (Rp.) (Rp ) NPV (Rp ) NPV (Rp..) IRR =.. % +.. X.. % =.. % +.. X.. % = % Payback Period : Total Project Cost Cash Flow Tahun I (Rp ). 73

cash Flow Tahun II (Rp..). Cash Flow Tahun III (Rp ). Kelebihan Rp. Tahun III = /.. X bulan =.. bl (. bulan). Payback Period= tahun. Metrik Keputusan : 74

Proye NPV I R R Payback Period Keputusan X Y Rp Rp % %. tahun. bulan. tahun Nomor 9 : Proyek 1 Tahu n Cash Flow DF % P V 0 1 2 3 (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp ) (Rp...) (Rp 75

(Rp.) ) (Rp ) Proyek 2 NPV (Rp ) Tahun Cash Flow DF % P V 0 1 2 3 (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) NPV (Rp ) (Rp...) (Rp ) (Rp ) (Rp ) Proyek 3 Tahun Cash Flow DF % P V 0 1 2 (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp ) (Rp...) (Rp ) 76

3 (Rp.) (Rp ) NPV (Rp ) Keputusan : Tiga usulan proyek di.. karena menghasilkan NPV.. Nomor 10 : Tahu n 0 1 2 3 4 5-10 Cash Flow DF % P V Rp...... (Rp...) Rp. Rp.... Rp.... Rp... (....)............ 77

Rp.... NPV.... (....) *) PV anuity. %,.. tahun PV anuity %, tahun.. s/d............ RANGKUMAN 78

Pada bagian ini khusus membahas alternatif metode penilaian investasi. Metode yang diterapkan antara lain payback period, net present value, internal rate of return, dan benefit cost ratio. Payback period untuk menentukan jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutup nilai investasi yang tertanam dalam proyek. Kriteria diterimanya apabila payback period lebih pendek dari umur proyek. Proyek ditolak jika payback period lebih lama dari umur proyek. Metode ini mempunyai kelemahan, yaitu tidak mempertimbangkan cash flow yang diterima setelah masa payback period tercapai. Dengan demikian tidak cocok jika metode ini digunakan sebagai ukuran profitabilitas. Metode ini juga mengabaikan time value of money. Untuk melengkapi kriteria investasi, digunakan metode net present value (NPV), yaitu selisih antara proposal present value dari net cash in flow dengan biaya investasi atau initialcash out flow. Bila NPV 0 atau lebih, maka proyek diterima dan jika kurang dari 9 proyek ditolak. NPV menunjukkan nilai potensi kenaikan nilai perusahaan bila proyek diterima. IRR merupakan discount rate yang sama jumlahnya dengan present value dari net cash in flow yang diharapkan terhadap initial cash outflow. Jadi pada saat itu NPV sama dengan 0. Bila net cash flow 79

tidak seimbang, maka IRR dicari dengan cara coba-coba. IRR lebih besar dari rate of return yang diminta, proyek diterima. 80