BAB I LATAR BELAKANG. Narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain yang biasa disingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu

BAB I PENDUHULUAN. keterjangkauan, dan aspek kenyamanan. faktor manusia sendiri yang kurang memperhatikan keamanan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. secara persuasif yang dilandasi kesadaran dan kesukarelaan.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Humas mempunyai fungsi pekerjaan yang aktif dan dinamis. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahgunaan narkoba in telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga. Jasa profesional ini sudah dikenal sebagai Public Relations yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menganggap gagasan mereka mutlak benar atau sudah self evident.

OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI. Oleh: Lena Satlita. Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian.

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB 1 PENDAHULUAN. tercapai maka proses komunikasi yang anda lakukan berhasil.

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, ASSALAMU ALAIKUM WR.WB

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations di Indonesia semakin menunjukkan perkembangan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai unsur yang membantu menunjang melalui berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. pengaduan yang ditujukan kepada para dokter, rumah sakit, dan. pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya (Kilisan, 2003:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa disebut dengan Paralegal, dan diciptakan dengan tujuan menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

Transkripsi:

1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain yang biasa disingkat Narkoba, merupakan masalah global yang krusial hampir di setiap negara tidak terkecuali di Indonesia, sehingga perlu disikapi dengan serius. Khususnya Indonesia, sejak tahun 1971 telah mencuat isu-isu nasional tersebut yang berpotensi cenderung kecil jika dibandingkan dengan kejahatan narkotika pada pertengahan tahun 1997 dan bahkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Seperti yang diungkap oleh Bapak Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia menyatakan perang terhadap tiga kejahatan yang sangat fundamental dan luar biasa yaitu narkoba, korupsi dan terorisme. 1 Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakaian dalam kadar tertentu serta berlebih. Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik maupun psikis disebut sebagai pecandu. Penyalahgunaan dimaksudkan bahwa orang yang menggunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. Sedangkan ketergantungan narkotika dimaksudkan sebagai gejala dorongan untuk 1 Media Informasi dan Komunikasi, Sinar, Badan Narkotika Nasional, Edisi-8 2010 1

2 menggunakan narkotika secara terus-menerus, toleransi dan gejala putus narkotika apabila penggunaan dihentikan. 2 Kecenderungan penyalahgunaan narkoba sangat berisiko baik terhadap kelangsungan hidup pemakai maupun orang lain (keluarga, lingkungan, masyarakat luas) baik secara fisik, psiko sosial, maupun ekonomi. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 64 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoba, dinyatakan bahwa dalam rangka Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba dan Prekursor Narkoba, pemerintah membentuk sebuah lembaga pemerintah non kementerian, yaitu Badan Narkoba Nasional atau disingkat BNN yang berada di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. 3 Survei BNN pada tahun 2008 mencatat bahwa jumlah pecandu narkoba di Indonesia mencapai 3,3 juta orang atau 1,99 persen dari jumlah penduduk, sekitar 32 persen atau sekurangnya1,3 dari jumlah pecandu tersebut berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa, sedangkan dua juta sisanya adalah kalangan non pelajar dan mahasiswa. 4 Menurut data pada bulan Maret 2009, tercatat jumlah tersangka remaja usia 16 tahun sebanyak 703 orang atau 0,5 persen, usia 16-19 tahun sebanyak 9.996 orang atau 6,4 persen, serta usia 20-24 tahun, menginjak angka 39.256 orang sejak tahun 2003-2008, atau sebesar 25,1 persen. 5 Data kasar menunjukkan bahwa korban penyalahgunaan Narkoba di Indonesia meningkat 2 Narkoba dan Jenis-jenis Narkoba (2010, 29 Agustus). Website BNN (on-line). Diakses pada tanggal 29 Agustus 2010 dari http://www.bnn.go.id/puscegah/pengertian_narkoba/narkotika 3 Press Release BNN Akhir Tahun 2010 (2011, 18 Februari) 4 Pecandu Narkotika tidak Dikriminalkan (2010, 29 Agustus). AntaraNews (on-line). Diakses pada tanggal 29 Agustus 2010 dari http://www.antaranews.com/berita/1277529994/bnn-pecandunarkotika-tidak-dikriminalkan 5 Jumlah Tersangka Berdasarkan Usia, Direktorat IV/TP Narkoba KT Bareskrim Polri, Maret 2009

3 tajam dan terus bertambah. Buktinya, jumlah pasien di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (disingkat RSKO) meningkat enam (6) kali lipat dalam lima (5) tahun terakhir dan dua (2) kali lipat dalam dua (2) tahun terakhir, di mana sebagian besar pasiennya berusia 15-25 tahun. 6 Badan Narkotika Nasional sebagai institusi yang diberikan tanggung jawab untuk mengkoordinasikan strategi dan implementasi penanggulangan permasalahan narkotika di Indonesia, secara konsisten berkesinambungan melaksanakan program-program kegiatan dalam rangka upaya Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika atau disingkat P4GN yang didasari oleh kebijakan dan strategi nasional P4GN. 7 Adapun kebijakan nasional P4GN diantaranya adalah: Menjadikan masyarakat imun terhadap penyalahgunaan Narkotika; Menyembuhkan korban penyalahgunaan Narkotika melalui program terapi dan rehabilitasi, serta; Terus-menerus memberantas jaringan sindikat Narkotika. Sementara itu, strategi nasional P4GN mengacu pada: Peningkatan kampanye anti Narkotika di lingkungan kerja, sekolah dan keluarga, untuk mengurangi tingkat prevalensi penyalahgunaan Narkotika yang saat ini berjumlah 1,99% dari total populasi penduduk Indonesia; Mengupayakan agar korban yang sembuh meningkat dan korban yang relapse berkurang, serta; Pengungkapan jaringan sindikat meningkat. 8 6 Badan Narkotika Nasional, op.cit., 7 Sejarah BNN (2010, 25 Agustus). Website BNN (on-line). Diakses pada tanggal 25 Agustus 2010 dari http://www.bnn.go.id/sejarah_bnn. 8 Press Release Akhir Tahun, Badan Narkotika Nasional, Jakarta, 2009

4 Semua organisasi yang efektif membangun dan mempertahankan hubungan yang dianggap penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi. Begitu pula peranan Humas di lingkungan pemerintahan sangat vital dalam membangun citra positif bangsa dan negara, serta sebisa mungkin melakukan peran dan fungsinya membangun citra diri lembaganya. Sadar bahwa Humas memiliki peran vital nan strategis, maka diharapkan agar aparatur kehumasan mampu menjalankan konsistensi fungsi dan perannya yang memang bukan pekerjaan ringan, apalagi reputasi, keberhasilan dan eksistensi lembaga yang dinaunginya sangat bergantung dari kinerja Humas yang diterapkannya. Pada Hakikatnya, Humas (singkatan dari Hubungan Masyarakat) adalah aktivitas komunikasi. Di kalangan pemerintahan, istilah Public Relations belum terlalu popular dibandingkan dengan istilah Humas, sehingga istilah yang seringkali dipakai di dalam instansi pemerintahan adalah Humas (Hubungan Masyarakat). Humas berperan sebagai komandan komunikasi yang melakukan aktivitas komunikasi dua arah timbal balik (reciprocal two ways traffic communication) dengan publik (perusahaan/organisasi), yang bertujuan untuk menumbuhkan saling pengertian (mutual understanding), saling percaya (mutual confidence), dan saling membantu/kerja sama, saling menghargai (mutual appreciation), mencitakan kemauan baik (good will), memperoleh dukungan publik (public support) sesuai visi dan misinya demi terciptanya citra yang positif bagi suatu lembaga/perusahaan (good corporate image). Scott M. Cutlip and Allen H. Centre (1982), dalam bukunya Effenctive Public Relations, mengungkapkan bahwa: Public Relations adalah fungsi

5 manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya. 9 Hal tersebut dapat diuraikan bahwa dalam organisasi memerlukan aktivitas yang utama yaitu komunikasi. Orang-orang yang ada di balik bergulirnya sistem informasi baik ke dalam maupun ke luar diantara organisasi dengan publiknya adalah Hubungan Masyarakat/Public Relations. Humas atau Public Relations merupakan komandan komunikasi dalam mengintegrasikan informasi dan kegiatan komunikasi diantara publik dan organisasi. Seperti halnya Badan Narkotika Nasional yang mengimplementasikannya di setiap programnya. Melihat bahwa saat ini, kesungguhan masyarakat untuk merespon ajakan pemerintah tentang bahaya narkoba sampai sekarang ini dapat dikatakan masih minim. Hal ini dikarenakan pemahaman masyarakat tentang bahaya narkoba masih diatas bayang-bayang antara paham atau tidak tahu. Pada dasarnya masyarakat mengetahui narkoba adalah barang terlarang, namun untuk hal pencegahan mereka masih perlu diberikan pemahaman. Karena kondisi yang demikian, maka berbagai upaya yang ditujukan untuk menyadarkan, memberdayakan, atau secara umum memengaruhi masyarakat dengan cara-cara paksaan menjadi tidak relevan lagi. Di sini, kampanye dilakukan sebagai salah satu instrumen terpenting masyarakat yang mempengaruhi masyarakat secara persuasif dilandasi kesadaran dan kesukarelaan. 9 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi:Konsepsi dan Aplikasi, Edisi Rivisi, Cetakan. 7, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.25

6 Kampanye dimanfaatkan oleh organisasi atau perusahaan sebagai medium dalam mengkomunikasikan pesan organisasi atau perusahaannya. Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dan berjalan terorganisasi secara sistematis dengan tujuan menyebarkan informasi, pengetahuan, gagasan, maupun ide untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak sasarannya melalui teknik komunikasi yang dirancang secara berkesinambungan dan teratur dalam kurun waktu tertentu. Efek yang diharapkan di sini adalah dampak positif akan perubahan pengetahuan, kesadaran, pemahaman maupun perilaku sasaran pada tingkat individu, komunitas maupun sistem secara nyata. Apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioral). Ketiga aspek tersebut bersifat saling terkait, dan merupakan sasaran pengaruh (target of influences) yang harus dicapai secara bertahap agar kondisi perubahan dapat tercipta. Kampanye merupakan salah satu upaya pemahaman bersifat preventif yang digiatkan oleh BNN sejak berdirinya BNN di tahun 2002. Humas juga mengupayakan pencegahan seperti kampanye dalam bentuk pameran informasi narkoba, penyuluhan, expo, pembagian produk-produk informasi dan sebagainya yang diharapkan bisa menjangkau masyarakat luas. 10 Intensitas kampanye yang dikoordinir oleh Humas di tahun 2010,untuk wilayah Jakarta kurang lebih 10 kali, seperti dalam ketentuan yang ada dalam program, namun pada kenyataanny, 10 Hasil Wawancara dengan Kasubbag Humas Ro Um Settama BNN, Khrisna Anggara, SH.,M.Si, Ruang Humas Lt. 1 BNN, Jakarta, 18 Februari 2011, pukul 14.45-18.01 WIB

7 kampanye tersebut bisa lebih dari 10 kali. Untuk wilayah daerah, pengadaan sosialisasi kampanye dianggarkan 6 kali kegiatan, contoh di Aceh, Bali, Surabaya. 11 Sebagai fondasi ketataperencanaan, semua penyelenggaraan aktivitas komunikasi baik ke dalam maupun ke luar antara organisasi dan publiknya, Humas berpacu pada program-program kerja ke-humasan yang disesuaikan dengan tujuan daripada organisasi yang dinaunginya. Tahapan kerja (work programmes) menjadikan Humas dapat melakukan setiap kegiatan secara lebih terarah dan seefektif mungkin. Tujuan dari proses perencanaan program kerja untuk mengelola berbagai aktivitas PR/Humas tersebut dapat diwujudkan jika terorganisasi dengan baik melalui manajemen Humas yang dikelola secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan hasil atau sasarannya. Dalam prosedur perencanaan program ke-humasan BNN, semua program kegiatan dibuat dan disusun satu tahun sebelumnya dan dianggarkan dalam DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran). Jika telah disetujui oleh Dirjen anggaran, akan dituangkan dalam bentuk PO (Petunjuk Operasional) untuk kegiatan apa saja yang Humas akan laksanakan. 12 Lalu bagaimana jika kegiatan tidak terprogram sebelumnya? Salah satu program Humas di luar mata anggaran yang ditetapkan dalam perincian anggaran kegiatan Humas BNN tahun 2010, adalah kampanye yang terselenggara atas kerjasama antara Mal Ciputra Jakarta, Badan Narkotika Nasional (BNN), Yayasan Aids Indonesia (YAI), serta Yayasan Cinta Anak 11 Ibid 12 Khrisna Anggara, op.cit.,

8 Bangsa (YCAB) dalam rangka menyambut masa liburan sekolah dan peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2010 bertajuk Next Creative Generation. Dengan berbagai pertimbangan strategis dan pendekatan, maka program ini dapat dilaksanakan dan cukup berhasil. Kampanye dengan konsep yang berbeda dengan mengangkat ragam kegiatan positif yang berjiwa muda dalam sebuah ajang Next Creative Generation berlangsung dari 23 Juni hingga 11 Juli 2010. Next Creative Generation adalah ajang kreatifitas anak muda terbesar yang mengkampanyekan gerakan 'Anti Narkoba dan Peduli Aids', didedikasikan untuk remaja Indonesia sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. Program ini lebih mengarah kepada jenis kampanye ideology or cause oriented campaigns, dimana kampanye yang dilakukan merupakan upaya dalam tujuan khusus yang mengharapkan adanya perubahan sikap dan pengetahuan publik sasarannya yaitu masyarakat (eksternal publik) akan bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang. Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan segala elemen dengan menjadikan Mal Ciputra sebagai sarana untuk menyelenggarakan kegiatan positif namun tetap atraktif bagi para remaja. Acara ini mengajak para remaja untuk terlibat di dalamnya dan diharapkan pula dapat membantu pemerintah menciptakan generasi muda yang aktif, berkualitas, bebas dari narkoba, pergaulan bebas, tidak terjangkit HIV & AIDS. Hal tersebut sepenuhnya sejalan dengan pendapat yang menegaskan bahwa keberhasilan mencapai tujuan kampanye

9 banyak ditentukan oleh kemampuan kita dalam merancang, menerapkan dan mengevaluasi program kampanye secara sistematis dan strategis. Kampanye ini merupakan salah satu aktualisasi giat bersifat preventif yang mendorong partisipasi masyarakat melalui generasi muda sebagai sasaran utama dalam menekan penyalahgunaan narkotika. Mengingat kegiatan alternatif yang bersifat positif sangat diperlukan untuk menunjukkan eksistensi dan jati diri seorang remaja sehingga dapat terbentuk suatu kepercayaan diri yang kuat dalam menolak godaan narkoba. Lingkungan yang positif juga perlu diciptakan sehingga setiap remaja dapat terhindar dari bahaya narkoba serta segala efek buruk yang ditimbulkannya, yang bukan hanya membahayakan diri sendiri, namun juga keluarga dan masyarakat. Dipilihnya BNN sebagai objek penelitian di sini adalah karena citra dan reputasi BNN yang baik sebagai Lembaga Non Kementerian yang memiliki jam terbang terhadap penanganan kasus narkotika yang tiada habisnya. Fakta demikian dapat dibuktikan berdasarkan data BNN, periode bulan Januari hingga November 2009, tercatat tindak pidana narkotika adalah sebagai berikut: 13 1. Jumlah kasus Narkotika yang berhasil diungkap sebanyak 28.382 kasus, dengan rincian untuk narkotika sejumlah 9.661 kasus, psikotropika 8.698 kasus, dan bahan berbahaya 10.023 kasus. 2. Jumlah tersangka yang ditangkap sebanyak 35.299 orang, dengan rincian kasus narkotika sejumlah 13.051 orang, psikotropika 11.601 orang, dan bahan berbahaya sebanyak 10.647 orang. 13 Press Release BNN Akhir Tahun (2010, 20 Agustus). Website BNN (on-line). Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010 dari http://www.bnn.go.id/detail-press-release-press-release-bnn-akhirtahun.

10 Untuk Humas sendiri, sebagai contoh prestasi-prestasi yang dicapai Humas telah membuktikan bahwa memang apresiasi selayaknya diberikan untuk kinerja sebagai bukti keaktifan instansi dalam berbagai bidang kegiatan yang terselenggara. Antara lain dalam lomba Anugerah Media Humas yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah Pusat atau Bakohumas, majalah internal BNN berhasil meraih Juara II untuk kategori kementerian dan lembaga negara. Di bidang informasi dan teknologi, BNN telah menyediakan layanan kepada masyarakat melalui website www.bnn.go.id dan pembangunan perpustakaan online. Hal ini ternyata mendapat penghargaan dari Bakohumas sebagai Juara II website terbaik untuk kategori Kementerian dan Lembaga Negara. 14 Berangkat dari beberapa hal yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik memilih judul penelitian ini, karena jelas dapat dilihat bahwa terdapat keterkaitan erat antara perencanaan dengan giat kampanye yang dilakukan oleh Humas BNN secara matang di setiap tahapnya agar dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien yang diselaraskan dengan misi serta tujuan lembaga. Ini unik, karena program kegiatan Next Creative Generation ini tidak direncanakan dan dianggarkan di tahun sebelumnya, namun konsep yang dibuat sedemikian rupa, mengadakan kampanye dengan target market remaja di masa liburan sekolah anak-anak yang notabene pada masa liburan idealnya event-event yang diselenggarakan berbau holiday, anak-anak dan back to school. Pada kampanye 14 Press release Akhir Tahun 2010, ibid

11 ini mencoba sesuatu yang berbeda dan di luar jalur pada umumnya, dan ini cukup berhasil. Keberhasilan suatu program kegiatan apapun bentuknya, tidak akan terlepas dari kerangka yang menyusun setiap tahap dalam suatu perencanaan yang tertulis. Sebuah kampanye yang dikonstruksi dengan baik akan memberikan efek yang luar biasa terhadap khalayak sasarannya. Keberhasilan sebuah kampanye, juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan pelaku kampanye dalam merancang program dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada. Para pejabat Humas atau praktisi PR selalu mempertimbangkan dengan seksama bagaimana suatu program akan dimulai, dan melanjutkannya secara terstruktur sehingga bermanfaat bagi organisasi dan publik yang berinteraksi dengan organisasi tersebut. Hal itu haruslah direncanakan melalui proses yang dipikirkan secara matang dan hati-hati. Karena bekerja berdasarkan suatu kerangka akan menyediakan struktur dan koherensi. Pada akhirnya, perencanaan merupakan alat bantu untuk bekerja secara efektif dan dibuat untuk memastikan praktisi Humas selalu terfokus pada apa yang diperlukan dan mencapai apa yang diinginkan. Namun demikian, proses perencanaan memberikan manfaat yang baik, bahkan jika program yang telah disusun harus disesuaikan kemudian. Sehubungan dengan pemaparan yang telah diuraikan di atas, maka penulis memilih judul penelitian sebagai berikut : Perencanaan Kampanye Humas Next Creative Generation Badan Narkotika Nasional (BNN) di Mal Ciputra (Periode April-Juli 2010).

12 1.2 Perumusan Masalah Adapun masalah yang diangkat oleh peneliti berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas adalah Bagaimana Perencanaan Kampanye Humas Next Creative Generation Badan Narkotika Nasional (BNN) di Mal Ciputra pada Periode April-Juli 2010? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran bagaimana perencanaan kampanye Humas Next Creative Generation Badan Narkotika Nasional (BNN) di Mal Ciputra (Periode April-Juli 2010). 1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1 Signifikansi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai gambaran perencanaan kampanye dan ilmu komunikasi pada umumnya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan serta memperkaya wawasan pembaca juga para sivitas akademi di bidang ilmu kehumasan. 1.4.2 Signifikansi Praktis Dari hasil penelitian, secara praktis diharapkan dapat menambah bahan masukan (sumbang saran) dan referensi bagi fungsi Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam melakukan perencanaan kampanye Next Creative Generation di Mal Ciputra, sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan kampanye selanjutnya.